Selasa, 08 November 2016

PENTINGNYA MEMPERKARAKAN KESALEHAN HIDUP


Ibrani 5:7-9
7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,

Pernahkan kita memperkarakan kesalehan macam apakah sebenarnya yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus dalam hidup kita?
Banyak orang Kristen yang tidak mengerti ukuran kesalehan yang harus dikenakan dalam kehidupannya dan tidak pernah mempersoalkannya secara serius dihadapan Tuhan.
Hal ini dikarenakan banyak orang Kristen lebih tertarik menyibukkan dirinya dengan urusan hidup duniawi yang dianggap lebih penting dari hal-hal yang benilai kekal, di antara mereka memiliki keyakinan bahwa mereka sudah menjadi orang terpilih yang pasti akan masuk sorga dan pengertian yang salah mengenai keselamatan atau hal masuk sorga tidak ditentukan oleh perbuatan baik sehingga tidak ada usaha yang serius untuk bergumul dan berjuang untuk hidup berkenan setiap saat dihadapan Tuhan.
Pemikiran yang salah ini telah menghambat percepatan pertumbuhan iman, karena gairah untuk bertumbuh menuju standar kesalehan yang dikehendaki oleh Allah tidak berkobar sebagaimana mestinya.

Kalau seorang pembicara Kristen menganjurkan umat untuk hidup suci, sebenarnya kesucian macam apakah yang dimaksud itu? Hal ini sama dengan kasus di atas, mengenai kesalehan dihadapan Tuhan. Bisa saja kesucian yang dimaksud oleh pembicara tersebut adalah kehidupan tokoh-tokoh tertentu yang dianggap sudah dianggap sebagai orang suci. Kalau dipertanyakan kepada pembicara, apakah diri pembicara sudah memiliki kesucian yang dimaksud atau yang dianjurkan, maka kemungkinan besar akan dijawab bahwa pembicara sendiri belum. Lalu kesucian yang bagaimana? Semua menjadi serba tidak jelas sebenarnya.

Kesalehan dan kesucian hidup orang percaya harus memiliki ukuran atau standar kesucian Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus Kristuslah ukuran kesalehan dan kesucian satu-satunya.
Itulah sebabnya setiap orang percaya harus memiliki pergaulan pribadi dengan Tuhan.
Dalam pergaulan pribadi tersebut orang percaya akan dimuridkan secara pribadi oleh Tuhan Yesus.
Hal ini sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus yang menyatakan agar semua bangsa dipanggil memberi dirinya untuk dimuridkan oleh Tuhan Yesus secara pribadi.
Orang percaya bukan murid gereja atau pendeta atau tokoh agama manapun, tetapi murid Tuhan Yesus.
Pelayan-pelayan jemaat hanya menjadi mentor yang sangat terbatas.
Jadi, umat Tuhan harus intens berurusan dengan Tuhan secara individu sehingga terjalin umat yang melakukan kehendak-Nya apa yang baik berkenan dan yang sempurna.

Oleh sebab itu seharusnya perjuangan untuk menjadi saleh yang berstandar seperti yang Tuhan Yesus kehendaki, haruslah merupakan perjuangan yang tidak boleh berhenti sampai kapanpun sampai hari dimana kita menutup mata.
Dalam 1 Korintus 9:24-27 Paulus mulai berbicara mengenai sulitnya diperkenan Tuhan atau masuk Kerajaan Sorga.
Paulus menulis: Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Dalam ayat ini Paulus mempersoalkan pergumulan jemaat Korintus dan dirinya. Itulah sebabnya ia menggunakan kata “kita”.
Kata “kita” dalam ayat ini menunjukkan bahwa pergumulan yang dialami jemaat juga dialami dirinya, bahwa pergumulan tersebut bukanlah pergumulan yang ringan.
Hal ini sejajar dengan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus mengenai sulitnya diselamatkan atau masuk Kerajaan Sorga yang telah berulang-ulang dinyatakan oleh oleh Tuhan Yesus (Lukas 13:24).
Dengan sulitnya masuk Kerajaan Sorga, tidak heran kalau Paulus melatih tubuhnya dan menguasai seluruhnya, mengejar kesalehan hidup sesuai standar yang Tuhan Yesus kehendaki, agar sesudah ia memberitakan Injil jangan ia sendiri ditolak oleh-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar