1 Korintus 13:3-7
3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran.
7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Berbuat baik hanya karena didorong oleh karena perintah agama, menjadikan kebaikan itu tidak berkualitas tinggi.
Sebenarnya apakah kebaikan itu?.
Ternyata kebaikan itu bisa relatif, sebab apa yang baik menurut seseorang belum tentu baik menurut orang lain dan apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Tuhan.
Dalam bacaan kita hari ini, Rasul Paulus menuliskan tentang kasih. Apa pun yang kita lakukan, jika tanpa kasih, adalah sia-sia (1 Korintus 1-3).
Kita mungkin heran, jika dituliskan bahwa orang yang sudah berkorban begitu banyak seperti membagi-bagikan segala yang ada padanya, bahkan menyerahkan tubuhnya untuk dibakar (ayat 3), atau dikhianati tetapi tidak membalas, bahkan terus melakukan kebaikan, namun jika hal tersebut dilakukan tanpa kasih maka hal tersebut menjadi sia-sia.
Jadi mungkin orang itu tidak memiliki kasih, padahal dengan mudah orang pasti mengatakan bahwa orang yang berkorban seperti itu memiliki kasih. Jika demikian, apa itu kasih?
Jika Paulus menggambarkan kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong, hal ini hendak menunjuk bahwa salah satu karakter dari Allah adalah kasih adanya.
Dalam 1 Yohanes 4:16 ditulis bahwa Allah itu kasih.
Berarti kasih adalah semua perbuatan atau tindakan, termasuk sikap batin yang selaras dengan kehendak Allah.
Jika di luar standar ini, berarti bukan kasih.
Maka perbuatan baik yang sangat menakjubkan belum tentu bisa dikatakan kasih, sebab hanya perbuatan baik yang berangkat dari hati Tuhan yang bisa disebut kasih.
Tidak perlu heran jika ada orang non-Kristen yang bisa melakukan kebaikan yang luar biasa, sebab kebaikan bukan hanya dimiliki orang Kristen saja.
Tuhan menaruh taurat-Nya dalam hati setiap orang (Roma 2:14–15), termasuk orang non- Kristen.
Itulah sebabnya banyak orang non Kristen dapat berbuat baik tanpa membaca Injil, bahkan tampaknya dapat kita temukan kebaikan mereka bisa melebihi orang Kristen rata-rata.
Mereka berusaha merumuskan kebaikan dan melakukannya, sehingga menjadi irama yang menyatu dalam hidup mereka. Tetapi bagaimanapun, kebaikan mereka bukanlah kebaikan standar Allah.
Kebaikan standar Allah adalah sempurna seperti Bapa (Matius 5:48). Hanya didalam ajaran Kekristenan/Injil Tuhan Yesus seseorang bisa melakukan kebaikan yang berstandar kehendak Bapa di Sorga.
Sempurna seperti Bapa berarti segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan keinginan Bapa.
Letak perbedaan antara orang percaya dan orang yang tidak percaya bukan pada bentuk perbuatan, tetapi siapa yang mengomandoi melakukan kebaikan itu.
Terkait dengan hal ini Yakobus menasehati kita dengan tulisannya di Yakobus 4:15-17 berbunyi demikian :
15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa).
Dalam pernyataan ini Yakobus hendak menasehatkan agar dalam melakukan segala sesuatu kita harus berbuat dengan dasar "Jika Tuhan Menghendaki", hal ini sangat penting untuk dilakukan sebab ini menunjuk jika segala sesuatu yang kita lakukan bukan atas kehendak-Nya atau bukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan, hal tersebut bukanlah kebaikan atau kasih.
Berangkat dari pernyataan Yakobus ini kita harus belajar untuk mengerti benar kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Roma 12:2).
Kita harus terus-menerus melatih kepekaaan untuk mengerti kehendak Tuhan dengan akurat dengan belajar Injil setiap hari secara memadai, bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan terus berjalan didalam Roh dan Kebenaran-Nya setiap hari.
Segala tindakan harus sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya. Inilah kebaikan yang sempurna yang berstadar Injil Kristus.
Sebenarnya inilah tujuan dari keselamatan yang Tuhan Yesus kerjakan, agar kita menjadi umat yang hidup dalam penurutan terhadap kehendak dan rencana-Nya.
Sebab hidup ini hanya untuk memuaskan hati Tuhan dan menggenapi rencana-Nya.
Dengan demikian hanya perbuatan baik yang berangkat dari hati Tuhan lah yang bisa disebut kebaikan/kasih.
Yohanes 5:29
dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar