Selasa, 29 November 2016
PANGGILAN UNTUK MENGHARGAI JIWA MANUSIA
Matius 18:12-14
12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?
13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.
14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang."
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Bapa adalah Pribadi yang memiliki inisiatif yang kuat dan tinggi mencari mereka yang terhilang untuk diselamatkan dari cara hidup yang sia-sia.
Hal ini juga menunjukkan bahwa Bapa sangat mengasihi jiwa-jiwa sebab bagi Bapa jiwa manusia sangatlah berharga.
Sikap Bapa yang sangat agung ini mestinya juga harus ada didalam sikap hidup orang percaya.
Tuhan menghendaki supaya tidak seorangpun yang binasa.
Berkenaan dengan hal ini Tuhan Yesus sudah menjadi yang sulung bagi orang percaya dalam meneladankan bagaimana mengasihi dan menghargai jiwa manusia.
Dalam kisah yang ditulis dalam Yohanes 4 mengenai perjumpaan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria merupakan peta dari hati Tuhan dalam menghargai jiwa manusia.
Walaupun Tuhan Yesus sudah sangat lelah dan lapar setelah sepanjang hari dalam perjalanan, tetapi Tuhan Yesus bisa mengabaikan keletihan-Nya demi untuk menjumpai perempuan Samaria di perigi Yakub, dekat kota Sikhar.
Itulah yang disebut Tuhan Yesus sebagai " "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya".
Selama ini tidak ada orang yang memperdulikan keselamatan dan kehidupan wanita berdosa ini, tetapi Tuhan Yesus memerhatikan dan memperdulikannya.
Ketika Tuhan Yesus di kota Yerikho, Ia berjalan terus sampai Ia bertemu dengan Zakheus dan menginap di rumahnya (Lukas 19).
Walaupun untuk itu Ia harus mendapatkan kritik dan kecaman pedas dari orang-orang yang menganggap-Nya kompromi dengan orang berdosa.
Penjelasan Alkitab yang paling tegas mengenai penghargaan Tuhan terhadap jiwa manusia tertuang dalam pernyataan-Nya sendiri ketika Ia berkata: “…sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28). Hal ini sinkron dengan Lukas 19:10, bahwa Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Di bagian lain Tuhan Yesus mengatakan: untuk apa seseorang memperoleh segenap dunia kalau jiwanya binasa atau kehilangan nyawanya?
Penghargaan terhadap nilai jiwa manusia ini dipahami benar oleh Petrus, sehingga dalam tulisannya ia menyatakan: Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (2 Petrus 3:9). Bisa dimengerti, kalau Tuhan Yesus menyatakan jika seorang anak manusia bertobat, maka ada sukacita besar di sorga.
Penghargaan terhadap nilai jiwa ini menggerakkan Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya sendiri.
Ini menunjukkan bahwa nilai jiwa manusia adalah tak terhingga.
Seorang anak Tuhan yang dirinya mau menjadi alat peraga Tuhan harus memiliki sikap seperti Tuhan Yesus dalam menilai jiwa manusia.
Demi keselamatan jiwa manusia, Tuhan Yesus harus rela mengorbankan apa pun yang ada pada-Nya.
Kalau seseorang masih memberi nilai tinggi kepada hal lain lebih dari jiwa manusia, maka ia tidak akan dapat berjalan seiring dengan Tuhan.
Orang seperti ini tidak mungkin dapat menjadi kawan sekerja Allah. Kehidupannya tidak mungkin memancarkan keagungan pribadi sebagai anak-anak Allah yang berkenan dihadapan Tuhan.
Bisa dibuktikan, orang yang mengasihi dan menghargai nilai jiwa manusia pasti memiliki pribadi yang agung yang keharuman kasih Kristus didalam dirinya pasti bisa dirasakan oleh banyak orang.
Orang yang memiliki sikap hati seperti Tuhan Yesus, pasti memiliki kepedulian terhadap orang lain.
Ia pasti merasa bertanggung jawab atau terbeban atas keselamatan orang lain. Jika demikian, maka apa pun rela ia korbankan demi keselamatan orang lain; harta, perasaan, waktu dan lain sebagainya.
Ia memiliki kegigihan yang tinggi dalam ladang pekerjaan Tuhan.
Demi kepentingan pelayanan pekerjaan Tuhan, misi dan berbagai pelayanan yang bertendensi menyelamatkan jiwa didukungnya tanpa batas.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang baru layak disebut sebagai orang-orang yang memperagakan kehidupan Tuhan Yesus yang pernah hadir di tengah-tengah dunia dua ribu tahun yang lalu.
Untuk hal ini seseorang tidak harus menjadi pendeta atau aktivis gereja.
Yang penting melalui segala hal yang dilakukan, ikut mengambil bagian dalam keselamatan jiwa orang lain.
Untuk ini jiwanya sendiri juga harus sudah selamat, maksudnya ia pun sendiri harus tetap mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar, terus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya dan hidup tidak bercacat dan tidak bernoda dihadapan Tuhan setiap saat.
Pelayan Tuhan yang melayani karena penghargaannya terhadap nilai jiwa manusia, pasti melayani dengan motivasi yang murni.
Ia tidak akan bersikap diskriminatif.
Ia tidak membedakan yang kaya dan yang miskin, latar belakang suku, bangsa dan lain sebagainya.
Dalam pelayanan, baginya yang penting jiwa-jiwa diselamatkan yaitu dikembalikan kepada rancangan Tuhan yang semula menjadi anak-anak Allah yang menghidupi nilai-nilai kehidupan yang berstandar kesucian Allah.
Jadi fokus pelayanan yang benar adalah bukan pada besarnya gedung gereja dan jumlah anggota gereja.
Tentu keselamatan jiwa di sini bukan sekadar membawa orang menjadi anggota gereja, tetapi mendewasakan semua orang yang sudah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan, sehingga mereka semakin berkarakter Kristus; hidup dalam kesucian Tuhan yang sempurna.
Selama seseorang masih hidup dalam dosa, bersahabat dengan mencintai dunia dan masih hidup serupa dengan dunia ini, ini berarti ia belum bersedia diselamatkan oleh Tuhan, ia tidak mungkin bisa menyelamatkan orang lain jika ia sendiri belum bersedia masuk kedalam proses keselamatan secara benar seperti yang telah Tuhan gariskan.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar