Kamis, 14 September 2017

KEADAAN YANG SEHARUSNYA DIMILIKI


Matius 5:20
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Dalam Matius 5:20 Tuhan mengatakan dengan sangat jelas: Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Kata "hidup keagamaanmu” dalam Matius 5:20 adalah dikaiosune.
Kata ini lebih tepat diterjemahkan kebenaran yang bertalian dengan kelakuan, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yaitu sikap hati dan pola berpikir kita.
Kata dikaiosune lebih menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan integritas, kebajikan, kemurnian hidup, kebenaran, kebenaran perasaan berpikir, dan perilaku atau lebih tepatnya keadaan yang semestinya dimiliki, sebuah keadaan atau kondisi yang diterima oleh Tuhan.

Keadaan yang semestinya dimiliki, menunjuk kepada keadaan manusia yang seharusnya dikenakan sesuai atau seperti yang dirancang oleh Allah sejak semula ketika diciptakan.
Jadi, kalau orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan hidup melebihi dari kelakukan, sikap hati dan pola berpikir ahli Taurat dan orang-orang farisi, maksudnya bahwa manusia dibawa kepada keadaan sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia itu.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak berkeadaan seperti yang Allah kehendaki. Dalam hal ini luar biasa di mata manusia adalah kewajaran di dalam pemandangan mata Tuhan. Manusia harus berkeadaan seperti yang Allah inginkan. Bisa dimengerti kalau Tuhan Yesus mengatakan “harus” sempurna seperti Bapa.

Dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa orang percaya harus lebih benar dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hal ini mengisyaratkan bahwa penerimaan dan tuntutan Bapa terhadap umat Israel yang masih hidup di dalam Taurat dengan umat Perjanjian Baru adalah berbeda.
Dengan demikian orang percaya sebagai umat Perjanjian Baru harus memiliki standar moral lebih dari umat Perjanjian Lama yaitu moral yang tidak bercacat dalam seluruh perilakunya baik dari sikap hati, motivasi hati, cara berucap hingga perbuatannya yang adalah untuk memuliakan Tuhan.
Demikianlah, mereka yang diberi banyak dituntut banyak, sedangkan yang diberi sedikit dituntut sedikit.
Orang percaya yang mengenal Tuhan Yesus dan Injil-Nya serta dikaruniakan penyertaan Roh Kudus berarti orang percaya diberi banyak, maka dalam hidup orang percaya juga dituntut banyak, yaitu harus sempurna seperti Bapa atau menjadi serupa dengan Tuhan Yesus (Matius 5:48 ; Roma 8:29).

Keadaan seperti yang Allah inginkan adalah keadaan yang diterima oleh Allah.
Ketika seseorang telah ditebus oleh darah Yesus Kristus dan melalui iman percayanya ia mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan dalam hidupnya maka seseorang harus menghasilkan buah-buah pertobatan dengan mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar karena mengasihi Tuhan yang telah menebusnya.
Buah disini adalah seseorang harus membuktikan imannya tersebut dengan menampilkan kehidupan seperti Tuhan Yesus telah hidup dalam moral kesucian dan kebenaran dengan demikian ia baru dapat menjadi saksi Tuhan yang dapat menjadi surat terbuka bagi banyak orang untuk datang mengenal Kristus Sang Juru Selamat.
Kalau Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya harus berkeadaan diterima oleh Allah melebihi dari ahli Taurat dan orang Farisi, berarti orang percaya akan dihakimi dengan ukuran berbeda.

Bisa dimengerti mengapa Paulus mengatakan bahwa ia berusaha untuk berkenan.
Berkenan artinya berkeadaan diterima oleh Allah sesuai dengan standar yang diinginkan oleh Tuhan. Berkenan yang dimaksud oleh Paulus adalah diterima dalam rumah Bapa sebagai anggota keluarga Kerajaan.
Hal ini lebih dari sekadar masuk dunia yang akan datang, tetapi keadaan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus, menjadi anggota keluarga-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar