Rabu, 10 Mei 2017

MENEMUKAN TUHAN UNTUK DISEMPURNAKAN


Wahyu 3:2-3
2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
3 Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Ayat diatas memang konteksnya Tuhan Yesus berbicara tentang keadaan jemaat di sardis yang belum ditemukan Tuhan sempurna dihadapan-Nya dengan kata lain sebenarnya jemaat di sardis belumlah menemukan Tuhan secara utuh didalam hidup mereka. Seperti jemaat di sardis kita pun masih mengalami hal yang demikian yang mengabaikan untuk hidup taat dan sempurna seperti Tuhan Yesus.
Sangatlah berbeda antara menemukan pengetahuan mengenai Tuhan dan menemukan Tuhan. Hal ini sama dengan kasus menemukan pengetahuan mengenai berlian tidaklah sama dengan menemukan berlian itu sendiri.
Tetapi selama ini banyak orang merasa kalau sudah menemukan pengetahuan mengenai Tuhan seakan-akan sudah menemukan Tuhan sendiri.
Itulah sebabnya banyak orang sudah merasa puas ketika bisa berbicara mengenai Tuhan. Semakin banyak pengetahuannya mengenai Tuhan, maka ia merasa semakin puas dan semakin sudah menemukan Tuhan. Biasanya orang-orang yang belajar teologia merasa lebih menemukan Tuhan dibanding mereka yang tidak belajar teologia, karena mereka merasa semakin banyak ilmu teologianya berarti semakin menemukan Tuhan. Ini adalah pikiran yang keliru, seakan-akan Tuhan cukup dibungkus dengan kotak teologianya dan merasa sudah menemukan dan memilikinya.

Memang diyakini bahwa Tuhan Mahahadir, Tuhan sangat dekat bahkan dikatakan lebih dekat dari pada nafas kita sendiri, Tuhan hanya sejauh doa dan lain sebagainya, tetapi kalau jujur tidak banyak orang telah benar-benar menemukan Dia atau memiliki pertemuan dengan Dia.
Bahkan tidak sedikit orang beragama, termasuk orang Kristen, sebenarnya belum menemukan Tuhan.
Tetapi mereka merasa cukup nyaman dengan keadaan tersebut, sebab mereka merasa sudah percaya.
Percaya bahwa Allah itu ada, jadi tidak merasa menciderai Tuhan seperti orang ateis yang tidak memercayai Tuhan.
Mereka merasa sudah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Dengan mempercayai identitas-Nya tersebut mereka merasa sudah menjadi umat Tuhan yang sudah selamat. Orang-orang seperti ini berpikir sudah cukup menjadi orang beragama yang baik dan bertuhan.

Jika demikian keadaannya, maka mereka tidak akan mengisi hidupnya dengan mencari Tuhan. Mereka akan menghabiskan umur hidupnya menemukan banyak hal dalam hidup ini, tetapi tidak pernah menemukan Tuhan. Bagi mereka sudah memiliki pengetahuan tentang Tuhan dan beragama dengan pergi ke gereja berarti sudah menemukan Tuhan.
Memang mereka bukan menjadi orang jahat, juga bukan orang yang tidak peduli kegiatan sosial atau pelayanan gereja, tetapi mereka gagal menjadi manusia Kristus yang berstandar anak Allah seperti pribadi Tuhan sendiri yaitu Tuhan Yesus (Roma 8:29).
Roma 8:29 "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara".
Harus dimengerti bahwa Kekristenan memiliki tujuan menjadikan manusia berkodrat Ilahi seperti Tuhan Yesus, yang juga telah diperagakan oleh Tuhan Yesus semasa hidup-Nya di bumi.
Kalau keadaan mereka berlarut-larut seperti orang dunia pada umumnya, maka mereka tidak akan pernah mengerti isi karya salib secara utuh. Mereka pun akhirnya tidak tertarik sama sekali menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Mereka berharap dengan kualitas hidup yang mereka miliki, mereka dilayakkan masuk rumah Bapa. Padahal yang Tuhan kehendaki adalah sempurna seperti Bapa di surga
(Matius 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna)."
Untuk ini Tuhan sudah menyediakan fasilitas keselamatan-Nya melalui Roh Kudus yang akan menuntun dan mengajarkan umat kepada segala jalan kebenaran-Nya.
Kalau orang percaya mau mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar, maka kesempurnaan seperti Bapa pasti dapat dicapai.

Kalau kesempatan untuk berubah dan bertumbuh dalam kesempurnaan berlalu karena dianggap tidak penting, berarti mereka menyia-nyiakan keselamatan yang begitu besar (Ibrani 2:1-3).
Pada dasarnya mereka seperti Esau yang menukar hak kesulungan dengan semangkuk makanan (Ibrani 12:16-17).
Keagungan sebagai anak-anak Allah telah digantikan dengan kewajaran hidup seperti anak-anak dunia yang tidak memiliki kasih karunia di dalam Tuhan Yesus. Hal ini cukup memuaskan kuasa kegelapan, sebab bagi kuasa kegelapan yang penting dapat mencegah umat pilihan menjadi sempurna seperti Bapa. Gagal menjadi sempurna seperti Bapa sudah cukup menggagalkan maksud keselamatan itu diberikan.
Hal ini akan sangat mengecewakan hati Tuhan Yesus, sebab berarti korban Tuhan Yesus bagi orang itu sia-sia.
Oleh sebab itu berapa berharganya kesempatan dan waktu yang Tuhan berikan hari hari ini.
Waktu yang diberikan ada masanya, jika masanya telah tiba maka kita harus mempertangungjawabkan isi semua kehidupan kita dihadapan Tuhan.
Olehnya mari saudaraku berjuanglah tanpa batas dan masuklah melalui pintu yang sesak ini karena memang tidak semua orang mau mendapatkan dan meraihnya, kita harus terus menjadi sempurna dan semakin serupa seperti Tuhan Yesus inilah yang bisa menyenangkan hati-Nya

Menemukan Tuhan, melakukan kehendak-Nya dan terus disempurnakan menjadi serupa dengan Dia adalah bagian dari apa yang katakan oleh Tuhan Yesus didalam Matius 7:13-14 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
Menemukan Tuhan pada intinya adalah memiliki hubungan interaksi dengan Tuhan, di mana dalam segala kejadian dan peristiwa hidup yang dialami, Tuhan menjuruskannya kepada kesucian Tuhan atau kesempurnaan-Nya.
Bagaimana seseorang bisa menemukan Tuhan terus menerus secara bertahap sampai pada keintiman yang luar biasa?
Ada dua syarat untuk bisa menemukan Tuhan, yaitu melepaskan diri dari ikatan dunia dan membangun kesucian.
Seseorang tidak akan dapat menemukan Tuhan kalau tidak melepaskan dirinya dari segala ikatan percintaan dunia (Filipi 3:7-9).
Ikatan ini disinggung oleh Rasul Yohanes sebagai keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup yang semuanya itu bukan berasal dari Bapa melainkan berasal dari dunia.
Rasul Paulus membahasakan kepada jemaat di Kolose dengan kalimat :
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka] (Kolose 3:5-6).

Orang yang sungguh-sungguh menemukan Tuhan berarti juga ditemukan oleh Tuhan, dalam arti Tuhan menemukan orang tersebut menempatkan diri secara pantas di hadapan-Nya sebagai umat ciptaan dan umat pilihan yang mau dibentuk dan terus disempurnakan oleh Tuhan menjadi umat yang layak bagi Dia. Orang yang menemukan Tuhan akan dapat menyukakan hati Tuhan sehingga merekalah orang yang dikenal oleh Tuhan (Matius 7:21-23).
Dikenal Tuhan artinya seluruh gerak hidupnya dimulai cara ia menggulirkan waktu, sikap hati, pikiran, ucapan, dan seluruh tindakannya dapat dinikmati oleh Tuhan.
Hanya orang-orang yang kudus, seperti Dia kudus, yang dapat berjalan dengan Tuhan dan dapat dinikmati oleh Tuhan.

Kolose 1:28-29
28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar