Kamis, 17 November 2016

KEPANTASAN DIRI MASUK KE PESTA PERKAWINAN ANAK DOMBA


Wahyu 19:7  Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Pernahkan kita mempersoalkan secara serius untuk selalu memeriksa diri kita apakah kita sudah menampilkan kehidupan sebagai mempelai Kristus yang sejati?.
Menurut anda bagaimana penilaian Tuhan terhadap kehidupan yang sudah anda gelar selama ini, apakah Tuhan akan memberi nilai yang baik sehingga dipantaskan turut masuk ke dalam pesta perkawinan Anak Domba yang Maha Dashyat itu?.
Kata perkawinan dalam ayat diatas teks aslinya adalah "gamos" yang berarti pesta perkawinan, upacara perkawinan.
Sesungguhnya kata perkawinan dalam teks tersebut bukanlah menunjuk perkawinan dalam arti harafiah seperti yang kita kenal dalam kehidupan manusia. Tetapi hanya sebuah figuratif.
Orang percaya yang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan setia sampai akhir memelihara imannya maka merekalah yang layak berjumpa dan disambut sebagai mempelai bagi Kristus (2 Korintus 11:2-3).
Perjumpaan orang percaya dengan Tuhan Yesus suatu hari nanti digambarkan sebagai sebuah pesta perkawinan.
Kata “mempelai” juga bukanlah mempelai dalam pengertian harafiah atau pengertian umum.
Mempelai hendak menunjuk bahwa orang percaya adalah kekasih Tuhan yang nanti suatu hari akan dipertemukan dengan Tuhan sebagai kekasih-Nya.
Kata perkawinan hendak menunjukkan hubungan yang sangat istimewa antara orang percaya dengan Tuhan Yesus.

Perjumpaan orang percaya yang setia dengan Tuhan Yesus adalah perjumpaan yang sangat luar biasa.
Hal ini seharusnya menjadi kerinduan orang percaya yang benar-benar telah bertumbuh dalam iman dan mencapai kedewasaan rohani yang memiliki pikiran dan perasaan Kristus didalam dirinya.
Kerinduan mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus tidak mungkin dimiliki oleh orang percaya yang tidak setia.
Dengan hal ini kita dapat menemukan ciri dari seorang Kristen yang setia dan dewasa rohani secara benar.
Cirinya adalah merindukan Tuhan.
Hanya Tuhan yang menjadi sumber bahagia dan sukacitanya.
Orang percaya yang sungguh-sungguh merindukan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaan dihidupnya maka ia akan dibawa sampai ketahap "Tuhan Yesus cukup bagiku, yang lain tak ku ingini lagi".
Hal ini sebenarnya sejajar dengan ungkapan Rasul Paulus dengan kalimat : Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21).
Dari ungkapan ini menandakan ciri bahwa Rasul Paulus benar-benar menghidupi jejak yang diteladankan oleh Tuhan Yesus yang tidak lagi menjadikan fasilitas dunia sebagai tempat kebahagiaan hidup/tujuan hidup (Lukas 4:5-8).
Kebahagiaan hidup orang percaya yang sesungguhnya sejatinya adalah dapat mencapai keadaan diri yang layak disebut sebagai mempelai Kristus yang setia yang ditemukan Tuhan dengan tidak bercacat cela dihadapan-Nya, ini merupakan kebahagiaan hidup yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Kesetiaan sebagai orang Kristen tidaklah cukup diukur dengan kehadirannya di gereja hari Minggu. Tidak cukup pula ditandai dengan aktivitasnya di dalam kegiatan gereja. Bahkan belumlah cukup diukur dengan menjadi fulltimer gereja atau menjadi pendeta.
Kesetiaan kepada Tuhan Yesus paling tidak ditandai dengan dua hal.
Pertama, kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela. Ini adalah orang-orang yang benar-benar membawa dirinya sebagai mempelai Kristus yang selalu dapat memberi nilai tinggi Tuhan setiap hari dengan menggelar hidup dalam kesucian dihadapan-Nya dengan tanpa batas.
Kedua, hati yang tidak mengingini materi dunia sebagai tujuan hidupnya seperti (rumah, mobil, perhiasan, barang banded dan lain sebagainya yang bersifat materi) dan kehormatan manusia.
Tidaklah salah memiliki semua itu, justru sebaliknya kita harus memilikinya demi melayani pekerjaan Kristus dibumi ini, tetapi semua itu tidaklah dicari dan dimiliki demi kebahagiaan diri dan kepentingan pribadi.
Semua yang ada pada kita haruslah dipersembahkan kepada Tuhan sebagai milik-Nya dan digunakan untuk kepentingan Kerajaan Sorga.

Orang percaya yang memiliki kerinduan terhadap Tuhan sama dengan memiliki pengharapan mengenai kehidupan bahagia dikerajaan Tuhan Yesus dilangit baru dan bumi yang baru.
Pengharapan seperti ini menyucikan dirinya sama seperti Dia adalah suci (1Yohanes. 3:3).
Maksud ayat ini adalah bahwa seorang yang mengarahkan hidupnya menjadi mempelai Kristus yang selalu berjuang untuk tidak bercacat dan tidak bercela yang kerinduannya menantikan kedatangan Tuhan Yesus dengan setia, maka pada waktu hari kedatangan Tuhan adalah menjadi suatu milik yang pasti tubuhnya akan diubah dalam sekejap menjadi tubuh yang mulia seperti tubuh Tuhan Yesus.
Tubuh yang tidak akan mengalami kematian untuk selama-lamanya.
Pada waktu itulah terjadi perjumpaan antara kita dengan Tuhan Yesus. Perjumpaan itulah yang disebut sebagai Perkawinan Anak Domba.
Tentunya perjumpaan antara orang percaya yang setia dengan Tuhan Yesus adalah perjumpaan yang juga dinantikan dan dirindukan oleh Tuhan Yesus.
Oleh sebab itu betapa kita harus sungguh-sungguh terus menerus membenahi diri untuk menjadi seperti perawan suci yang layak dipertemukan dengan Tuhan. Perawan suci artinya hidup tidak bercacat dan tidak bercela serta tidak terikat dengan dunia ini sama sekali.
Keadaan ini merupakan syarat mutlak untuk menjadi mempelai Tuhan Yesus yang sejati.

1 Tesalonika 5:23  Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar