Sabtu, 13 Mei 2017

MELAYANI DENGAN SUKACITA


Lukas 17:7-10
7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Dalam nasihat Tuhan Yesus berkenaan dengan pelayanan tanpa menuntut upah, Ia berkata: “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Lukas 17:10).
Dalam pernyataan Tuhan Yesus tidak tersirat sama sekali adanya upah sebagai motivasi seseorang melakukan suatu tugas atau kewajiban yang diberikan.
Secara jelas Tuhan Yesus mengajarkan bahwa dalam segala sesuatu yang kita kerjakan bagi Dia, kita tidak boleh mengharapkan atau menantikan upah.
Kita harus mempertimbangkan, bahwa kita telah berhutang nyawa atau berhutang keselamatan dari Tuhan Yesus. Hutang ini tidak dapat kita bayar dengan apa pun.
Walaupun kita bisa mengambil bagian dalam pelayanan gerejani atau pelayanan dalam bentuk apa pun bagi pekerjaan Tuhan selama ribuan tahun, maka itu pun tidak cukup untuk dapat membalas kebaikan Tuhan, yaitu keselamatan yang telah diberikan kepada kita. Kalau kita bisa terhindar dari api kekal, sesungguhnya itu adalah berkat tidak ternilai yang Tuhan berikan; lebih dari segala berkat yang lain.

Apakah kalau Paulus berkata bahwa ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa ia tidak mempergunakan haknya sebagai pemberita Injil, juga Tuhan Yesus juga mengajar kita untuk melayani tanpa mengharapkan upah, apakah berarti seorang pelayan Tuhan fulltimer tidak berhak mendapat upah?
Tentu upah yang dimaksud dalam 1 Korintus 8:19 tersebut adalah upah di dunia ini, yaitu jaminan hidup sebagai seorang pelayan Tuhan. Seorang pelayan Tuhan yang mengerti kebenaran tidak mengharapkan upah apa pun di bumi ini.
Diperkenan melayani pekerjaan Tuhan itu sendiri sudah merupakan kehormatan yang luar biasa. Selain kita memang diciptakan untuk melayani Tuhan, kita juga diperkenan menjadi sekutu Tuhan. Menjadi sekutu artinya bisa sepenanggungan dengan Tuhan.
Dengan melayani Tuhan kita diperkenan menjadi sahabat-Nya (Yohanes 15:14-15). Siapakah kita diperkenan menjadi sahabat Tuhan?
Menjadi sahabat Tuhan berarti orang yang selama hidupnya selalu bergaul karib dengan Tuhan, mengikuti jejak-Nya memberitakan dan melakukan kebenaran yang diajarkan-Nya dan selalu menghargai hidup dengan memperagakan hidup didalam kesucian Tuhan (1 Yohanes 3:3), mereka inilah yang dapat menjadi saksi Tuhan Yesus secara benar dan orang-orang yang akan mendapat tempat bersama-sama dengan Tuhan didalam Kerajaan-Nya (Yohanes 14:1-3).
Inilah yang menjadi kerinduan Paulus sehingga ia menyatakan: … tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3:12-14).

Bukan karena upah itu kita melayani Tuhan, tetapi setiap pelayanan dan kesetiaan pasti mendatangkan upah (1 Korintus 3:8).
Dan upah orang percaya tersedia dalam kerajaan-Nya.
Melayani Tuhan memiliki dampak yang tidak terukur. Pengorbanan dalam pelayanan bagi Tuhan di dunia ini dapat diukur, tetapi buah dari pelayanan bagi Tuhan tidak terukur.
Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman Tuhan: bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita, orang percaya (Roma 8:18).  Orang-orang bijaksana memberi hidupnya untuk melayani Tuhan dengan apa pun yang dapat dilakukan bagi Tuhan.
Doanya adalah: “Tuhan ambil hidupku untuk melayani Engkau. Bukan emas dan perak yang kuminta tetapi beri aku kesempatan untuk mengabdi kepada-Mu”
Pengorbanan yang ditunjukkan oleh orang percaya kepada Tuhan Yesus dengan motif yang benar, tidak pernah dilupakan oleh Tuhan. Pengorbanan mereka terhadap Tuhan bisa dianggap gratis, sebab memang Tuhan telah membeli setiap orang percaya dengan darah-Nya dan setiap orang percaya memang harus mengabdi bagi Tuhan. Tetapi Tuhan tetap memperhitungkan dengan teliti dan memberi upah di dalam Kerajaan-Nya (Lukas 22: 28-30; Wahyu 14:13).
Kita dipanggil Tuhan untuk menerima berkat abadi ini dengan melayani Tuhan.

Dengan demikian seharusnya dalam pelayanan pekerjaan Tuhan yang dipercayakan kepada kita, kita menerimanya sebagai suatu kehormatan. Jika demikian, maka kita melakukan pekerjaan Tuhan bukan hanya sebagai kewajiban tetapi menjadi kesukaan besar didalam hidup kita. Kalau sudah demikian, maka kita sama sekali tidak akan mengharapkan upah dalam bentuk apapun. Pelayanan itu sendiri adalah kesempatan membalas kebaikan Tuhan, ekspresi cinta kepada Tuhan dan pasti suatu hari kita akan menuai apa yang kita tabur.

Wahyu 22:12  "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar