Selasa, 09 Mei 2017
MEMAHAMI POLA KEHIDUPAN JEMAAT PERJANJIAN BARU
Galatia 6:8
Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
Umat Perjanjian Baru adalah umat yang akan mewarisi Kerajaan Surga, yang pikirannya harus tertuju kepada perkara-perkara yang “di atas” bukan yang di bumi. Panggilan umat Tuhan hanya satu, yaitu mengumpulkan harta di surga bukan di bumi.
Pemenuhan kebutuhan jasmani harus diajarkan sebagai hal yang tidak rumit. Solusinya harus ditemukan sendiri dalam kehidupan dengan kerja keras dan sikap bertanggung jawab dan selalu mengucap syukur dalam segala hal (Tuhan pasti berkati), dan bukan diselesaikan dengan doa tanpa kerja keras dan bukan juga diselesaikan dengan minta mukjizat Tuhan tanpa mengerti dan tanpa mau melakukan bagiannya untuk bekerja.
Doa adalah dialog dengan Tuhan, bukan sekadar permintaan.
Doa dan pelayanan pelayan Tuhan tidak ada artinya kalau jemaat tidak bertobat, kerja keras dan bertanggung jawab hidup.
Apa yang ditabur masing-masing pribadi akan dituainya. Di sini yang sangat penting adalah jemaat diajar bagaimana menabur dengan baik. Bukan menabur uang, tetapi menabur dalam roh, yaitu perbuatan sesuai dengan Roh Kudus (Galatia 6:8). Prinsip tabur tuai ini tidak boleh diisi dengan isi yang berbeda dengan konteks Alkitab, atau apa yang dimaksud oleh Alkitab. Pengajaran yang mengajarkan bahwa jemaat kalau memberi mendapat imbalan, bahkan berkali lipat, merupakan ajaran yang tidak membangun sikap hati yang benar di hadapan Tuhan.
Gereja tidak boleh merangsang jemaat untuk memperoleh sebanyak-banyaknya dari apa yang disediakan dunia ini dan memberi kesan bahwa ingin kaya demi kepuasan diri sendiri itu diperbolehkan.
Kenyataan ini tidak dapat dibantah dengan bukti nyata seperti yang kita saksikan di banyak gereja. Mereka mengajarkan doa Yabes agar Tuhan meluaskan tanah dan memberkati umat dengan berkat yang berlimpah.
Doa Yabes akan sangat efektif pada zamannya, yaitu jaman Perjanjian lama di mana pola pikir bangsa Israel atau umat Perjanjian Lama terfokus pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Yang dipahami oleh mereka adalah mengenai berkat akan tanah dunia yang berlimpah susu dan madu.
Tetapi anak-anak Allah khusus umat perjanjian baru dipanggil untuk mewarisi langit baru dan bumi yang baru dan bukan kekayaan bumi yang sekarang ini, sebab bumi yang sekarang ini kelak akan hilang lenyap dalam nyala api pada hari kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua nanti (2 Petrus 3:10).
Oleh sebab itu doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah bukan doa Yabes tetapi Doa Bapa Kami yang memuat formula gaya hidup umat perjanjian baru dimana salah satunya gaya hidup yang Tuhan Yesus ajarkan adalah : "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Matius 6:11), prinsip doa yang Tuhan Yesus ajarkan ini sangat jauh berbeda dan bertolak belakang dengan doa yabes.
Di sini kita menemukan prinsip bahwa kerajaan Allah bukan dikaitkan dengan persoalan kebutuhan makan minum atau kebutuhan pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi kerajaan Allah adalah persoalan dimana umat perjanjian baru dapat hidup didalam kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).
Jemaat harus puas berkenaan dengan kebutuhan jasmani dengan selalu mengucap syukur dengan apa yang dipercayakan oleh Tuhan setiap harinya, tetapi dilain hal umat tidak boleh puas namun harus selalu haus dan lapar akan kebenaran-Nya.
Tanpa merasa puas dan cukup dengan apa yang ada berkenaan dengan kebutuhan jasmani, maka jemaat tidak akan mencari Tuhan secara benar.
Ingat, Ibadah harus disertai rasa cukup (1 Timotius 6:6). Mengikut Tuhan Yesus harus berani seperti Tuhan Yesus, yaitu tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58). Ini bukan berarti membuat orang percaya menjadi miskin. Justru ketika seseorang tidak melekatkan hatinya kepada kekayaan dunia ini, maka Tuhan dapat memercayakan hal-hal yang besar dari Dia untuk kemuliaan-Nya.
Orang percaya yang memiliki sikap hati yang benar pasti rajin bekerja, jujur, dan produktif demi pengabdiannya kepada Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain atau tidak menjadi benalu bagi sesamanya, tetapi menjadi berkat bagi banyak orang.
Dengan kehausan dan kelaparan akan kebenaran Tuhan setiap hari, jemaat terpacu atau terdorong untuk bertumbuh dalam mengenal kebenaran dan mengenakan kebenaran sebagai bagian dari proses “kloning” sehingga semakin hari semakin serupa dengan Kristus.
Proses kloning di sini adalah pelatihan yang Tuhan lakukan agar anak-anak-Nya bisa berkata : "hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku" (Galitia 2:19-20).
Inilah sebenarnya tujuan inti pelayanan, setiap individu dikuasai oleh Kristus, sehingga kehidupan Kristus nyata dalam hidup mereka. Dengan demikian gereja memproduksi manusia-manusia seperti Kristus.
Dalam hal ini keberhasilan gereja adalah melahirkan orang-orang yang berkarakter Kristus.
Gereja harus menjadi “Sekolah Alkitab” yang mendidik jemaat menjadi pelayan-pelayan Tuhan sepenuh waktu, hasil dari pendewasan dan peragaan pribadi Kristus.
Seluruh kegiatan gereja harus memiliki jiwa ini, inilah esensi pelayanan kepada Tuhan Yesus secara benar.
Untuk menyelenggarakan hal ini hamba/pelayan Tuhan harus masuk proses cloning terlebih dahulu, dengan demikian seorang pelayan Tuhan bisa meng”impact” atau mengimpartasi “jiwa atau semangat hamba Kristus” kepada jemaat yang dilayani.
Inilah letak mahalnya dan sukarnya mengiring Tuhan Yesus dan sukarnya menjadi pelayan Tuhan, bukan hanya pada penderitaan fisik, tetapi seluruh kehidupan yang diserahkan kepada Tuhan sehingga seseorang tidak bermilik sama sekali, sebab seluruh miliknya dipersembahkan bagi Tuhan demi kepentingan Kerajaan Surga.
Hanya dengan demikian seorang pelayan jemaat dapat menampilkan kehidupan Tuhan Yesus, sehingga kehidupannya menjadi pola kehidupan dimana jemaat membangun diri mereka untuk semakin serupa dengan Kristus dan dapat menjadi teladan dan terang yang ajaib bagi sesamanya sehingga menjadi berkat bagi sesama, dan pada akhirnya membawa jiwa-jiwa datang untuk mengenal bahkan menerima Kristus Sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar