Kamis, 23 Maret 2017

PERJUANGAN MENJADI PERAWAN SUCI


2 Korintus 11:2-4
2 Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
3 Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
4 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.

Paulus memakai gambaran pertunangan atau pernikahan Yahudi, dimana Yesus Kristus adalah mempelai pria, jemaat Korintus mempelai wanita.
Paulus tidak mau jemaat Korintus ternodai oleh ajaran yang sebenarnya bukan yang diajarkan oleh Injil/ajaran sesat, sehingga tidak lagi setia kepada Kristus.
Paulus memberikan contoh tentang Hawa yang diperdaya oleh ular yang licik (2 Korintus 11:3). Paulus khawatir jika jemaat Korintus tersesat, karena mereka bersikap "sabar" terhadap beredarnya ajaran para rasul palsu (2 Korintus 11:4).
Masa kini, ada begitu banyak pengajar Alkitab atau pengkhotbah di mimbar. Itulah kesempatan bagi kita untuk mendengar pengajaran dari orang-orang yang mengakui dirinya sebagai hamba Tuhan atau pengajar Alkitab.
Kita tentu harus bersikap selektif dalam hal ini.
Jangan terima pengajarannya dengan mentah-mentah. Selidiki betul-betul apa yang menjadi tekanan pengajarannya.
Dan yang tidak kalah penting, bandingkanlah dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab.
Jika penekanan pengajarannya hanya berkutat kepada kuasa, mujizat dan menggunakan Tuhan supaya hidup semakin diberkati dalam berkat jasmani, hidup nyaman dibumi dan memiliki kemakmuran jasmani yang berlimpah maka sudah dipastikan ajaran tersebut adalah injil yang lain/injil yang bukan diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Sekilas memang mengesankan bahwa Tuhan menjadi obyek perhatian dan menyembahan, tetapi sebenarnya dibaliknya ia memiliki kepentingan agar Tuhan memenuhi keinginan-keinginannya, keterlibatan Tuhan hanya sebagai alat untuk meraih kebahagiaan duniawi.
Sementara itu tidak sedikit para hamba-hamba Tuhan tidak dengan tegas mengajarkan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Penyesatan ini luar biasa, sama seperti orang yang berpenyakit kanker ganas tetapi tidak diberi informasi mengenai penyakitnya. Bila keadaan ini berlarut-larut maka akan sampai titik dimana tidak dapat diobati dan penyakit tersebut akan merenggut nyawanya. Banyak jemaat yang sebenarnya tidak berkualitas sebagai perawan suci, tetapi mereka tidak menyadari keadaan ini.

Pengajaran Injil yang benar tidak akan menikberatkan penghargaan dan pemenuhan hal-hal materi yang sebenarnya adalah duniawi.
Pengajaran Injil yang benar adalah pengajaran yang menekankan bagaimana seseorang digiring kepada pertobatan sejati yang berjuang menjadi perawan suci bagi Tuhan Yesus yang hidupnya sepenuhnya diarahkan hidup bagi Tuhan dan melakukan kehendak-Nya (2 Korintus 5:15), mengasihi Tuhan secara bulat dan utuh yang menjadikan Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan.
Terdapat perjuangan yang berat untuk menjadi perawan suci bagi Tuhan.
Perjuangannya terletak pada saat kita harus melepaskan segala ikatan dan kecintaan kita terhadap apa pun dan siapapun serta menempatkan Tuhan Yesus sebagai pribadi yang paling berharga dan tercinta.
Hal ini digambarkan oleh Alkitab bahwa orang percaya harus meninggalkan ayah dan ibu dan bersatu dengan pasangan hidup. Demikian pula kita harus menanggalkan segala keterikatan dengan dunia ini (Ibrani 12:1; Markus 10:21-22). Perjuangan ini sangat berat, sebab keterikatan dengan mamon adalah ikatan yang nyaris tidak dapat dipatahkan.
Oleh pertolongan Tuhan kita bisa melakukannya.
Dahulu kita terikat dengan dunia, sekarang kita harus terikat sepenuhnya dengan Tuhan (1 Korintus 6:17).
Orang yang ingin terikat dengan Tuhan harus menjadi satu roh dengan Tuhan, satu selera dan satu rasa dengan Tuhan, ini berarti seseorang harus memiliki kesediaan mengarahkan hidup seluruhnya untuk melakukan kehendak Tuhan, hidup dalam pimpinan-Nya dan menyenangkan hati-Nya setiap saat.
Inilah usaha untuk menempatkan diri sebagai mempelai wanita yang setia bagi Tuhan Yesus.
Suatu kali nanti ketika pesta perkawinan Anak Domba berlangsung semua orang yang setia sampai akhir menjadi mempelai-Nya yang menjaga kesucian hidupnya akan memperoleh kebahagiaan yang luar biasa.

Sementara masih di dunia ini, orang percaya menghadapi kuasa kegelapan yang terus berusaha untuk menarik mereka masuk dalam persekutuan dengan kuasa gelap itu (2 Korintus 11:2-3). Terdapat orang-orang Kristen yang tidak setia, yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk kacang merah (Ibrani 12:16-17).
Mereka menikmati dunia seperti anak dunia menikmatinya. Hatinya sebenarnya sudah diserahkan dan dimiliki oleh yang lain selain Tuhan, Ini adalah sebuah ketidaksetiaan.
Dalam Ibrani 12:16 terdapat kata Cabul. Percabulan di sini bukan percabulan badan secara fisik (seks) tetapi percabulan rohani.
Salah satu hukum Tuhan yang mengatakan "jangan ada padamu Allah lain" hal ini bukan hanya dimengerti bahwa ada yang disembah selain Tuhan atau menggantikan obyek yang disembah dengan obyek lain, tetapi juga ketika hati dan pikiran seseorang sudah tertuju kepada hal-hal perkara duniawi dan hubungan eksklusif dengan Tuhan digantikan menyibukkan diri dengan hal pemenuhan kebutuhan kemakmuran jasmani maka itu adalah pelanggaran yang berat.
Mengapa demikian? Sebab memang manusia diciptakan untuk Tuhan sebagai mempelai-Nya yang tidak bercacat dan tidak bercela (2 Petrus 3:11-14).
Terkait dengan hal ini, Iblis tidak terlalu takut kalau orang Kristen pergi ke gereja dan menjadi pengerja gereja bahkan menjadi pendeta, tetapi Iblis gentar kalau ada anak-anak Tuhan yang sungguh-sungguh mau mengikatkan dirinya dengan Tuhan dalam hubungan yang eksklusif yang hanya Tuhan menjadi tujuan hidupnya dan yang menjadi tempat utama dan nilai yang tertinggi kehidupan.

Orang-orang yang menjadi mempelai sebagai perawan suci ini akan pasti sangat militan dan mengasihi Tuhan secara luar biasa. Mereka akan menaruh hidupnya untuk ikut membinasakan pekerjaan iblis dengan berani tidak serupa dengan dunia dan hidup tidak bercacat dan tak bernoda sambil menantikan kedatangan Tuhan.
Seharusnya tujuan seluruh kegiatan pelayanan pekerjaan Tuhan adalah bagaimana mempertunangkan jemaat dengan Tuhan Yesus dan sungguh-sungguh mempersiapkan jemaat Tuhan menjadi perawan suci yang tak bercacat bagi Tuhan (2 Korintus 11:2-3).
Menjadi perawan suci artinya memiliki hati yang sungguh-sungguh hanya terarah kepada Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan.
Orang-orang yang berkualitas sebagai perawan suci tidak mempersoalkan kenyamanan hidup dibumi ini, penghargaannya terhadap hal-hal materi dan hal duniawi telah menjadi pudar sebab hal tersebut sudah bukan lagi merupakan tujuan hidupnya.
Tujuannya hanyalah Tuhan dan kerajaan-Nya, apa yang ia usahakan didalam seluruh wilayah hidupnya adalah sarana untuk pengabdian diri kepada Tuhan dan tidak lagi untuk mementingkan kepentingan pribadi.
Dalam hal ini, ia lebih mempersoalkan perkenanan hidupnya setiap hari dihadapan Tuhan, ia menyadari bumi ini bukan rumah tinggal permanennya sehingga ia sangat sadar bahwa selama hidup dibumi yang ia butuhkan ialah mencari, mengerti dan melakukan kehendak Tuhan secara sempurna.
Memang sangat jarang orang yang memiliki kualitas seperti ini, tetapi kita harus berusaha untuk dapat mencapainya. Tuhan akan memampukan kita mencapainya. Betapa luar biasa agungnya orang yang memiliki kualitas sebagai perawan suci bagi Tuhan ini. Sesungguhnya inilah ukuran sukses kehidupan sebagai anak Tuhan.

Jadi bukan tanpa alasan kalau Paulus berkata: “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” Dengan mendengar Firman yang benar dan mengalami pembaharuan pikiran terus menerus yang diarahkan kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, kita mengerti bagaimana seharusnya mengasihi Tuhan dengan melakukan apa yang baik, berkenan dan yang sempurna sesuai dengan kehendak-Nya (Roma 12:2). Diri kita harus dibersihkan melalui pembaharuan pikiran terus menerus dengan Firman Tuhan yang murni, sehingga kita dapat melekatkan hati kita kepada Tuhan Yesus secara benar dan nyanyian jiwa kita secara permanen adalah "Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi, sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya".

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar