Rabu, 23 November 2016

PENGHAYATAN HIDUP YANG BENAR SEBAGAI WARGA KERAJAAN SORGA


Yohanes 15:19  Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.

Tuhan Yesus mempersiapkan para murid-Nya untuk menanggung konsekuensi akibat menjadi pengikut-Nya, yaitu mereka akan dibenci dunia.
Pertanyaannya, mengapa dunia membenci para murid Tuhan Yesus?
Karena dunia tidak suka dosa-dosanya ditelanjangi oleh terang Yesus (Yohanes 5:22).
Karena itu, siapa pun yang menjadi pengikut-Nya harus mengenakan kesucian seperti yang Tuhan Yesus teladankan sebab tanpa hal ini berarti mereka adalah orang-orang yang masih bersahabat dengan dunia yang berdiri menjadi musuh Allah (Yakobus 4:4).
Tidak heran jika para pengikut Kristus yang sejati disebut musuhnya dunia sebab mereka bukanlah milik dunia dan bukan berasal dari dunia ini.

Tuhan menyatakan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia bukan berasal dari dunia ini (Yohanes 17:16).
Pernyataan Tuhan Yesus ini sebenarnya memuat panggilan bahwa orang percaya harus menggelar kehidupan yang tidak serupa dengan dunia ini.
Dari sikap hati, perkataan, perbuatan dan seluruh irama hidupnya adalah irama hidup yang mencerminkan sikap seluruh perilaku yang segambar seperti Kristus.
Oleh karena penebusan darah Tuhan Yesus dan kesediaan orang percaya terus bertumbuh ke arah kesempurnaan menjadi umat-umat yang mengikuti jejak Tuhan Yesus sebagai tujuan dan jalan hidupnya, maka berangkat dari hal ini orang percaya layak terdaftar sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah yang namanya tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba.
Sebagai orang percaya kita perlu menyadari bahwa hidup di bumi ini hanyalah persiapan untuk memasuki hidup di dunia yang akan datang di kerajaan Tuhan Yesus Kristus.
Sehingga di bumi ini gerak seluruh hidup orang percaya hanyalah dipanggil untuk hidup melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya secara sempurna, menggelar kehidupan yang berkeadaan sebagai anak-anak Allah yang mengikuti seluruh jejak Tuhan Yesus, hidup didalam kebenaran-Nya, menjadi saksi-Nya yang bertekun menampilkan kehidupan yang tidak bercacat dan tak bernoda sesuai dengan kesucian yang berstandar seperti Kristus hidup.
Dengan cara berpikir dan memiliki prinsip hidup seperti ini, seseorang barulah dapat berjalan seiring dengan Tuhan secara benar.

Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya bukan berasal dari dunia ini, seperti Dia juga bukan berasal dari dunia ini. Hal ini juga menunjuk bahwa orang percaya bukan bagian dari dunia ini, orang percaya tidak boleh lagi menjadikan dunia ini sebagai tempat mencari kesenangan hidup serta memuaskan segala keinginan dan hasrat diri sendiri.
Dunia ini akan dihancurkan sesuai dengan apa yang dikatakan Petrus dalam suratnya bahwa langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya (2 Petrus 3:10).
Orang percaya akan dipindahkan oleh Tuhan ke tempat di mana Dia berada. Orang percaya adalah orang-orang yang akan dibawa keluar dari dunia ini ke kota yang memiliki dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Itulah kota yang dirindukan oleh Abraham (Ibrani 11:10).

Oleh sebab itu, kalau mau menjadi seorang yang diperhitungkan sebagai berasal dari atas, kita harus meninggalkan sama sekali percintaan dengan dunia ini tanpa ada yang disisakan.
Percintaan dunia artinya hasrat menikmati hidup di bumi sama seperti orang-orang dunia pada umumnya.
Harus diingat bahwa orang percaya tidak berkewajiban memiliki segala sarana yang ada di dunia ini.
Sesungguhnya yang penting adalah melayani Tuhan dengan segala sesuatu yang Tuhan percayakan kepada orang percaya.
Jadi kalau orang percaya study, berkarir, bekerja, berumah tangga dan melakukan segala kegiatan hidup, semua itu diperuntukkan bagi kepentingan kemuliaan Allah dan persiapan memasuki Kerajaan Sorga, menjadi pribadi yang terus berubah kearah manusia yang mengenakan kodrat ilahi yang bertekun mengambil bagian didalam kekudusan-Nya.
Orang percaya tidak dipanggil untuk membangun kerajaannya di bumi secara permanen.
Sampai kapan pun bumi tidak pernah dapat menjadi firdaus yang nyaman, sebab bumi telah terkutuk.
Hal ini bisa kita lihat keaadaan alam yang tidak menentu, keadaan cuaca yang tidak lagi bisa di prediksi, musibah-musibah seperti banjir, gempa bumi, epidemi penyakit yang datang silih berganti, kabar perang, dan kejahatan manusia yang semakin bertambah jahat.

Oleh sebab itu sebagai anak Tuhan yang memahami kebenaran ini seharusnya kita tidak lagi terbelenggu oleh percintaan akan dunia.
Jika seorang Kristen masih menjadikan dunia sebagai tempat firdaus untuk meraih segala kesenangan hidup didalamnya, maka bagian mereka adalah api kekal, disamakan dengan orang-orang fasik, sebab persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4).
Sejatinya, banyak orang Kristen berkeadaan seperti ini namun mereka belum juga mengambil langkah pertobatan penuh untuk mengubah arah hasrat hidupnya secara benar.
Perlu di garis bawahi, untuk menjadi seorang yang mewarisi langit baru dan bumi yang baru, orang percaya harus belajar melepaskan diri dari segala ikatan. Ikatan yang paling dominan dan bisa menjadi dosa permanen yang tidak bisa dilepaskan sampai selamanya adalah percintaan dunia.
Ikatan dengan dunia adalah ikatan yang sudah mendarah daging, yaitu terbangun sejak kecil di lingkungan tradisi orang tua yang menekankan “sukses hidup dalam dunia” sebagai sarana sumber kebahagiaan hidup yang pada umumnya tidak sedikit orang menjadikannya sebagai tujuan hidup, membangun nilai diri dan kepuasan diri sendiri.

Dalam suratnya kepada jemaat Kolose Paulus mengatakan: Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan (Kolose 3:4). Kristus adalah hidup kita dan tujuan akhir hidup kita, artinya kehidupan yang kita jalani ini adalah kehidupan yang mengenakan cara berpikir seperti Tuhan Yesus yang selalu mengarahkan diri kepada perkara-perkara yang di atas (Kolose 3:1-3).
Dengan ini kita dapat memenuhi apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus agar kita hanya mengumpulkan harta di sorga bukan yang ada di bumi.
Sejak di bumi ini kita sudah memindahkan hati kita di Kerajaan Sorga.
Ini berarti prioritas utama dalam hidup kita harus mengutamakan perkara-perkara rohani atau yang memiliki nilai kekal, sebab inilah harta abadi yang akan kita bawa pada saat menghadap Tuhan Yesus untuk memberi pertanggungjawaban isi seluruh kehidupan kita.
Untuk bisa memindahkan hati kita sepenuhnya kedalam Kerajaan Sorga maka yang perlu kita lakukan dengan setia adalah terus menerus belajar mengenal Allah dan kebenaran-Nya serta melakukan kehendak-Nya secara bertekun.
Orang Kristen yang tidak memindahkan hati ke sorga, sebenarnya ia tidak akan pernah dapat menjadi alat peraganya Tuhan dalam memberitakan Injil kebenaran atau menjadi saksi-Nya, karena Tuhan tidak dapat berjalan seiring dengan mereka yang hatinya masih terikat percintaan akan dunia ini dengan segala kesenangan dan keindahannya.

Filipi 3:18-19
18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar