Kamis, 11 Mei 2017

CIRI HIDUP YANG DIPERHAMBA OLEH KESENANGAN DUNIA


1 Korintus 6:12
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.

Dunia kita yang semakin materilistis ini juga semakin konsumeristis. Manusia semakin haus barang-barang dan segala fasilitas untuk dapat dijadikan sebagai kebahagiaannya. Perkembangan pola hidup manusia, khususnya di kota-kota besar, dari konsumeristis terbatas sampai konsumeristis tanpa batas.
Salah satu tren jahat yang menghinggapi manusia, yang tidak disadari oleh banyak orang termasuk orang Kristen, adalah kebanggaan memakai barang branded.
Kata lain dari kebanggaan di sini adalah kesombongan.
Orang meninggikan diri dengan kendaraan, pakaian, arloji, tas, sepatu dan barang lainnya yang memiliki merk “bergengsi” karena harganya.
Seakan-akan dengan mengenakan barang-barang yang bermerk tersebut (branded), maka nilai dirinya menjadi tinggi.
Mereka telah terjebak pada kerancuan antara price dan value.
Karena barang-barang tersebut secara nilai uang bernilai tinggi, maka barang tersebut dianggap sebagai bervalue tinggi, sehingga yang mengenakannya juga bertambah dalam value.
Betapa bodohnya manusia yang berkeadaan seperti ini.
Tetapi faktanya hampir semua manusia telah terjebak dan terjerat dalam pola dan gaya hidup ini.
Mereka hidup dalam kesombongan dari hari ke hari dan terus semakin menikmati kesombongan tersebut. Tidak heran kalau ada orang-orang yang hidupnya hanya mau memburu barang-barang branded.
Mereka semakin jauh dari Tuhan dan menjadikan dirinya musuh Allah.
Malangnya mereka tidak menyadari hal tersebut.

Selain hal menggunakan barang branded menjadi kebanggaan, tetapi juga kecanduan. Kecanduan adalah kata lain dari keterikatan.
Seseorang tidak merasa bahagia kalau tidak mengenakan barang-barang branded.
Orang-orang seperti ini tidak mungkin dapat menjadikan Tuhan sebagai sukacitanya. Betapa jauhnya dari pengakuan Pemazmur yang adalah sejatinya menjadi standar warna jiwa umat Tuhan, bahwa kita seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, bahwa Tuhan adalah kebahagiaan kita, bahwa hanya Tuhan yang kita ingini dan lain sebagainya.
Barang-barang branded bisa menjadi candu yang membuat seseorang tidak lagi mengingini Tuhan. Faktanya memang banyak orang berurusan dengan Tuhan bukan karena membutuhkan pribadi Tuhan , tetapi membutuhkan kekuatan-Nya untuk meraih dunia atau barang-barang yang dipandang dapat mengangkat martabat dan harga dirinya.
Kalau dipertanyakan: apakah salah mengenakan barang branded? Maka jawabnya terdapat dalam Firman Tuhan yang mengatakan: Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
Mengenakan barang-barang branded bukan sesuatu yang salah, tetapi kalau barang-barang tersebut menjadi ikatan, maka hal tersebut sudah melanggar prinsip kekudusan Tuhan. Kita harus terikat dengan Tuhan, bukan terikat dengan sesuatu yang lain. Keterikatan terhadap barang-barang dunia adalah dosa keberhalaan. Inilah berhala modern yang mengikat kehidupan banyak orang. Dengan berkeadaan terikat oleh barang-barang branded maka berarti seseorang tidak mengikatkan diri dengan Tuhan. Inilah orang-orang yang berzinah meninggalkan Tuhan.

Dengan gaya hidup di atas, maka manusia meninggikan nilai-nilai duniawi dan merendahkan nilai-nilai rohani.
Tidak mungkin seorang yang menghargai secara tidak benar barang-barang duniawi bisa menghargai nilai-nilai rohani.
Dari hal ini kuasa dunia menggiring manusia kepada penyembahan terhadap iblis.
Dalam Lukas 4:5-8 dikisahkan mengenai pencobaan Tuhan Yesus.
Iblis menawarkan keindahan dunia, kalau Yesus mau menyembahnya, maka dunia diberikan kepada Yesus.
Tuhan Yesus menolak, sebab manusia harus menyembah kepada Tuhan Allah dan hanya kepada Allah saja manusia harus berbakti.
Pernyataan Tuhan Yesus ini sudah mengandung kesimpulan bahwa kalau manusia mengingini harta atau barang dunia sebagai kebahagiaan, nilai diri bahkan menjadi tujuan di hidupnya ini berarti ia sedang menyembah kepada iblis.
Orang yang menjadikan harta atau barang dunia sebagai value kehidupan akan menjadi orang yang haus akan uang.
Tidak bisa tidak hal ini akan mengkondisikan seseorang pada cinta akan uang.
Padahal cinta akan uang adalah akar segala kejahatan, Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (1 Timotius 6:10).

Bagi kita yang mau mengikut Tuhan Yesus sebagai murid-Nya maka harus bersedia melakukan hal yang sama seperti yang Dia lakukan. Kita harus bersedia meninggalkan kesenangan dunia dan selanjutnya hanya fokus kepada tujuan dan rencana Tuhan atas hidup kita demi pengabdian diri kita kepada kepentingan-Nya.
Meninggalkan kesenangan dunia dapat dibagi dalam dua bagian:
Pertama, meninggalkan kepuasan daging yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan yaitu makan minum dan seks yang tidak benar, serta kebencian atau sikap tidak mengasihi sesama.
Kedua, dosa dalam jiwa, yaitu hasrat memiliki harta dunia untuk memperoleh kesenangan, kebanggaan yang melahirkan keangkuhan hidup.
Hal ini diringkas dalam surat Yohanes (1 Yohanes 2:15-17), sebagai keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang seperti ini tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga, Sebab kasih akan Bapa tidak ada pada orang itu. Mereka tidak mungkin dapat mengasihi Bapa, firman Tuhan tegas mengatakan kita tidak bisa mengabdi kepada dua Tuan.
Ini artinya seseorang harus memilih mengabdikan dirinya kepada Tuhan sepenuhnya atau tidak sama sekali.

Jadi sikap orang percaya dalam melakukan segala sesuatu tidak lagi untuk ditujukan untuk kepentingan pemuasan diri sendiri tetapi mereka melakukannya demi dapat menjadi pribadi yang efektif dipakai oleh Tuhan sebagai alat peraga-Nya demi untuk menggenapi rencana dan kehendak-Nya atas dunia ini.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar