Jumat, 24 Maret 2017

BERJUANG MASUK JALAN SEMPIT


Lukas 13:22-24
22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"
24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.

Suatu hari ada seorang bertanya kepada Tuhan Yesus: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”
Pertanyaan ini muncul setelah Tuhan Yesus berbicara mengenai Kerajaan Surga. Jadi pertanyaan ini berbicara sekitar apakah sedikit orang yang bisa masuk Kerajaan Surga.
Tuhan Yesus menjawab: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat (Lukas 13:23-24). Jawaban ini jelas sekali menunjukkan bahwa tidak mudah seseorang dapat masuk Kerajaan Allah. Walaupun Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa tetapi Tuhan tidak membuat jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah itu mudah. Sebab seseorang perlu meresponi keselamatan dari Tuhan untuk selalu berjuang menggelar hidup berkenan yang sama dengan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, Inilah tatanan Tuhan yang tidak dapat diubah.

Kata berjuang dalam teks aslinya adalah agonizomai (ἀγωνίζομαι), yang memiliki arti sempit (berjuang, bergumul, bekerja keras).
Tetapi kata ini dalam pengertian yang lebih luas berarti masuk dalam sebuah perlombaan atau kontes di mana terdapat saingan atau musuh yang membuat sulit atau sukar pergumulan perjuangan tersebut.
Kata agonizomai menunjukkan perjuangan yang harus merenggut atau menyita semua perhatian kita, dan mengalahkan semua kepentingan.
Dalam kitab Ibrani 12:1 mengemukakan mengenai adanya perlombaan.
Kata perlombaan dalam teks tersebut adalah agon (ἀγών), selain memiliki pengertian sebagai the place of contest (tempat pertandingan atau perlombaan) juga bisa berarti sebuah peperangan atau pertempuran (a battle).

Selanjutnya kata penting yang harus dianalisa adalah kata “berusaha”.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa banyak orang berusaha (masuk Kerajaan Allah), tetapi tidak akan dapat.
Kata berusaha ini dalam teks aslinya adalah zetesousin (ζητήσουσιν), dari akar kata zeteo (ζητέω). Kata ini selain bisa berarti merindukan juga bisa berarti to seek in order to find (mencari sesuatu untuk memperoleh).
Tuhan Yesus menunjukkan bahwa untuk masuk Kerajaan Allah tidak cukup dengan merindukan atau mencari dengan kadar tanpa perjuangan berat. Kalau hanya merindukan dan mencari Kerajaan tersebut ala kadarnya saja, maka tidak akan dapat memperolehnya atau tidak akan dapat masuk ke dalamnya.

Tentu tidak ada orang yang merindukan neraka. Semua orang beragama yang baik juga berusaha untuk dapat menghindari neraka dengan mencari Kerajaan Allah. Tetapi masalahnya apakah kadar pencariannya sudah sampai pada level berjuang (agonisomai) atau hanya berusaha (zeteo). Dalam kehidupan komunitas orang Kristen, kita temukan orang-orang Kristen yang pergi ke gereja dengan rajin. Bahkan di antara mereka ada yang mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan gereja sebagai aktivis. Ada pula yang menjadi seorang rohaniwan atau pendeta yang disahkan sinode sebagai pejabat gereja. Semua itu belum tentu sudah berkategori “berjuang” (agonizomai).
Sebab tidak sedikit orang yang bergereja hanya untuk kepentingan hidup di bumi, yaitu demi pemenuhan kebutuhan jasmani. Tidak sedikit pula aktivis dan rohaniwan yang mengambil bagian dalam kegiatan gereja hanya untuk kepentingan individu atau lembaga (institusi). Mereka belum masuk perjuangan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus. Mereka belum bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Pertanyaan penting terkait dengan hal ini adalah mengapa masuk ke dalam Kerajaan Allah itu sukar? Tentu jawabnya harus ada di sekitar pernyataan Tuhan tersebut. Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka yang tidak diperkenan masuk Kerajaan Allah adalah mereka yang melakukan kejahatan (Lukas 13:27).
Kata kejahatan dalam teks aslinya adalah adikia (ἀδικία). Kata adikia ini berarti : ketidakadilan, kelaliman hati, perbuatan melanggar hukum dan keadilan, ketidakbenaran).
Dunia sekitar kita sudah menjadi jahat seperti yang dikemukan oleh Tuhan Yesus sebagai adikia.
Semua ini ada perhitungannya nanti di pengadilan Allah/takhta pengadilan Kristus yang dipimpin oleh Tuhan Yesus. Sebab yang ditabur orang itu juga akan dituainya. Bagi kita yang penting, tidak ikut masuk dalam praktek hidup adikia yang mewabah dalam kehidupan hampir semua manusia di sekitar kita hari ini.
Orang-orang yang ditolak oleh Tuhan Yesus juga termasuk orang-orang yang sudah makan minum semeja dengan Tuhan. Ini berarti mereka orang-orang yang kelihatannya sudah akrab dan dekat dengan Tuhan, yang kelihatannya hidup melayani selama di dunia namun sebenarnya hidupnya masih terdapat kepentingan-kepentingan duniawi yang melayani kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan Tuhan (Lukas 13:25-29).
Hal ini menjadi peringatan bagi kita yang merasa hari ini dekat dengan Tuhan karena pergi ke gereja, menjadi aktivis juga menjadi pendeta.

Pernyataan Tuhan di Lukas 13:27 dengan kalimat “Aku tidak tahu dari mana kamu datang”, dalam teks aslinya terdapat kata pothen (πόθεν) juga bisa menunjuk mengenai kondisi bukan sekadar tempat. Jadi Tuhan hendak menunjuk sumber kondisi hidup seseorang yang ditolaknya, Tuhan tidak mengenal dan tidak menemukan kehidupan dan kondisi hati seperti gambaran-Nya, dalam hal ini orang tersebut tidak memiliki hati yang sama yang mengikuti jejak hidup-Nya, sehingga Tuhan mengatakan "Aku tidak tahu dari mana kamu berasal".
Hal ini bertalian dengan kata adikia, kejahatan dalam hati.
Ketika seseorang terlihat baik dimata manusia, belum tentu demikian di hadapan Tuhan, sebab Tuhan menyelidiki hati manusia apakah semua yang lakukannya bersumber dari hati Tuhan dan untuk kepentingan-Nya.
Orang yang menyatakan mengikut Tuhan Yesus harus berani berjuang tanpa henti mengenakan gaya hidup yang berbeda dengan cara hidup yang dimiliki orang dunia pada umumnya yang pada umumnya adalah cara hidup yang salah yang diwarisi dari nenek moyang.
Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan kita agar kita dapat ditebus atau dimerdekakan dari cara hidup tersebut (1 Petrus 1:17-18).
Semua kegiatan hidup orang percaya harus didasarkan pada satu tujuan yaitu berjuang tanpa henti menyelenggarakan hidup seperti hidup Tuhan Yesus termasuk di dalamnya menyelamatkan jiwa-jiwa.

Keselamatan jiwa-jiwa adalah bagaimana membawa orang menjadi manusia yang memiliki karakter hidup seperti Tuhan Yesus.
Orang-orang yang memiliki tujuan hidup ini sama dengan orang yang kehilangan nyawa (psuke).
Pikiran, perasaan dan kehendaknya sepenuhnya diarahkan pada kepentingan Kerajaan Sorga.
Prinsipnya seperti Tuhan Yesus bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya (Yohanes 4:34).
Prinsip hidup seperti ini dibahasakan Paulus dengan kalimat : Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21).
Ia menyadari bahwa kalau Kristus telah mati untuk dirinya maka ia harus hidup bagi Kristus.
Sekarang kalau ia hidup, berarti ia hidup untuk memberikan buah demi kemuliaan Tuhan Yesus yang telah mati bagi dirinya (2 Korintus 14-15).
Inilah kehidupan yang dipersembahkan bagi Tuhan sepenuhnya atau tanpa batas.
Tidak heran kalau orang-orang seperti ini bisa berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi "diriku" tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaku”, artinya setiap orang percaya dipanggil oleh Tuhan untuk tidak menikmati atau mengasihi dunia ini, apalagi mengikatkan hatinya kepada harta dunia, dunia ini adalah tempat ia menumpang sementara waktu untuk belajar mengenal kehendak Tuhan, mempersembahkan hidup bagi kepentingan Tuhan dan segala fasilitas yang ada didunia ini adalah sarana untuk pengabdian dan melakukan kehendak-Nya dengan taat sampai benar-benar diperkenan oleh Tuhan sebelum ia memasuki dunia yang sesungguhnya didalam kerajaan-Nya secara fisik di sorga yang kekal.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar