Kamis, 16 Maret 2017

ARENA PERTANDINGAN/PEPERANGAN ROHANI


1 Korintus 9:25-27
25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Berjuang dan menguasai diri serta memperagakan hidup baru didalam kebenaran Allah adalah sikap dan prinsip hidup dalam pelayanan Paulus.
Paulus menyaksikan untuk berjuang menjadi pemenang dalam memperoleh mahkota abadi dari Tuhan membutuhkan perjuangan yang berat dan penguasaan diri yang kokoh.
Untuk itu ia mendisiplin dirinya.
Ia menggambarkan dirinya seperti seorang pelari. Dalam perlombaan semua berlomba, bertanding, tetapi hanya seorang yang akan keluar sebagai pemenang. Itu sebabnya bukan saja perlombaan itu saja harus ditempuhnya sebaik mungkin, tetapi persiapan sebelumnya pun harus sangat matang. Paulus menjelaskan ia harus menguasai dirinya supaya tidak diperbudak oleh keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan yang bahasakan Paulus dengan "melatih tubuh dan menguasai seluruhnya".

Paulus tidak ingin hidupnya menjadi sia-sia dan tidak ingin karunia dan panggilan pelayanan yang Tuhan Yesus percayakan kepadanya tidak sampai sasaran.
Tujuan Paulus ialah memperoleh mahkota abadi yang akan Tuhan karuniakan hanya bagi yang setia dan menang (Wahyu 3:5).
Berkenaan dengan perjuangan meraih mahkota abadi/hidup kekal, Tuhan Yesus memberi pernyataan-Nya di Lukas 13:23-24 di mana sebelumnya murid-murid-Nya menanyakan "sedikit sajakah orang yang diselamatkan", dan Tuhan Yesus menjawab : "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat".
Hal ini menunjukkan setiap hari adalah arena pertandingan apakah kita bersedia mengarahkan seluruh kehidupan kita, keinginan kita untuk melakukan apa yang seturut dengan kehendak Tuhan atau seturut dengan keinginan diri pribadi.

Jika kita memahami kisah Adam dalam kitab Kejadian 1-3 secara benar, maka implikasi dan aplikasinya bagi kita hari ini sangat jelas, bahwa perjalanan waktu seperti sebuah arena di mana kita diperhadapkan lawan yang harus kita kalahkan atau lawan mengalahkan kita. Peperangan itu merupakan sebuah kompetisi (persaingan), antara pihak Tuhan dan kuasa jahat.
Kitalah yang sebenarnya diperebutkan. Dalam hal ini manusia bukanlah boneka yang keadaannya ditentukan oleh sebuah takdir atau keputusan di luar dirinya. Manusia memang sebagai obyek perebutan, tetapi juga sebagai subyek yang harus memilih dan menentukan di pihak siapa berdiri atau mengikut.
Dalam hal ini manusia dimasukkan ke dalam kancah peperangan.
Sehingga hidup ini adalah arena perjuangan dalam suatu peperangan yang menentukan keadaan kekal masing-masing individu di balik kubur nanti.

Arena peperangan yang harus kita menangkan setiap saat adalah menguasai pikiran kita untuk selalu memikirkan perkara-perkara yang diatas dan bukan lagi memikirkan perkara-perkara keinginan duniawi yang sebenarnya hal fana dan temporal.
Karena peperangan rohani itu dimulai dari pikiran kita masing-masing maka kita harus memilih kepada siapa yang paling banyak mewarnai pikiran kita, apakah keinginan Tuhan untuk kita lakukan atau keinginan-keinginan duniawi diri kita yang sebenarnya adalah keinginan yang berasal dari iblis.
Apakah seseorang memberi peluang bagi Tuhan, sebagai pemenang untuk memiliki kehidupan kita ini atau kuasa lain yang memilikinya. Hal ini tergantung kepada masing-masing individu. Kalau kita memberi diri untuk dimiliki oleh Tuhan, berarti kita harus mengisi pikiran kita dengan kebenaran Firman Tuhan yang murni setiap hari, sehingga kita mengerti kehendak Allah. Ini adalah prestasi yang baik untuk kekekalan. Dalam hal ini waktu adalah anugerah, modal kehidupan untuk mencapai prestasi rohani yang memiliki nilai kekal.

Allah masuk dalam arena perjalanan waktu bersama dengan manusia, untuk itu manusia juga harus serius memperhatikan dan menghargai waktu yang diciptakan atau diadakan oleh Tuhan tersebut, dimana Tuhan memberi batas/limit waktu yang terbatas agar manusia bisa memilih apa yang benar sesuai dengan kehendak-Nya.
Pada waktu Allah hadir di Eden bersama dengan Adam dan Hawa untuk mengajar mereka kebenaran melalui Roh-Nya.
Adam diberi pilihan apakah ia taat kepada pimpinan Allah atau pimpinan iblis yang diwakili ular, namun Adam gagal memilih apa yang sempurna yang Allah kehendaki untuk dilakukan oleh Adam.
Di peristiwa lainnya Roh Allah undur ketika anak-anak Allah (keturunan Set yang masih dipimpin oleh Roh Allah) melakukan kawin campur dengan anak-anak manusia, yaitu keturunan Kain (Kejadian 6:1-4). Walaupun tidak secara eksplisit, tetapi secara implisit jelas sekali bahwa Roh Allah yang Mahahadir pasti menuntun Adam dan Hawa untuk berjalan di jalan Allah sejak di Eden, tetapi Adam dan Hawa memilih jalannya sendiri.

Ular yang adalah personifikasi dari lusifer menawarkan pengetahuan apa yang baik dan jahat “menurut versinya”.
Hal itu dimaksudkan agar supaya Adam dan Hawa serta keturunannya gagal menjadi segambar dan serupa dengan Allah. Hal ini sama maksudnya agar manusia gagal menjadi corpus delicti/hidup yang menyatakan kebenaran Allah dan melakukan kehendak Allah secara sempurna.
Ular berkata: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kejadian 3:5).
Manusia terkecoh oleh ular. Dari pernyataan ular seakan-akan Allah menyembunyikan suatu rahasia kepada manusia, karena takut disaingi. Kecurigaan inilah yang menggerakkan Adam memilih yang lain, bukan kebenaran yang disediakan Allah.
Ini sama dengan meragukan kebenaran Allah. Manusia oleh bujukan iblis membangun kebenarannya sendiri, sehingga manusia membangun gambar dan rupanya sendiri, bukan lagi gambar dan rupa Allah (Tselem Demuth).

Allah bukan tidak ingin manusia pertama dapat mengerti apa yang baik dan jahat. Allah menghendaki agar manusia memiliki pengertian mengenai apa yang baik dan jahat dari atau menurut Allah atau dari sudut pandang Allah. Melalui proses perjalanan waktu yang ditetapkan oleh Allah, seharusnya pengertian manusia dibangun dari sudut pandang Allah tersebut.
Jadi, Allah Bapa menghendaki Adam memahami apa yang baik dan jahat menurut versinya Allah, bukan versi iblis. Allah mengajar kebenaran selalu melalui proses yang bertahap. Tentu kehendak Allah Bapa, Adam menjadi serupa dengan Allah atau seperti Allah melalui perjalanan waktu yang panjang dengan mengkonsumsi kebenaran dari Allah yang digambarkan dengan buah dari pohon kehidupan. Harus diingat bahwa Allah hanya melarang mereka mengkonsumsi buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat.

Ternyata Adam bertindak di luar kehendak Allah, ia ingin segera seperti Allah sesuai dengan kehendaknya sendiri dan besar kemungkinan juga di luar jadwal Allah. Padahal tentu Tuhan menghendaki agar manusia menerima pengertian mengenai kebenaran dari sumber yang benar, yaitu dari Allah sesuai dengan jadwal-Nya. Kejatuhan manusia ke dalam dosa pada prinsipnya adalah karena Adam lebih mengisi pikirannya dengan suara yang bukan berasal dari Allah. Inilah yang membawa diri Adam kepada dosa (hamartia) atau kemelesetan (Roma 3:23).
Implikasi dari penjelasan di atas adalah bahwa sekarang ini manusia juga menghadapi realitas limitasi waktu yang diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing individu. Manusia harus memilih apakah mengkonsumsi kebenaran dari Allah atau dari sumber lain.
Kalau dalam kurun waktu yang tersedia manusia tidak mencapai apa yang dikehendaki oleh Allah atau manusia berkeadaan tidak bisa diperbaiki lagi, maka manusia, dalam hal ini orang Kristen, tidak pernah menemukan kemuliaan Allah.

Setiap hari kita diberi pilihan apakah tetap mengkonsumsi kebenaran yang berasal dari Allah melalui Injil dan tuntunan Roh Kudus untuk diperagakan didalam hidup atau mengikuti suara iblis yang menunjukkan jalan keduniawian, menggelar hidup suka-suka sendiri dan tidak dalam penurutan terhadap kehendak Allah secara sempurna.

1 Timotius 6:12  Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar