Jumat, 31 Maret 2017
MEMAHAMI ANUGERAH KESELAMATAN SECARA BENAR
Matius 7:21-23
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Tuhan Yesus memperingatkan para murid bahwa orang yang hanya mengaku percaya dibibir dengan berseru kepada Tuhan Yesus "Tuhan-Tuhan" tidak akan mampu menembus masuk kedalam kerajaan surga.
Bahkan mereka yang kelihatannya melakukan banyak hal dalam pelayanan, termasuk hal-hal yang spektakuler atas nama Tuhan tidak dengan sendirinya diakui oleh Tuhan Yesus sebagai anak-anak kerajaan yang pantas dimuliakan untuk masuk kedalam kerajaan surga.
Hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa, itulah yang akan diakui oleh Tuhan Yesus sebagai anak-anak Allah yang akan diterima di kemah abadi di kerajaan-Nya yang kekal.
Satu hal yang sangat prinsip yang harus dipahami oleh orang percaya adalah mengenai pengertian keselamatan. Keselamatan bukan hanya berarti memberi diri dibaptis selam dan dengan bibir mengaku percaya kepada Tuhan kemudian dinyatakan selamat terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga.
Pengertian keselamatan seperti ini mengabaikan tanggung jawab individu untuk memenuhi panggilan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar sehingga tidak benar-benar berjuang dapat menjadi anak-anak Allah yang bertekun melakukan kehendak Bapa.
Mengerjakan keselamatan merupakan pergumulan hidup satu-satunya orang percaya, di mana Allah melengkapi orang percaya dan menuntun untuk mengerjakannya (Filipi 2:12-13). Pergumulan inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus sebagai perjuangan atau usaha keras untuk masuk pintu yang sesak atau sempit.
Dengan demikian keselamatan bukan sesuatu yang mudah, tetapi jalan yang sukar karena kita harus mengikuti jejak-Nya. Mengikut jejak Tuhan Yesus berarti hidup sama seperti Ia pernah menjalaninya (1 Yohanes 2:6), yaitu ketika mengenakan tubuh daging dua ribu tahun yang lalu di Palestina.
Selama ini terdapat kesesatan dalam pikiran banyak orang Kristen, keselamatan dianggap murahan ketika mereka memahami bahwa anugerah keselamatan berarti hanya menerima saja keselamatan yang disediakan Allah dalam Yesus Kristus tanpa respon untuk mengenal lebih dalam Pribadi dan kehendak-Nya untuk bertekun dilakukan, dan tanpa minat yang tinggi menjadi pribadi yang layak disebut sebagai anak-anak kerajaan surga yang memiliki keberadaan karakter anak-anak Allah yang menghidupi nilai-nilai seluruh keteladanan dan seluruh jejak yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Mereka beranggapan bahwa respon dalam bentuk usaha manusia dapat merusak konsep anugerah yang Alkitab ajarkan. Mereka juga memandang respon sebagai keangkuhan, seakan-akan dengan respon tersebut manusia bermaksud mencapai keselamatan dengan usahanya sendiri. Mereka lebih percaya bahwa Allah mengatur segala sesuatu sehingga keselamatan terjadi dalam kehidupan orang yang dipilih untuk selamat tanpa respon manusia sama sekali untuk bertekun hidup didalam kehendak-Nya. Konsep keselamatan seperti ini hanya terfokus pada terhindarnya manusia dari neraka dan diperkenan masuk surga dengan cara hidup yang pasif tidak mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar serta tidak dengan segenap jiwa memenuhi panggilan Tuhan secara ketat agar mengenakan manusia baru yang segambar dan peka terhadap kehendak-Nya.
Sebenarnya banyak orang telah mengajarkan dan diajar konsep anugerah yang keliru.
Tanpa mereka sadari, mereka berharap keselamatan terjadi atau dapat berlangsung secara otomatis atau berlangsung tanpa tanggung jawab individu, tanpa berperannya respon manusia untuk hidup secara proporsional dengan tanggung jawab memperbaharui manusia batiniahnya dari hari ke hari dihadapan Tuhan.
Ditambah lagi dengan premis yang salah bahwa Allah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan dan membiarkan orang yang tidak ditentukan selamat menuju kebinasaan.
Orang-orang memiliki konsep pandangan seperti ini sebenarnya tidak memiliki bangunan iman yang diajarkan oleh Injil.
Sesungguhnya keselamatan adalah usaha Allah mengembalikan manusia kepada rancangan semula. Rancangan semula Allah adalah manusia menjadi pribadi yang segambar dan serupa dengan Allah sendiri, Penciptanya (Roma 8:29).
Segambar dan serupa artinya manusia dalam segala hal, baik yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Tuhan Yesus telah menjadi teladan memperagakan kehidupan seperti ini.
Jadi, hanya orang yang mengikuti jejak Tuhan Yesus yang dapat dikembalikan ke rancangan semula. Inilah keselamatan yang sejati didalam Kristus.
Tuhan Yesus adalah pokok keselamatan, artinya penggubah dan teladan (role model) dari karakter yang diikuti oleh setiap individu orang percaya yang menghargai dan menghormati karya keselamatan-Nya bagi kehidupan manusia.
Dalam hal ini harus ditekankan bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus.
Manusia yang segambar dan serupa dengan Allah berarti mengenakan kodrat Ilahi (divine nature).
Seharusnya Adam dan Hawa, manusia pertama, mencapai kehidupan pada level ini.
Inilah kualitas manusia yang dikehendaki oleh Allah. Jika Adam dapat mencapainya, manusia pertama ini tentu dapat menjadi "role model” bagi seluruh keturunannya dan bagi kehidupan umat manusia dibumi ini. Tetapi kenyataannya manusia pertama ini gagal mencapai target yang kehendaki oleh Allah, Adam gagal mencapai ketaatan melakukan kehendak Allah secara sempurna.
Allah menghendaki agar umat pilihan-Nya memiliki keberadaaan karakter seperti diri-Nya, ini satu hal yang dirindukan oleh Allah untuk dicapai oleh setiap umat pilihan-Nya, sebab segala sesuatu dari Dia dan oleh Dia, maka segala sesuatu patut dipersembahkan bagi kemuliaan dan kesukaan hati-Nya.
Allah yang Mahaagung adalah Allah yang berdaulat, menghendaki segala sesuatu berlangsung sesuai dengan keinginan dan rencana-Nya. Hanya dengan demikian makhluk ciptaan dapat menempatkan dirinya dengan benar serta menghargai, menempatkan Penciptanya secara patut ditempat yang teratas dan menjadi nilai yang tertinggi didalam kehidupan.
Seandainya semua manusia tetap dapat mempertahankan keberadaannya untuk bisa taat kepada Allah secara absolut yang terus menghidupi karakter yang serupa dan segambar seperti moral karakter sesuai dengan rancangan-Nya, bumi ini tidak membutuhkan hukum tertulis seperti hari ini, sebab hukumnya adalah kodrat Ilahi yang tertanam di dalam hati manusia.
Manusia pertama sebenarnya dirancang dengan hidup tidak dibawahi bayang-bayang hukum, bisa selalu bertindak sesuai seturut kehendak-Nya dan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Ini suatu kehidupan yang sungguh-sungguh indah dan menyenangkan hati Allah.
Sebenarnya dunia seperti itulah yang dikehendaki oleh Allah.
Seandainya manusia pertama tetap memilih taat kepada Allah maka Bumi ini akan tetap menjadi hunian yang teramat baik bagi manusia.
Tetapi faktanya tanah di bumi ini telah dikutuk oleh Tuhan sejak jatuhnya manusia didalam dosa, bumi ini tidak lagi dapat menjadi hunian yang ideal karena manusia lebih banyak memilih jalannya sendiri ketimbang berjalan seturut dengan kehendak Tuhan.
Oleh sebab itu Tuhan menyediakan langit baru dan bumi yang baru sebagai hunian kekal bagi orang-orang yang menang yang mau menghargai karya keselamatan dari Tuhan dengan bertekun memberi buah ketaatan melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan dengan kesetiaan pengabdian yang tanpa batas kepada Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Keselamatan dalam Yesus Kristus bertujuan mengubah manusia untuk dilayakkan masuk kedalam Kerajaan-Nya.
Bukan hanya dianggap layak, tetapi benar-benar berkeadaan layak.
Itulah sebabnya Tuhan mendidik kita agar kita terus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10) dan dapat dikembalikan kepada rancangan-Nya yang semula dimana manusia dalam seluruh tindakannya bisa peka terhadap kehendak Allah secara sempurna, peka dengan pikiran dan perasaan-Nya, sehingga dapat menjadi umat-umat yang layak melayani-Nya didalam kekekalan.
Berkenaan dengan hal ini Rasul Petrus menyerukan agar kita berjuang untuk dapat ditemukan oleh Tuhan tak bercacat dan tak bernoda hingga sampai pada kedatangan-Nya (2 Petrus 3:14).
Itulah sebabnya hidup singkat di bumi ini sesungguhnya hanya sebagai persiapan untuk kekekalan dan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, memberi buah-buah pertobatan yang sejati dengan hidup dalam ketaatan melakukan kehendak-Nya dengan tanpa batas, hal ini hendaknya menjadi satu-satunya pergumulan atau perjuangan hidup orang percaya yang terus mau menghormati dan menghargai karya keselamatan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus diatas kayu salib.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar