Rabu, 01 Maret 2017
PERJUANGAN MELAWAN KUASA DOSA
Roma 7:21-23
21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
Sebagaimana Paulus berjuang melawan hukum dosa didalam dirinya, demikianlah kita juga harus berjuang menaklukan potensi dosa yang ada didalam diri kita.
Perjuangan hidup yang tiada henti dalam kehidupan orang percaya adalah perjuangan melawan kuasa dosa atau ketidak tepatan (dalam teks yunani : hamartia; ἁμαρτία).
Ketidak tepatan artinya tidak sesuai dengan keinginan Tuhan atau tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Perjuangan melawan ketidak tepatan ini berlatar belakang kenyataan bahwa manusia telah gagal mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya dengan sempurna.
Tuhan Yesus telah menjadi yang sulung bagi orang percaya untuk dimampukan menaklukan kuasa dosa didalam dirinya.
Sekarang orang percaya dipanggil untuk memiliki kualitas hidup yang sama seperti Tuhan Yesus. Inilah perjuangan berat tersebut.
Dalam perjalanan menaklukan kuasa dosa, orang percaya dipanggil untuk mengenakan pakaian kekudusan setiap waktu atau mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10) hal ini sama dengan mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2Petrus1:3-4).
Keselamatan diterima manusia bukan secara otomatis, tetapi menuntut kesediaannya meresponi karya keselamatan dari Tuhan Yesus dengan aktif untuk selalu mengenakan pakaian kekudusan setiap waktu.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa untuk selamat seseorang harus berjuang masuk jalan sempit (Lukas 13:3-24).
Perjuangan yang dimaksud adalah perjuangan melawan kodrat dosa (sinful nature) yang sudah melekat dalam dirinya dan kemungkinan dosa yang masih bisa dilakukan di waktu mendatang. Keberhasilan lolos dari kodrat dosa ini membuat seseorang menjadi anak-anak Allah yang diperkenan-Nya.
Perjuangan untuk menjadi “anak Allah yang sejati” adalah perjuangan yang berlangsung seumur hidup yang harus mengerahkan segenap hidup ini untuk dipimpin oleh Roh Kudus dan mentaati seluruh kehendak-Nya.
Dalam meresponi perjuangan ini, Paulus mengemukakan dalam Filipi 2:12, bahwa orang percaya harus mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.
Dengan takut dan gentar menunjukkan pergumulan yang tidak ringan.
Bila direlasikan dengan ayat sebelumnya (Filipi 2:5-7), Tuhan menghendaki agar orang percaya memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Dalam perjuangan melawan hukum dosa, Tuhan Yesus adalah teladan dan yang sulung bagi kehidupan orang percaya, setiap orang percaya harus mengikuti jejak-Nya dan memiliki pikiran-Nya. Olehnya orang percaya harus selalu diubahkan dari waktu ke waktu oleh kebenaran Firman Tuhan yang murni dan mengenakannya setiap hari diseluruh wilayah dihidupnya.
Jadi, keselamatan adalah usaha untuk menjadi manusia yang memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Itulah sebabnya orang percaya disebut sebagai Kristen yang artinya seperti Kristus.
Perjuangan melawan hukum dosa dianalogikan dengan perjuangan Tuhan Yesus dalam menyelesaikan tugas ke-Messiasan-Nya (Ibrani 12:2-3).
Dalam kitab Ibrani dikatakan: “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah” (Ibr. 12:3-4).
Nasihat ini menunjukkan bahwa kalau Tuhan Yesus sudah bergumul begitu berat untuk manusia agar bisa dibebaskan dari kuasa dosa, maka orang percaya harus mengimbangi perjuangan Tuhan tersebut dengan perjuangan yang keras agar sungguh-sungguh bisa dimerdekakan dari dosa, artinya agar dosa tidak lagi berkuasa atas kehidupan ini.
Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula.
Rancangan semula Allah adalah menciptakan manusia yang memiliki moral atau kesucian Allah sendiri.
Oleh karena standar kesucian atau kebenaran moral umat pilihan adalah moral Allah sendiri, maka orang percaya dalam hidup ini harus hanya mengarahkan diri pada tujuan keselamatan tersebut. Orang Kristen yang tidak menujukan hidupnya pada tujuan keselamatan ini berarti ia tidak bersedia diselamatkan atau menyia-nyiakan keselamatan yang Tuhan sediakan (Ibr. 2:1-3).
Di lain pihak untuk mencegah orang percaya mengembangkan sikap hidup yang benar dalam memelihara perjuangannya menaklukan kuasa dosa, iblis akan terus berusaha menyibukkan manusia dengan kesenangan hidup dan ambisi pribadinya yang berasal dari fasilitas dunia.
Tidak sedikit mereka terperangkap oleh percintaan dunia atau semangat materialisme.
Sebagai akibatnya mereka tidak memberi perhatian yang semestinya pada proses keselamatan yang harus diperjuangkan setiap individu.
Waktu mereka berlalu dengan sia-sia sehingga mereka tidak mengalami pertumbuhan kesempurnaan yang dikehendaki oleh Allah.
Olehnya kita tidak boleh lengah dan jangan mudah termakan oleh bujuk rayu dan tipu daya iblis lewat tawaran yang disediakan oleh dunia ini sebab alkitab mengatakan didalam 1 Yohanes 2:15-17
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Perjuangan melawan kuasa dosa harus terus berlangsung tiada henti didalam kehidupan kita.
Teruslah berjaga-jaga seperti yang dinasehatkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Orang yang terus bertahan dan berjuang mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar untuk selalu setia melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya sampai pada kesudahannya maka ialah yang akan beroleh selamat yang dari pada-Nya.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar