Sabtu, 11 Maret 2017

DOSA YANG TERSEMBUNYI DIDALAM HATI


Mazmur 19:13-14
13 Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.
14 Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.

Kita harus menyukakan hati Tuhan dengan perbuatan nyata, yaitu bagaimana dalam seluruh langkah hidup kita memperoleh perkenanan Tuhan.
Maksudnya, melakukan segala sesuatu dengan sikap hati yang benar.
Di mana pun dan kapan pun dan melalui segala apa pun juga Tuhan menghendaki kita melakukan segala hal dengan sikap hati yang benar.
Pemazmur mengatakan: Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.
Dalam teks Ibrani kata "kesesatan" adalah shegiy'ah yang artinya penyimpangan atau kerusakan/error.
Sedangkan kata "bebaskanlah" dalam teks Ibrani adalah naqah yang juga berarti bersihkanlah.
Kata yang penting lainnya adalah "kurang ajar" dalam teks Ibrani adalah zed yang bisa berarti sikap tidak hormat karena kesombongan/penyimpangan didalam hati.
Dalam Alkitab bahasa Indonesia terdapat kata “orang kurang ajar”, tetapi sebenarnya dalam teks asli Ibrani, kata “orang” dalam ayat tersebut tidak ada, dan sikap kurang ajar itu menunjuk kepada diri kita sendiri, bukan orang lain.

Dalam kehidupan ini mungkin secara tidak sadar kita bisa saja melakukan kesalahan yang tanpa kita sadari sebenarnya sikap tersebut adalah sikap yang alkitab katakan sikap "kurang ajar" terhadap Tuhan.
Sikap itu adalah sikap yang terdapat didalam sikap hati yang masih kedapatan bengkok (masih terdapat atau masih bisa dikuasai kesombongan, iri hati, kebencian, amarah yang dipendam, hati tidak tulus, dan lain sebagainya, yang terkadang kita pun tidak sadar hal tersebut masih ada didalam diri kita.
Kita harus bergumul keras agar sikap yang alkitab katakan sikap "kurang ajar" tidak menguasai atau mencengkeram kehidupan kita.
Kata “menguasai” di ayat 14 dalam teks Ibrani adalah mashal yang artinya memerintah atau mendominasi.
Oleh sebab itu hendaknya hati kita selalu dikuasai oleh kebenaran Firman Tuhan setiap saat, kita harus selalu intens belajar kebenaran Injil agar dapat memiliki kecerdasan roh untuk dengan cepat menditeksi sikap hati yang bengkok sehingga kita selalu dapat hidup dalam persekutuan dengan Tuhan secara harmoni.

Dalam Lukas 18:9-14 ditunjukkan suatu perumpamaan yang memuat sindiran yang ditujukan terhadap sikap hidup orang Farisi yang selama itu dipandang sebagai manusia suci yang berstandar moral tinggi. Pemungut cukai dibenarkan, tetapi sebaliknya orang Farisi tidak. Di sini jelaslah bahwa Tuhan meneliti sikap hati seseorang lebih dari fakta lahiriahnya. Kesombongan yang bertakhta di hati orang Farisi telah menghapus segala kebaikan lahiriahnya. Tetapi sebaliknya, kerendahan hati dan pertobatan pemungut cukai menghapus segala kebejatan yang nampak pada fakta lahiriahnya.
Dalam Matius 5 Tuhan Yesus menguraikan tentang golden rule (jalan kebenaran) yang diperuntukkan bagi warga Kerajaan Surga. Dari beberapa contoh yang dikemukakan Tuhan Yesus, kita menemukan tekanan Tuhan pada hal batiniah: Menurut dunia konsep membunuh kalau seseorang menghabisi nyawa orang lain, tetapi hukum yang diberlakukan bagi anak Tuhan adalah kalau seseorang membenci saudaranya ia adalah seorang pembunuh. Dalam Matius 5:21-22, kemarahan yang memuat kebencian dan kecaman yang bermuatan kebencian dikategorikan sejajar dengan pembunuhan. Dalam 1 Yohanes 3:15 Firman Tuhan berkata: seorang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh. Larangan membunuh bukan saja berorientasi pada pembunuhan secara lahiriah atau badan. Pembunuhan bisa terjadi ketika seseorang membenci sesamanya. Dalam hal ini penghakiman untuk orang percaya menggunakan ukuran yang berbeda. Tetapi hal ini menjadi adil, sebab orang yang sempurna diperkenan masuk anggota keluarga Kerajaan.

Menurut Perjanjian Baru dari ucapan Tuhan Yesus sendiri sikap hati yang negatif pun sudah berkategorial pembunuhan di mata Allah (Matius 5:21-26; 1 Yohanes 3:15).
Tidak mengasihi sesama atau membenci sesama adalah tindakan pembunuhan di mata Allah. Tuhan memberikan hukum ini untuk umat Perjanjian Baru, warga Kerajaan Surga yang memiliki Roh Kudus yang memungkinkan seesorang untuk melakukan hukum ini dengan benar dan sempurna. Harus diakui bahwa sebelum pembunuhan jasmaniah terjadi pada umumnya selalu diawali dengan sikap hati yang negatif terhadap sesamanya. Kemarahan, dendam, sakit hati dan perasaan negatif lain adalah pemicu sebuah pembunuhan badan. Tuhan memanggil kita untuk membuang segala perasaan negatif yang merupakan dosa di mata Allah, walau belum merupakan tindakan yang kelihatan di mata sesama (Efesus 4:26; Kolose 3:8).

Tanpa memiliki sikap hati yang benar terhadap Tuhan dan terhadap sesama, maka kita tidak akan bisa membangun hubungan yang harmoni dengan Tuhan secara benar.
Dengan pertolongan Roh Kudus, hendaknya kita semakin memiliki kepekaan untuk dapat mengerti dan mengenali dengan benar keadaan diri kita, khususnya keadaan sikap hati kita di hadapan-Nya sama seperti Tuhan mengenali diri kita.
Di dalam Injil Matius 7:21-23, orang-orang yang ditolak Tuhan mengira bahwa mereka sudah berbuat sesuatu yang bisa menjadi alasan untuk diperkenan masuk ke dalam Kerajaan Allah, tetapi ternyata mereka tidak diterima oleh Tuhan.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti pikiran dan perasaan Tuhan. Mereka gagal mengenal dirinya sendiri. Dalam hal ini, Kekristenan harus merupakan pergumulan mengenal diri terutama mengenal sikap hati kita dengan benar seperti Allah mengenalnya.
Seiring dengan mengenal Tuhan dan mengenal diri sendiri dengan benar, kita juga harus berusaha untuk mencapai target hidup menjadi manusia seperti yang diinginkan oleh Tuhan Yesus.

Hendaknya kita tidak mengatakan: "Ampunilah perbuatanku yang di mata-Mu tidak berkenan", tanpa mengerti apa yang tidak berkenan tersebut.
Permintaan ampun kita kepada Tuhan hendaknya harus disertai dengan pemahaman terhadap kesalahan dan kesediaan untuk berubah.
Keadaan sikap hati kita harus selalu kita kelola dengan baik dan harus terus dipersoalkan dengan serius di hadapan Tuhan untuk meminta koreksi dan diajar oleh Tuhan, sehingga dalam segala tindakan kita tepat seperti yang Tuhan kehendaki.
Tuhan Yesus menyelamatkan manusia dengan memikul semua dosa di kayu salib untuk supaya dapat membawa orang percaya kepada ketepatan bertindak seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Untuk memiliki ketepatan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan haruslah menjadi tangggung jawab setiap individu orang percaya.

Alkitab mengatakan Allah akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus (Roma 2:16 )
Hendaknya hati nurani/sikap hati kita selalu terdapat terang Tuhan yang menerangi diri kita untuk melihat seberapa murni kita mengabdi melayani bagi Tuhan dan hidup menjadi berkat/mengasihi bagi sesama kita.
Berkenaan dengan sikap hati, Paulus berkata : Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia (Kisah Para Rasul 24:16).
Di tingkat ini, sebagai seorang Rasul, Paulus pun masih tetap menjaga supaya sikap hati nuraninya tetap murni dihadapan Tuhan dan terhadap sesamanya.
Hendaknya dalam hal ini kita pun harus memberi sikap hati nurani kita diasah, diajar dan didewasakan oleh Tuhan dan oleh kebenaran Firman-Nya dengan tanpa batas setiap hari.
Sehingga sikap hati nurani yang kita munculkan setiap saat adalah sikap hati yang murni dan selalu berkenan dihadapan Allah kita Tuhan Yesus Kristus.

Amin.

1 komentar: