Senin, 29 Mei 2017

MENGIKUTI TELADAN GEMBALA AGUNG



Yohanes 13:15  sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Mengikuti Gembala Agung kita Tuhan Yesus bukan hanya berarti memberi diri beragama Kristen dan menjadi anggota salah satu denominasi gereja.
Mengikut Tuhan Yesus juga tidak cukup menjadi aktivis jemaat, bahkan menjadi seorang pendeta.
Mengikut Yesus berarti mengikut jejak-Nya.
Mengikut jejak-Nya berarti mencontoh atau meneladani seluruh gaya hidup-Nya.
Mandat untuk meneruskan karya keselamatan dalam Yesus Kristus, sebenarnya di dalamnya termuat mandat untuk menampilkan kehidupan seorang anak Allah yang dapat diteladani.
Untuk ini tidak cukup seseorang berteologi dan cakap mendiskusikan atau mengajarkannya.
Tuhan menghendaki apa yang dilakukan juga dilakukan orang percaya: sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yohanes 13:15).
Terkait dengan Kristus sebagai teladan, Petrus mengatakan: Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1Petrus 2:21). Kita harus meneladani Tuhan Yesus, supaya kita pun dapat diteladani oleh semua orang dan membawa mereka semakin serupa seperti Tuhan Yesus.
Jadi jangan mudah mengaku sebagai orang percaya jika seseorang belum ada didalam perjuangan setiap hari mengikuti teladan hidup Tuhan Yesus.
Sebab isi percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan didalam hidup setiap individu berarti kesediaan mengikuti teladan-Nya.

Ketika Kekristenan yang mestinya adalah jalan hidup berubah wajah menjadi lembaga keagamaan semata-mata, maka terbangun sebuah strata.
Dalam strata tersebut terbangun tembok pemisah antara imam (rohaniwan) dan awam (jemaat).
Tidak jarang kelompok imam menjadi “makhluk istimewa” yang berbeda dengan manusia pada umumnya.
Tidak jarang juga jemaat selalu minta didoakan agar dapat keluar dari masalah-masalah kehidupan.
Seharusnya umat diajarkan berurusan dengan Tuhan secara pribadi sebab tidak ada perbedaan antara pendeta, aktivis maupun jemaat, semua adalah disebut orang percaya yang diberi hak yang sama untuk bisa berurusan dengan Tuhan secara langsung.
Di sini gereja kehilangan keteladanan.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya adalah terang dunia.
Dalam panggilan menjadi terang dunia, seorang anak Tuhan atau seorang rohaniwan tidak cukup memberi paparan mengenai bagaimana hidup beretika sebagai anak-anak Allah, tetapi juga menampilkan kehidupan sebagai anak Allah yang melayani dan bukan untuk dilayani, berkorban apapun demi Tuhan supaya umat dibawa menjadi mempelai Kristus yang layak bagi-Nya.

Seorang hamba Tuhan (pendeta, aktivis maupun jemaat) harus menampilkan kehidupan Tuhan Yesus yang memang menjadi tujuan pelayanan itu sendiri.
Pelayanan bertujuan agar manusia dikembalikan ke rancangan semula Allah. Hal ini sama dengan dikembalikannya manusia kepada gambar Allah.
Tuhan Yesus adalah satu-satunya role model yang harus kita teladani secara sempurna (Roma 8:28-29; Matius 5:48), sebab Inilah tujuan keselamatan itu.
Kalau gereja hanya menjadi pemberi jasa menyediakan kebaktian, misa atau yang sama dengan menyediakan seremionial agama dan menjadi penyedia jasa “doa untuk berbagai masalah kehidupan”, berarti gereja masih memarkir jemaat di dunia ini dan bukan memarkir jemaat di kerajaan Bapa di sorga.
Jemaat harus diajar dan didewasakan dengan makanan yang keras sehingga semakin bisa mengenakan teladan kehidupan Tuhan Yesus dan semakin serupa dengan gambar-Nya.
Jemaat harus diajarkan bagaimana tidak lagi serupa dengan dunia ini, tidak lagi mencintai dunia sebagai tempat mencari kebahagiaan hidup, umat harus diajarkan mempersiapkan diri, berjuang setiap hari mengarahkan hidup menjadi mempelai Kristus yang layak menyambut kedatangan-Nya, menjadi umat yang berlaku tidak bercacat dan tidak bernoda yang selalu bisa mengenakan nilai-nilai kesucian Tuhan didalam kehidupannya.
Sebab tanpa hal ini mereka tidak pernah dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah.
Orang percaya seharusnya harus selalu ada didalam perjuangan untuk semakin serupa dengan Tuhan Yesus atau menjadi saudara bagi Tuhan Yesus, supaya Tuhan Yesus menjadi yang sulung bagi kehidupan semua orang percaya (Roma 8:28-29).
Seorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus baik sebagai pendeta atau jemaat Tuhan harus menunjukkan perilakunya seperti Tuhan Yesus.
Kalimat yang lebih tepat adalah memperagakan kehidupan Tuhan Yesus setiap saat.

Paulus adalah hamba Tuhan yang berani hidup sesuai dengan pola yang Tuhan Yesus ajarkan, yaitu hidup menjadi teladan, di mana hal tersebut ada dalam banyak tulisannya. Paulus jelas sekali berkata: Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! (1Korintus 4:16) Di bagian lain Paulus mengatakan: Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu (Filipi 3:17).
Dan banyak tulisan Paulus yang menunjukkan bahwa dirinya adalah teladan jemaat (1Korintus 4:6; 2 Tesalonika 3:7; 3:9).
Yakobus dalam suratnya juga menyatakan bahwa penderitaan yang dialaminya menjadi teladan bagi jemaat (Yakobus 5:10).

Paulus sebagai model seorang pelayan Tuhan juga telah menunjukkan kerendahan hatinya sebagai pemimpin yang melayani, mengemukakan kesaksian hidupnya bahwa ia rela menjadi hamba bagi semua orang karena Kristus (1Korintus 9:19).
Seseorang yang mau melayani Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain harus rela kehilangan meninggalkan segala milik, hak-hak kesenangan hidup didunia dan memberi diri menjadi hamba yang hidup hanya untuk mengabdikan diri hidup bagi Tuhan dan hidup dalam tuntunan-Nya setiap hari untuk melakukan kehendak-Nya.
Filosofi hidup yang hanya boleh dimiliki didalam diri orang percaya yang melayani-Nya haruslah sama dengan Filosofi hidup Tuhan Yesus yang memberi hidup-Nya hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Sikap hati seperti Tuhan Yesus adalah sikap hidup yang harus diteladani oleh setiap pengikut-Nya.
Mereka harus rela kehilangan hak-hak menikmati berbagai yang dianggap sebagai kesenangan hidup dan tidak lagi mencari kehormatan di mata manusia demi tugas yang harus diemban yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan tugas kehidupan yaitu pengabdiannya untuk hidup melayani bagi kehendak dan kepentingan Tuhan.
Tidak ada sesuatu yang boleh dijadikan nilai lebih dalam kehidupan seorang hamba yang melayani Tuhan Yesus yang oleh karenanya ia merasa memiliki hak untuk hidup membela kepentingan dan kepuasan diri sendiri.

Tuhan Yesus mengatakan : sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Matius 20:28).
Usaha iblis untuk menawarkan segala kesenangan hidup dan segala kehormatan yang ada didalam dunia kepada Tuhan Yesus agar menjadi sosok seperti dirinya pada waktu pencobaan di padang gurun (Lukas 4:5-8) dimentahkan oleh Tuhan Yesus.
Seandainya Tuhan Yesus memikirkan kekayaan, kehormatan dunia dan mengingininya, berarti Ia menyembah iblis, dengan demikian Dia bisa dikalahkan oleh iblis.
Banyak orang Kristen merasa telah mengalahkan iblis dan menjadi pemenang.
Padahal pikiran mereka ada dalam kekuasaan iblis, yaitu ketika mengingini kekayaan atau materi dunia ini sebagai sarana kebahagiaan dan kepuasan untuk mendapat hormat dimata manusia lainnya.
Dalam hal ini harus selalu diingat bahwa medan peperangan adalah pikiran.
Kita harus selalu dalam kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita punya tidak lain sebagai sarana untuk mendukung menjadikan pribadi kita terus bertumbuh hingga serupa seperti Kristus, hidup hanya untuk memuliakan nama-Nya.
Seseorang bisa mengalahkan iblis kalau ia tidak memberi kesempatan atau tempat berpijak kepada iblis (Efesus 4:27), khususnya tempat berpijak didalam pikirannya.
Untuk ini seseorang harus sungguh-sungguh mengalami perubahan pikiran terus menerus sehingga dapat memfokuskan diri kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, hidup untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu pikiran orang percaya jangan sampai disesatkan dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus seperti Hawa diperdaya oleh ular (2 Korintus 11:3). Orang percaya tidak boleh berkompromi dengan dunia dan segala macam kesenangan hidup didalamnya.
Bagaimana pun keadaan hidup kita dan dunia di sekitar kita, kita harus tetap memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya, hidup hanya untuk menyenangkan Tuhan dan memuaskan hati-Nya.

Selanjutnya, Firman Tuhan juga mengajar orang percaya juga menjadi teladan bagi orang percaya lain (1 Tesalonika 1:7; 1 Timotius 4:12; Titus 2:7).
Kepada para pelayan jemaat atau para pendeta, Petrus atas nama Tuhan menasihati mereka dengan perkataan ini: Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu (1 Petrus 5:3).
Hidup kita harus menjadi surat yang terbuka yang dapat dibaca semua orang. Melalui hidup kita orang dapat membangun dirinya semakin melekat kepada Tuhan.
Jadi hidup kita harus menjadi pola dimana setiap orang menemukan kehidupan Tuhan Yesus zaman sekarang yang harus diteladani.
Dalam hal ini tidak ada cara lain memperagakan kehidupan Tuhan Yesus didalam hidup kita kecuali “mati bagi dunia dan hidup bagi Kristus".
Dan ini berarti hidup kita tidak lagi dibahagiakan dengan kekayaan materi, kehormatan, pangkat, gelar dan fasilitas kesenangan dunia yang sering kali hal ini menjadi hal yang diminta oleh jemaat sebagai pokok doanya kepada Tuhan.
Jemaat yang dewasa seharusnya sudah mati bagi dunia, keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah semua harus disalibkan.
Kebahagiaan dan harta yang boleh dimiliki sebagai satu-satunya harta abadi dihidupnya adalah hanya Tuhan Yesus.
Jadi dengan demikian orang yang percaya kepada Tuhan Yesus artinya kesediaan memberi hidup mengikuti teladan hidup yang telah Dia berikan, menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta kebahagiaan hidup, menjadikan diri kita semakin bertekun hidup didalam kebenaran-Nya, taat hidup didalam tuntunan, pimpinan Roh-Nya, setia sampai akhir menuruti kehendak-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar