Rabu, 02 November 2016

MEWASPADAI PRAKTEK DUALISME KEHIDUPAN


Yohanes 4:23  Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.

Orang Kristen yang dewasa akan dibawa kepada pemahaman bahwa seluruh perjalanan hidupnya setiap hari adalah liturginya/penyembahan di hadapan Tuhan.
Ia tidak memisahkan antara kehidupan setiap hari di satu pihak dan kebaktian (liturgi) di gereja di pihak lain.
Jika ada usaha pemisahan antara penyembahan disatu pihak dan kegiatan hidupnya dipihak lainnya maka hal ini disebut sebagai dualisme kehidupan.
Orang Kristen yang dualistis seakan-akan memiliki dua wilayah, wilayah hidup berurusan dengan Tuhan dan wilayah hidup tidak berurusan dengan Tuhan. Wilayah hidup berurusan dengan Tuhan diatur oleh tatacara ibadah atau liturgi atau seremonial ritual.
Bagi bangsa Israel disebut Chuqqim atau undang-undang ibadah. Dalam chuqqim terdapat pengaturan bagaimana melakukan upacara agama atau tata ibadah kepada Yahweh.
Adapun wilayah hidup setiap hari ketika tidak berurusan dengan Tuhan diatur oleh misypatim yang memuat hukum atau syariat juga disebut sebagai undang-undang sipil.
Di dalam misipatym setiap langkah hidup diatur, jenis makanan yang dihalalkan dan diharamkan, model pakaian yang harus dikenakan bagi wanita dan lain sebagainya.
Cara hidup seperti ini bukan hanya dimiliki oleh bangsa Israel tetapi juga banyak agama di dunia.
Kekristenan yang benar dan originil yang Tuhan ajarkan bukanlah demikian.

Orang yang hidupnya dualisme tidak akan bisa berkenan dihadapan Tuhan, ia tidak akan bisa menyelenggarakan hidup sebagai penyembah-penyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran.
Sebab penyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran adalah liturgi penyembahan yang tiada henti dari seseorang bangun dipagi sampai ia rebah kembali beristirahat dimalam hari.
Perlu digaris bawahi setiap perkataan yang diucapkan, tindakan yang dilakukan dan cara sikap hati terhadap sesamanya adalah liturgi penyembahan kepada Bapa.
Sayang sekali, banyak orang Kristen yang tidak memiliki bangunan berpikir seperti ini.
Mereka belum masuk dalam penyembahan di dalam roh dan kebenaran, yaitu pola hidup beribadah yang harus tergelar dalam kehidupan umat pilihan Perjanjian Baru (Yohanes 4:24).
Banyak orang Kristen menjadi sesat ketika memisahkan antara kehidupan setiap hari dengan ibadahnya kepada Tuhan dalam bentuk liturgi dalam gereja.
Mereka belum mengerti hakekat kekristenan, mereka ada dalam belenggu keberagamaan.
Komunitas Kristen seperti ini biasanya berusaha untuk mengembangkan pola liturgi didalam gereja yang sebaik-baiknya, mereka merasa itulah jantung hidup kekristenan.

Bagi kelompok komunitas tertentu, liturgi didalam gereja di buat sekhidmat mungkin, dalam keteduhan dan keheningan.
Menurut mereka itulah cara yang paling pantas dan sopan menghormati Allah.
Tetapi begitu sudah diluar gereja mereka tidak lagi melakukan penyembahan kepada Allah, padahal penyembahan kepada Allah harus berlangsung setiap saat melalui segala sesuatu yang ia lakukan baik perkataan, pebuatan dan sikap hatinya.
Bagi kelompok yang lain liturgi dibuat seheboh-hebohnya dengan gaya spontanitas yang tinggi didalam gereja semata-mata. Karena menurut mereka, Allah adalah Allah yang energik dan dinamis, juga dalam nyanyian dan alat musiknya.
Mereka berusaha menyanjung-nyanjung atas kuasa dan kebaikan-Nya, serta mempromosikan kuasa-Nya semata-mata dengan gencar tanpa memperkenalkan hakekat-Nya secara lengkap.
Di kehidupan setiap hari, mereka puas dengan kehidupan moral yang baik yang mereka telah capai di mata masyarakat. Mereka juga berusaha menyelamatkan milik mereka dengan menggunakan kuasa Tuhan.
Mereka berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan melindungi segala milik mereka harta kekayaan, bisnis dan lain-lain, padahal semuanya itu adalah kebahagiaannya.
Dengan memiliki sikap demikian, Tuhan bukan lagi menjadi kebahagiaan satu-satunya.
Orang seperti ini adalah orang yang tidak mengerti hakekat Tuhan sebagai pemilik kehidupan.
Sikap doa yang benar adalah menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan sebab Tuhanlah pemilik semuanya bukan kita sebagai pemiliknya.
Kekristenan yang original adalah ketika seseorang berani percaya kepada Tuhan Yesus maka ia tidak boleh merasa orang yang bermilik selain hanya memiliki Tuhan Yesus sebagai kebahagiaan dan milik satu-satunya.
Harta kekayaannya merupakan milik Tuhan yang hanya dipercayakan untuk dikelola sesuai komando dari Tuhan.
Olehnya orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus tidak lagi merasa bermilik selain Tuhanlah yang menjadi milik satu-satunya yang ia miliki.
Orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus harus rela melepaskan segala miliknya dan kemudian baru dapat menjadi seorang pengikut yang sejati dihadapan Tuhan Yesus sebagai murid-Nya (Lukas 14:33).
Orang Kristen yang berani bersikap seperti ini adalah orang Kristen yang dewasa dan menjadikan Tuhan sebagai pemilik kehidupannya.

Banyak orang Kristen menjadi keliru ketika memisahkan antara kehidupan
setiap hari dengan ibadah kepada Tuhan dalam bentuk liturgi dalam gereja.
Jika anda adalah salah satunya yang sedang dalam praktek yang keliru ini, segera ubah cara penyembahan anda kepada Tuhan dengan secara benar.
Pandangan yang keliru ini harus diubah secara total sebab hidup seseorang tidak akan bisa berkenan dihadapan Tuhan jika ia tidak menyembah Dia dalam roh dan kebenaran setiap saat dan setiap hari disepanjang waktu umur hidupnya.

Galatia 4:18  Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar