Kamis, 04 Mei 2017

PENYELENGGARAAN PELAYANAN YANG BENAR


Roma 8:28-29
28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup dan berperasaan sekilas kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks, sebab orang percaya tidak boleh memiliki area atau wilayah sendiri. Semua wilayah adalah wilayah di mana umat pilihan Allah berurusan dengan Allah. Roma 8:28 mengindikasikan hal ini dengan sangat jelas, bahwa Allah berurusan dengan orang percaya secara pribadi dalam segala hal.
Setiap orang Kristen harus hidup dalam misi Tuhan atau dalam pelayanan Tuhan.
Pada dasarnya perintah Tuhan kepada Petrus agar ia memberi makan domba-domba-Nya atau menggembalakan domba-domba Tuhan, bukan hanya bagi Petrus, tetapi bagi semua orang yang menjadi ”penjaga bagi saudaranya” (Yohanes 20:21).
Setiap orang yang mengikut Yesus harus mengikuti jejak-Nya, setiap orang yang percaya kepada Yesus dan hidup di dalam Dia, ia harus hidup seperti Yesus hidup (1 Yohanes 2:6). Hidup seperti Yesus hidup, juga berarti hidup dalam pelayanan, yaitu bagaimana memperhatikan kepentingan orang lain (Matius 20:28) dan terus menjadi semakin serupa seperti Tuhan Yesus dalam kesucian dan kebenaran.

Jadi, menjadikan jemaat yang kudus dan misioner adalah keharusan bagi gereja Tuhan. Banyak orang Kristen yang tidak menyadari dan tidak mau mengerti hal ini. Bila seseorang tidak mau mengerti hal ini atau tidak menerima hal ini, maka ia adalah seorang pemberontak kepada Allah.
Inilah pertanggungan jawaban dalam hidup setiap orang Kristen.
Respon kita terhadap tanggung jawab hidup kita kepada Tuhan adalah hidup dalam misi-Nya atau dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, oleh sebab itu kita harus menemukan tempat di mana kita harus melayani Tuhan.
Dalam 1 Korintus 12:12, dikatakan bahwa kita semua satu tubuh, tetapi memiliki anggota yang berbeda. Untuk menggenapi rencana-Nya, Tuhan menempatkan kita masing-masing pada tempat kita yang khusus. Masing-masing orang percaya pasti memiliki panggilan yang khas, khusus dan benar-benar spesifik.
Apakah itu sebagai pendeta, pegawai, insinyur, dokter, akuntan, aparat keamanan, pejabat pemerintah, pengacara dan lain sebagainya.

Mengapa kita tidak berani berkata bahwa diri kita adalah pelayan Tuhan yang statusnya fulltimer bagi Tuhan?
Ada beberapa penyebab seseorang tidak menyadari bahwa masing-masing setiap individu yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah pelayan full timernya Tuhan :
Pertama, konsep yang salah mengenai pelayanan. Pelayanan selalu dikaitkan dengan kegiatan di lingkungan gereja.
Padahal pelayanan kepada Tuhan tidak berhenti di wilayah tembok gereja saja.
Masing-masing anggota jemaat sesungguhnya memiliki panggilan khusus.
Profesi yang disandang seseorang juga adalah jabatan rohani untuk mendukung rencana penyelamatan dunia.
Pemisahan pekerjaan rohani dan pekerjaan duniawi yang diukur dengan pekerjaan di lingkungan gereja dan di luar lingkungan gereja adalah pembodohan yang membuat anak-anak Allah tidak sungguh-sungguh mengembangkan diri di bidang yang digelutinya sebagai pelayanannya kepada Tuhan dan hidup untuk memperhatikan dan memperdulikan sesamanya.
Semua anak Allah adalah imamat-imamat bagi Tuhan (1 Petrus 2:9).
Setiap orang percaya adalah hamba atau pelayan Tuhan yang memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.
Jadi bukanlah seorang pendeta atau aktivis gereja yang disebut sebagai orang yang sudah melayani Tuhan.
Melayani Tuhan adalah melayani perasaan Tuhan sendiri tanpa dibatasi tempat, ruang dan waktu, melayani kehendak-Nya dalam segala hal sepenuh waktu dan mencurahkan seluruh potensi hidup kita untuk rencana, kehendak dan bagi kemuliaan nama Tuhan.

Kedua, ketidaksediaan mempersembahkan segenap hidup bagi Tuhan. Hal ini terjadi sebab seseorang berkeberatan menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Pribadinya masih egois.
Ia hanya melihat kepentingan dirinya, keluarga dan orang-orang yang dianggap sebagai sesamanya.
Orang seperti merasa tidak aman kalau masuk dalam hidup bagi pekerjaan Tuhan. Ia merasa hidupnya akan terganggu kalau menumpahkan hidupnya bagi Tuhan. Ia merasa perjuangannya mencapai semua keberhasilan itu hanya pantas untuk dirinya sendiri. Kalaupun ia membagi miliknya bagi orang lain, ia pasti memberi dalam kelebihan atau kemewahannya, bukan seperti janda yang memberi segenap hidupnya, ia memberi dalam kekurangan (Lukas 21:1-4).
Tidak sedikit yang memberi sebagian uangnya dengan harapan memperoleh pengembalian berkat jasmani lebih banyak lagi untuk kepentingan hidupnya, memperoleh pujian, sanjungan atau karena mau membeli manusia. Pada dasarnya mereka tidak mempersembahkan hidup bagi Tuhan, tetapi mempersembahkan hidup untuk diri sendiri.

Ketiga, ketidaksediaan meninggalkan kesenangan/percintaan akan dunia termasuk praktek dosa dalam kehidupannya setiap hari. Menunggu hidup suci atau tidak melakukan praktek dosa kemudian baru mau melayani Tuhan hampir pasti tidak pernah melayani Tuhan selamanya. Mestinya saat ini, ketika Firman Tuhan disampaikan ini, kita bertobat dan mengambil keputusan untuk sepenuh hati melayani Dia sepenuh waktu kita melalui seluruh gerak hidup kita setiap hari dan disepanjang waktu umur hidup kita.
Kalau tidak, maka kesempatan akan hilang sama sekali.
Biasanya seseorang yang menolak mempersembahkan hidup bagi Tuhan, bukan menolak mengabdikan hidupnya bagi Tuhan sama sekali, tetapi mereka hanya menundanya. Berhubung ia merasa bahwa hidupnya belum bersih, banyak dosa dan kelemahan.
Ia merasa tidak layak mengambil bagian dalam pelayanan, kemudian menunda apa yang seharusnya tidak boleh ditunda.
Penundaan ini sama saja seseorang tidak mau mempersembahkan segenap hidupnya untuk melayani Tuhan dan kehendak-Nya.
Ini bisa berakibat kegagalan selamanya menjadi anak Allah yang akan menerima mahkota abadi.

Setiap orang harus hidup dalam misi Bapa atau pelayanan pekerjaan Tuhan.
Respon kita terhadap tanggung jawab hidup yang Tuhan berikan adalah melalui panggilan masing-masing di tempat di mana kita dipercayakan Tuhan apakah itu sebagai pendeta, pegawai, insinyur, dokter, akuntan, aparat keamanan, pejabat pemerintah, pengacara dan lain sebagainya.
Jangan batasi pelayanan bagi pekerjaan Tuhan hanya didalam kegiatan dilingkungan gereja.
Tuhan menghendaki kita melakukan semua yang kita kerjakan dalam profesi yang telah dipercayakan Tuhan yaitu hanya untuk kemuliaan bagi nama Tuhan kita Yesus Kristus, berdampak bagi sesama dan tidak lagi untuk melayani kepentingan kebahagiaan diri sendiri.

1 Petrus 4:10
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar