Rabu, 15 Maret 2017

PERJUANGAN MENCAPAI KESERUPAAN KRISTUS


Kejadian 1:26-27
26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Tujuan keselamatan yang Tuhan Yesus berikan adalah proses diperbaikinya gambar Allah yang rusak dalam kehidupan manusia.
Segambar dan serupa dengan Allah adalah rancangan Allah sejak semula.
Hal ini belum terwujud pada diri manusia Adam ketika manusia pertama ini diciptakan.
Hal itu masih hanya dalam rancangan.
Kalau manusia sudah dalam keadaan sempurna ketika diciptakan, kemudian bisa jatuh dalam dosa, berarti Adam tidak akan bisa diampuni kesalahannya seperti iblis yang tidak bisa diampuni kesalahannya.
Tetapi yang benar adalah manusia belum dalam keadaan sempurna atau belum mencapai gambar dan rupa Allah, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjadi serupa Allah sesuai dengan rancangan Allah.
Olehnya Allah memberikan solusi yaitu manusia harus mati supaya manusia mengerti bertapa berharganya arti hidup yang Tuhan telah berikan.
Tidak sampai disana, Allah juga merancangkan penyelamatan manusia dari kejatuhannya didalam dosa melalui karya penebusan Tuhan Yesus diatas kayu salib dan memberikan Injil serta meterai Roh Kudus agar manusia bisa kembali mencapai kesempurnaan sebagai anak-anak Allah yang memiliki kualitas perilaku segambar dan serupa seperti yang Allah kehendaki.

Untuk itu kita harus teliti dalam menganalisa Kejadian 1:26-27.
Kata-kata yang digunakan untuk gambar dan rupa di dalam teks asli Alkitab, bahasa Ibrani adalah tselem demuth (צַלְמֵ֖דְמוּתֵּ֑). Kata tselem hendak menunjuk gambar dalam arti bahwa komponen-komponen yang dimiliki Allah yang juga dimiliki manusia yaitu pikiran, perasaan dan kehendak.
Sedangkan demuth artinya keserupaan atau kemiripan, hal ini menunjuk kualitas
keserupaan yang menunjuk kepada kualitas atas komponen-komponennya (pikiran, perasan dan kehendak).
Keserupaan dengan Allah yang dimiliki manusia ini bukan sesuatu yang sifatnya statis, tetapi progresif. Dan manusia Adam harus mengembangkannya sendiri keserupaan itu dalam pimpinan Roh Allah.
Jadi, kemiripan atau (demuth) ini mengalami proses perkembangan.
Jadi yang diciptakan Allah pada mulanya atas manusia adalah segambarannya (tselem) saja, yaitu manusia memiliki komponen-komponen yang ada pada Allah yaitu pikiran, perasaan dan kehendak. Adapun kualitas komponen-komponen tersebut atau keserupaannya (demuth) menjadi tanggung jawab manusia.

Jika memperhatikan kejadian 1:27 maka tidak terdapat kata "demuth" melainkan hanya terdapat kata "tselem".
Hal ini menunjuk Allah menciptakan manusia dengan komponen-komponen yang Allah juga miliki (pikiran, perasaan dan kehendak) atau tselem-nya seperti Allah, tetapi demuth-nya tidak diciptakan oleh Allah atas manusia. Manusia harus mencapainya sendiri sesuai dengan rancangan Allah. Dalam hal ini manusia (Adam) harus memilih apakah mencapai kemuliaan Allah, yaitu bisa serupa dengan Allah (dalam kualitas demuth-nya) atau memilih apa yang baik dan jahat menurut polanya sendiri. Adam harus memilih pohon Kehidupan atau pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat, tetapi ternyata Adam lebih memilih mengkonsumsi buah dari pohon yang dilarang Allah untuk dikonsumsi.
Sebagai akibat mengkonsumsi buah yang dilarang Allah, Adam tidak memiliki kemuliaan Allah. Adam gagal menjadi seorang yang harusnya menyatakan kebenaran dan kekudusan Allah dalam seluruh gerak hidupnya.
Adam memiliki kehendak bebas yang diberikan oleh Allah, namum Adam memilih mengkonsumsi suara yang bukan dari Allah atau menolak pimpinan Roh Allah, sehingga cara berpikirnya rusak sampai level di mana ia tidak mampu berpikir, berucap dan bertindak selalu sesuai dengan kehendak Allah.
Jadi sesungguhnya proses pendewasaan menuju kesempurnaan sudah berlangsung sejak manusia pertama di taman Eden, yaitu sebelum manusia dinyatakan berdosa atau meleset (hamartano; ἁμαρτάνω), manusia kehilangan kemuliaan Allah.

Manusia sudah jatuh dalam dosa, artinya gagal mencapai rancangan Allah, tidak dinyatakan bahwa gambar Allah (tselem) telah hilang sama sekali, tetapi berkeadaan kurang kualitasnya, tidak seperti yang Allah kehendaki.
Ini yang disebut kehilangan kemuliaan Allah, (kata kehilangan dalam teks Yunani adalah "hustereo" yang artinya : kurang atau tidak mencapai).
Keselamatan dalam Yesus Kristus bertujuan untuk menemukan kemuliaan Allah tersebut dalam kehidupan umat pilihan. Di sini dapatlah kita pahami bahwa Kekristenan adalah perjuangan menemukan kemuliaan Allah.
Kemuliaan Allah itu terdapat pada moralnya, bukan hanya mampu melakukan hukum secara umum tetapi memiliki cara berpikir dan nurani seperti Allah.
Allah menghendaki manusia memiliki moral seperti Allah, di mana segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia (pikiran, ucapan dan tindakan) selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Olehnya Rasul Paulus menasehati umat agar selalu menaruh pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat juga didalam Kristus Yesus.

Adapun keselamatan orang percaya dalam Yesus Kristus dimaksudkan agar karakter manusia yang rusak dapat diperbaiki kembali atau kalimat yang lebih tepat adalah diubah sama sekali.
Inilah proses pemulihan gambar Allah.
Dalam proses keselamatan, Tuhan bukan hanya menyelamatkan jiwa dan roh dari neraka, tetapi juga karakter atau watak manusia untuk dapat mencapai moral kesucian Allah.
Seseorang yang meresponi keselamatan dengan benar maka hal itu nyata dalam perubahan karakter atau watak secara bertahap dan terus menerus untuk kembali serupa dengan Allah sejak masih di dunia ini.
Dalam hal ini Tuhan Yesus adalah teladan yang sulung yang sudah memberikan teladan hidup real bagaimana seseorang harus menyelenggarakan hidup agar memiliki kembali tselem demuth yang Tuhan kehendaki.
Manusia bukan dididik untuk memiliki manusia yang baik, tetapi menggantikan semua unsur manusia duniawi dan filosofinya berubah menjadi baru sama sekali dengan mengenakan kesempurnaan karakter seperti Yesus (2 Korintus 5:17).

Pertanyaan yang harus kita jawab hari ini, masihkah hari ini kita ada didalam perjuangan untuk memiliki kesempurnaan keserupaan dengan Kristus (Roma 8:29).
Jika kita terus memiliki kesediaan untuk terus berjuang mengerjakan keselamatan yang Tuhan berikan yaitu mencapai keserupaan Kristus dalam seluruh gerak hidup kita maka Tuhan Yesus akan memampukan kita untuk mencapainya. Melalui pimpinan Roh Kudus, kebenaran Injil yang direnungkan setiap waktu serta penggarapan Tuhan melalui segala peristiwa kehidupan kita, Tuhan akan mendidik kita hingga memiliki keserupaan (demuth) seperti Kristus. Inilah kasih karunia atau anugerah itu. Di dalamnya kita diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar