Senin, 22 Mei 2017

MENEMUKAN KEKASIH ABADI YANG SESUNGGUHNYA


Efesus 5:1-2
1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

Menjadi orang Kristen belumlah secara otomatis bisa disebut sebagai anak-anak Allah.
Menjadi anak Allah bukanlah status tetapi sebuah keberadaan diri yang mengembangkan kodrat ilahi secara nyata didalam hidupnya.
Menjadi anak-anak Allah ditandai dengan penurutannya kepada pimpinan Roh Allah setiap waktu (Roma 8:14).
Menjadi anak-anak Allah berarti menjadi kekasih Allah.
Menjadi kekasih Allah artinya menjadi penurut-penurut Allah dalam segala hal yang hidupnya selalu dipimpin oleh Roh Allah.
Menjadi kekasih Allah juga berarti Allah adalah sumber kebahagiaan lebih dari apa pun.
Jika seseorang memiliki kekasih hati maka kekasih hati itu mewarnai hidupnya dengan sangat dominan. Kekasih hati menjadi kekayaan yang lebih berharga dari apa pun. Kekasih hati seperti candu yang mengikat seseorang sampai tidak dapat terlepas. Kekasih hati adalah belenggu dan penjara yang nikmat dan nyaman yang membuat seseorang tidak ingin keluar dari ruangan penjara tersebut. Dunia menyediakan beragam jenis kekasih hati. Pada dasarnya ketika seseorang tidak menjadikan Tuhan sebagai kekasih hatinya berarti ia sedang menjadikan sosok lain sebagai kekasih hatinya.

Kekasih hati yang berasal dari dalam dunia ini hanya bisa memberikan kesenangan sementara, tidak lebih dari tujuh puluh tahun.
Seseorang pasti akan merasakan penyesalan yang teramat dalam ketika ia terbangun di kekekalan dalam kondisi dirinya yang belum kokoh atau tidak menjadikan Tuhan sebagai kekasih hati abadi satu-satunya didalam hidupnya.
Lagi pula kekasih yang berasal dari dalam dunia ini tidak dapat menjamin hidup ini dengan sempurna, apalagi di kekekalan.
Hanya satu pribadi yang dapat menjadi kekasih abadi, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Oleh sebab itu sangatlah bodoh dan malang kalau kita tidak memilih Tuhan Yesus menjadi kekasih abadi. Untuk menjadikan sesuatu atau seseorang di dunia sebagai kekasih sangat mudah, karena mereka kelihatan, dapat disentuh dan dinikmati secara nyata. Tetapi menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih hati yang abadi adalah suatu hal yang sulit, bahkan bisa dibilang mustahil karena Tuhan tidak kelihatan dan kadang Tuhan bersikap seperti tidak ada.
Menjadikan sesuatu atau seseorang di dunia sebagai kekasih tidak memerlukan perjuangan, tetapi menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih hati yang abadi membutuhkan perjuangan dan pertaruhan segenap hidup menuruti kehendak-Nya dan mengikuti seluruh jejak-Nya.
Banyak orang merasa telah menjadi kekasih Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai kekasihnya hanya karena memiliki perasaan sentimental sesaat ketika berada disuasana ibadah di gereja. Perasaan cinta kepada Tuhan yang tidak dibangun lewat penurutan-penurutan terhadap kehendak Allah setiap hari bahkan setiap waktu sering kali membuat perasaan tersebut menjadi tidak stabil, tidak kokoh dan tidak permanen. Perasaan cinta kepada Tuhan harus dibangun dari pengertian yang kokoh persekutuan yang intim setiap hari.
Pengertian yang kokoh ini adalah dimana seseorang terus menyediakan diri mengenakan kodrat Ilahi sebagai anak-anak Allah yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah, menjadi penurut-penurut Firman Allah dengan setia sehingga akan membangun perasaan cinta yang permanen kepada Tuhan Yesus.

Untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih jiwa yang abadi, seseorang harus berani percaya kepada Tuhan Yesus dengan benar. Percaya yang benar dibangun dari mengenal dengan benar siapa Tuhan Yesus dan bergumul secara ketat untuk mengerti kehendak-Nya atas hidup kita untuk dilakukan. Untuk itu kita harus berusaha mempelajari mengenai pribadi-Nya, yang sama dengan belajar untuk mengenal Tuhan.
Usaha ini menunjukkan bahwa kita serius untuk mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan untuk dimiliki sebagai kekasih-Nya.
Tanpa mengenal Tuhan seseorang tidak akan dapat menjadikan Dia sebagai kekasih. Bagaimana seseorang bisa berkasih-kasih dengan sosok yang tidak dikenalnya dan tidak dirasakannya?
Pengenalan akan Tuhan dibangun dari dua pilar, pertama pengenalan secara kognitif atau nalar. Kedua, pengalaman nyata dalam kehidupan setiap hari bersekutu dengan Tuhan dan menuruti firman Allah sehingga setiap kejadian peristiwa ada rhema/penggarapan-Nya yang bertujuan menyempurnakan hidup kita.
Tidak memiliki kekasih yang berasal dari dalam dunia ini bukan masalah atau tidak terlalu bermasalah, tetapi kalau seseorang menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih hati yang abadi berarti ia harus menutup hati terhadap siapa pun dan apa pun.
Semua yang dimiliki, baik orang maupun barang harus digunakan untuk melayani kesenangan-Nya.
Begitu ekstrimnya hal ini sampai Tuhan Yesus menggunakan kalimat:  "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku" Lukas 14:26.

Menjadikan Tuhan sebagai kekasih berarti mempersembah hati, pikiran, perasaan, tenaga, harta atau segenap hidup untuk mengabdi kepada-Nya, sebab dalam hubungan dengan Tuhan Ia adalah Mempelai Pria dan kita sebagai mempelai wanita yang selalu siap sedia melayani-Nya.
Ketika seseorang mengabdi kepada Tuhan, maka pengabdian itu menciptakan keindahan hubungan dan kenikmatan sebagai kekasih Tuhan. Untuk ini seseorang yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih harus berusaha untuk mengerti apa yang dikehendaki oleh Tuhan guna menyukakan hati-Nya.
Seseorang tidak bisa menjadi kekasih Tuhan kalau masih egois atau berurusan dengan Tuhan hanya karena mau memperoleh berkat dan pertolongan dari berbagai persoalan hidup demi membela kepentingan pribadinya/memuaskan hasrat kepentingan pribadinya dan bukan untuk kepentingan Tuhan.
Dalam hal ini seseorang bisa menjadi kekasih Tuhan yang baik jika bertumbuh dewasa dimana apa yang diperoleh dari Tuhan dikembalikan lagi untuk kemuliaan-Nya atau menjadi berkat bagi sesama.
Seiring dengan pendewasaan seseorang yang hidupnya dipersembahkan hidup bagi Tuhan, segenap hidupnya diberikan melayani perasaan dan kehendak Tuhan maka hubungan yang eksklusif dengan Tuhan akan semakin terbangun secara berkualitas dan dirinya layak disebut sebagai kekasih Tuhan yang abadi.

Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar