Jumat, 25 November 2016

PENGERTIAN MENYALIBKAN DAGING


Galatia 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

1 Yohanes 2:6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Jika seseorang belum bersedia mau menanggalkan seluruh gaya hidup manusia lamanya yaitu manusia yang kaya akan hasrat daging yaitu keinginan-keinginan yang berasal dari kehendaknya sendiri dengan segala hawa nafsunya, maka ia belumlah menjadi milik Kristus.
Jika dirinya bukan milik Kristus maka ia dalam posisi milik kuasa kegelapan.
Ini sungguh sangat berbahaya.
Olehnya banyak bagian Alkitab yang menasehatkan kita untuk hidup dituntun oleh Roh Allah, dengan demikian barulah kita disebut sebagai anak Allah yang sama menyediakan diri untuk dimiliki Kristus.
Seseorang yang sudah menjadi milik Kristus harus hidup oleh iman kepada Tuhan Yesus.
Seorang yang bersedia beriman kepada Tuhan Yesus haruslah bersedia tidak lagi memiliki keinginan-keinginan dari diri sendiri. Ini hal yang sukar diterima. Bagaimana keinginan harus ditanggalkan? Bagaimana bisa manusia tidak memiliki keinginan? Bukankah pada dasarnya manusia harus mempunyai keinginan dan cita-cita.
Bagi mereka yang bertumbuh dewasa didalam Tuhan, akan memahami bahwa semua keinginan harus disesuaikan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya keinginan diri sendiri yang harus disalibkan. Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan setiap orang yang telah ditebus oleh darah-Nya.

Sudah terlalu lama banyak orang Kisten terbiasa hidup dalam berbagai hasrat dan keinginannya sendiri, hal ini mereka anggap sebagai suatu kewajaran. Tetapi kalau kita mengerti dan menerima bahwa kehidupan ini diciptakan oleh suatu Pribadi yang memiliki kehendak atau keinginan, Pribadi yang memiliki pikiran dan perasaan, maka kita harus mempertimbangkan dengan serius: Apakah kita boleh sebebas-bebasnya mengumbar keinginan kita, tanpa mempertimbangkan apakah keinginan tersebut sesuai dengan kehendak, pikiran dan perasaan Tuhan atau tidak? Harus dipahami bahwa sikap hidup dan segala gerak kehendak, pikiran dan perasaan orang percaya sebagai anak-anak Tuhan sangat mempengaruhi hati atau perasaan Tuhan yang hidup.

Sebelum kita bertobat dan mengikut Tuhan Yesus, kita merasa memiliki diri kita sendiri. Kita seperti Petrus muda yang masih “mengikat pinggang sendiri dan berjalan ke mana saja yang kita kehendaki” (Yohanes 21:18) , tetapi setelah kita makin dewasa rohani kita harus mengulurkan tangan dan orang lain akan mengikat kita dan membawa kita ke tempat yang tidak kita kehendaki”. Inilah yang dimaksud dengan kehendak yang disalibkan. Fenomena ini sejajar dengan doa Tuhan Yesus yang berbunyi: Bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu. Hal ini merupakan pelaksanaan dari Doa Bapa Kami yang berbunyi: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga (Matius 6:10).
Dalam kehidupan ini, kehendak Tuhanlah yang harus berdaulat secara penuh.
Kita sebagai hamba-hamba-Nya memberi diri tunduk terhadap kedaulatan dan otoritas-Nya secara penuh. Inilah kehidupan dalam ketaatan penuh (total submission).
Manusia memang dirancang untuk ini sejak dirinya diciptakan.

Cepat atau lambat setiap insan akan tiba pada suatu saat dimana seseorang tidak akan memiliki keinginan apa pun, atau dipaksa tidak memiliki keinginan apa pun. Saat itu terjadi ketika seseorang akan tutup usia, dimana seluruh organ tubuh sudah tidak dapat dipakai lagi, atau pada suatu keadaan fisik baik karena kecelakaan atau sakit, organ-organ tubuhnya tidak bisa berfungsi lagi. Di saat seperti itu seseorang tidak akan mampu memiliki keinginan apa pun. Saat seperti itu pula seseorang barulah menghayati bahwa kekayaan adalah mamon yang tidak jujur atau menipu. Kekayaan bisa menjadi alat iblis yang sangat efektif dan berdaya guna membinasakan manusia, membuat manusia tidak menghormati Tuhan secara pantas.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan dengan tegas : Lukas 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku".
Kalau selama hidup seseorang tidak menjadikan Tuhan Yesus sebagai sahabat abadi, ketika kemah tubuh manusianya dibongkar dan dipaksa harus meninggalkan segala sesuatu pergi menghadap Tuhan serta memberi pertanggung jawaban seluruh isi hidupnya kepada Sang Pemilik Kehidupan, maka sudah terlambat untuk ia bertobat dan membangun hubungan yang benar dengan Tuhan.
Ia tidak berkesempatan lagi untuk menjalin hubungan sebagai sahabat atau kekasih abadi-Nya.
Pintu anugerah tertutup, ia tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.
Oleh sebab itu sebelum kita ada dalam situasi dimana segala keinginan harus ditanggalkan, kita harus belajar dengan kerelaan menanggalkan segala keinginan dan mengenakan filosofi: makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaaan-Nya (Yohanes 4:34). Inilah gaya hidup yang Tuhan Yesus ajarkan. Dan setiap orang percaya wajib hidup sama seperti Dia hidup.
Ketika kita menjadi orang percaya, satu-satunya gaya hidup ini yang Tuhan kehendaki untuk kita kenakan.
Itulah sebabnya dikatakan dalam Roma 8:29 bahwa Yesus “menjadi yang sulung di antara banyak saudara”.
Dia sebagai teladan atau memulai dan kita meneladani atau mengikuti-Nya.
Dalam hal ini yang diikuti adalah kesediaan hidup dalam ketertundukan terhadap otoritas Bapa dan meninggalkan segala keinginan yang bertentangan dengan kehendak Roh Kudus demi rencana Bapa dipenuhi didalam kehidupan kita.

Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar