Rabu, 08 Maret 2017

BERAPA KALI ORANG PERCAYA HARUS MENGAMPUNI?


Matius 18:21-22
21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Tuhan Yesus memberi penjelasan kepada murid-murid cara mereka mengampuni sesamanya dan memberi belas kasihan.
Tuhan menjelaskan pengampunan harus diberikan sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali, hal ini menunjuk orang percaya harus memberi pengampunan terhadap sesama dengan tanpa batas.
Angka 7 yang Tuhan gunakan menunjuk orang percaya harus melepaskan pengampuan secara sempurna tanpa ada lagi yang disimpan didalam hatinya.
Kemampuan mengampuni menunjukkan kebesaran hati seseorang.
Semakin besar dia dirugikan tetapi tetap mampu mengampuni, maka semakin agung karakter yang dia miliki.
Tetapi jika seseorang tidak mau mengampuni pelanggaran-pelanggaran kecil dari orang lain, itu akan menunjukkan bahwa dia tidak memiliki kasih.

Di dalam tradisi Yahudi, pengampunan harus diberikan hingga 7 kali sebelum seseorang berhak kehabisan kesabaran dan tidak lagi memberikan pengampunannya.
Diayat selanjutanya kita bisa melihat Tuhan Yesus menyatakan mengenai siapakah yang sebenarnya dilanggar ketika seorang manusia bersalah kepada yang lain.
Sebenarnya yang dilanggar ketika manusia berdosa kepada sesamanya adalah pelanggaran manusia kepada Allah.
Manusia diciptakan di dalam gambar dan rupa Allah, dan Allah menginginkan manusia menyatakan kemuliaan-Nya di dalam dunia ini dengan hidup bersama menjalankan tugas dari Allah.
Tugas yang terutama yang Tuhan inginkan dari kehidupan manusia adalah manusia taat dengan setia hidup didalam kasih.
Ketika manusia tidak saling mengasihi di dalam hidupnya di dunia ini, maka Allah telah diabaikan, dihina, dan dilanggar. Itulah sebabnya, jika Allah yang kekudusan-Nya telah dilanggar rela mengampuni manusia, siapakah manusia sehingga dia tidak mau mengampuni sesamanya? Jika Allah yang suci dan mulia dilanggar oleh manusia, dan Dia tetap rela mengampuni manusia yang melanggar kesucian dan kemuliaan-Nya, maka siapakah manusia yang meskipun hidup di dalam kecemaran dan dosa, tidak mau mengampuni orang lain?

Jika kita membaca kembali di Injil Matius 18:23-35, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan mengenai seorang raja yang meminjamkan 10 ribu talenta kepada seorang hamba-Nya, dan ternyata hamba-Nya itu tidak sanggup membayar jumlah yang sangat besar itu.
Seberapa besarkah 10 ribu talenta?
Satu talenta sama dengan 6.000 dinar. Satu dinar adalah upah satu hari kerja. Berarti satu talenta adalah upah 6.000 hari kerja, atau 20 tahun bekerja jika dihitung hari Sabat dan hari libur lainnya.
Jika 20 tahun bekerja sama dengan satu talenta, berapa lamakah orang ini harus bekerja untuk melunasi 10 ribu talenta? 200 ribu tahun!.
Bagaimana mungkin utang sebesar ini dapat dilunasi? Maka, dengan adil raja itu memutuskan untuk hambanya ini beserta dengan seluruh keluarga dan seluruh hartanya untuk dijual guna menutup utangnya. Seluruh harta bersama dengan seluruh keluarga dijual pun belum bisa menutup utang orang ini. Tetapi karena merasa kasihan setelah hambanya itu memohon kepada dia, maka raja ini membebaskan sama sekali utang orang itu. Bukan mengurangi, bukan menghapus sebagian, bukan membebankan masa kerja seumur hidup kepada orang itu karena utangnya, tetapi raja itu menghapuskan sama sekali, tidak tersisa satu sen pun, lunas.
Utang yang akan membebani keluarganya turun temurun ini sekarang hilang total.

Inilah anugerah yang menggambarkan Bapa di surga yang menghapus dosa dan utang kita kepada Dia, dihapus total dengan pengorbanan Tuhan Yesus menebus semua manusia berdosa dengan darah-Nya diatas kayu salib.
Jika kita dituntut untuk melunasinya, siapakah yang sanggup? Sanggupkah kita memperbaiki segala kerusakan yang telah disebabkan oleh pemberontakan kita? Adakah harga yang layak untuk membayar penghinaan dan pemberontakan yang dilakukan manusia di hadapan Allah semesta alam?
Allah mengasihani kita, maka kita beroleh pembebasan sempurna: Pembebasan dari dosa, pembebasan dari murka Allah, pembebasan dari maut dan hukuman Allah asalkan kita yang telah ditebus oleh darah-Nya mau meresponi panggilan hidup didalam kasih terhadap sesama dan mengenakan cara hidup yang baru sebagai manusia yang berkodrat ilahi yang memiliki gaya hidup kudus seperti Dia adalah kudus.
Tetapi kisah selanjutnya Tuhan menjelaskan, orang yang telah mengalami belas kasihan begitu besar ternyata gagal memiliki belas kasihan kepada orang lain. Dia bertemu dengan temannya yang berutang 100 dinar kepada dia. Temannya itu segera ditangkap, dicekik, ditahan, dan dipenjarakan oleh orang ini. Dia lupa bahwa dia sudah menerima belas kasihan. Dia tidak menghargai belas kasihan yang telah dia dapat.
Utang temannya itu cukup besar, tetapi dibandingkan dengan utangnya sendiri, jumlah 100 dinar sangat kecil. Dia sudah dibebaskan dari hukuman yang paling berat, tetapi dia gagal untuk membebaskan orang lain dari jeratnya sendiri. Dia gagal untuk mempraktekkan hidup didalam kasih yang Tuhan kehendaki dimana seseorang harus dengan tulus mengampuni kepada sesamanya yang bersalah kepadanya.

Mari belajar mengingat anugerah pengampunan yang Tuhan berikan, dan bukan mengingat-ingat kesalahan orang lain.
Berikan perhatian kepada berapa banyak engkau sudah menerima, bukan kepada berapa banyak engkau sudah dirugikan.
Jika kita terus melihat anugerah pengampunan Tuhan yang begitu besar, ada perasaan syukur yang sangat besar, di mana perasaan syukur inilah sumber kekuatan bagi kita untuk mengampuni orang lain.
Jangan lihat kerugian yang kita derita dari orang lain. Lupakanlah kerugian diri.
Kita mempunyai kekuatan untuk mengampuni karena kita senantiasa ditakjubkan dengan anugerah yang Tuhan dengan limpahnya memberi pengampunan-Nya kepada manusia berdosa yang mau memberi diri bertobat dengan sungguh-sungguh.
Mari belajar memberi pengampunan yang sejati.
Hari ini kita pikirkan orang yang paling kita benci. Orang yang paling mendatangkan kerugian di dalam hidup kita. Lalu pikirkan lagi tentang diri kita yang kadang sering kali mengabaikan Tuhan dan menghina Dia karena sering kali kita tidak mudah mengampuni orang bersalah kepada kita.
Mari renungkan dan katakan kepada Tuhan, "Tuhan aku mau dan dengan sukacita mengampuni orang bersalah kepadaku seperti Engkau telah mengampuni dosa-dosaku yang telah lalu"
Kita yang pernah bersalah kepada Tuhan, juga tidak lebih baik daripada orang-orang yang bersalah kepada kita.
Jika Tuhan mengingatkan kembali orang-orang yang pernah bersalah kepada kita, dan mereka ingin bertobat dan kembali kepada Tuhan, maka kita harus menerima mereka dengan tulus dan senantiasa mendoakan mereka.

Matius 6:14-15
14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar