Rabu, 06 September 2017

MENJAGA LIDAH DEMI KESEMPURNAAN MENGENAKAN KODRAT ILAHI


Yakobus 3:9-10
9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,
10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.

Dalam surat Yakobus tertulis: Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya (Yakobus 3:2). Pernyataan Yakobus ini penting untuk diperhatikan, sebab jelas sekali bahwa orang yang tidak bersalah dalam perkataannya adalah orang yang sempurna. Itulah sebabnya dalam Matius 5, ketika Tuhan Yesus berbicara mengenai kesempurnaan, Tuhan Yesus menyinggung mengenai penggunaan lidah berkaitan dengan tuduhan kepada orang lain (Matius 5:22, Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala).
Manusia dalam prestasinya menaklukkan banyak hal; jarak, laut, binatang buas dan lain sebagainya. Tetapi banyak manusia belum berhasil menaklukkan lidahnya. Hal ini nyata dari apa yang telah diuraikan Yakobus (Yakobus 3:3-12). Dapat menguasai lidah berarti dapat menguasai seluruh kehidupannya.
Dalam hal ini, lidah memiliki peran yang sangat besar dalam ibadah kita. Alkitab menunjukkan betapa sulit atau sukarnya menguasai lidah. Walaupun sukar untuk menguasai lidah, tetapi bukan berarti tidak dapat dikuasai.
Tuhan memberi petunjuk bahwa kita dimampukan melakukan Firman-Nya, juga dalam menguasai lidah. Untuk dapat melangkah bijaksana dalam penggunaan lidah ini, dapat dipaparkan beberapa nasihat sebagai berikut.

Pertama : kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Tuhan, termasuk lidah.
Jadi lidah kita harus digunakan untuk kemuliaan Tuhan dan pengabdian kepada-Nya. Untuk penggunaannya kita harus terus belajar seturut kehendak Tuhan. Dahulu kita bertindak sekehendak kita, tetapi sekarang tidak bisa lagi demikian, sebab segenap hidup kita dimiliki oleh Tuhan (1 Korintus 6:19-20).
Untuk dapat mengontrol dan mengendalikan, dibutuhkan latihan terus menerus.
Dalam Galatia 5:24-25 dinasihatkan agar setiap orang yang menjadi milik Kristus menyalibkan hawa nafsu dan keinginannya.
Penyangkalan diri yang diwajibkan Tuhan atas kita (Matius 16:24) juga termasuk penyangkalan diri dalam penggunaan lidah. Untuk ini tidak ada salahnya kalau kita belajar puasa, bukan saja terhadap makanan, tetapi juga puasa ucapan yang tidak perlu dan ucapan yang sia-sia.
Lidah harus digunakan untuk satu arah, bukan dua arah. Lidah kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.
Kita tidak dapat menggunakan lidah untuk dosa, tetapi juga untuk Tuhan (Yakobus 3:9).
Untuk ini kita harus mengoreksi setiap kata yang sudah diucapkan atau hendak diucapkan.
Tuhan menghendaki buah bibir kita memuji dan memuliakan Allah (Ibrani 13:15).
Tentu semua ini adalah buah dari kehidupan yang sikap hatinya benar di hadapan Allah.
Jadi segala sesuatu yang tidak memuliakan Allah dan tidak menjadi berkat bagi orang lain, hendaknya tidak diucapkan.

Kedua : lidah digunakan untuk mengucapkan kebenaran.
Lidah manusia tidak diciptakan untuk mengucapkan kata-kata yang tidak kudus (jorok, porno, dusta, fitnah, gosip dan lain sebagainya).
Untuk ini rasul Paulus menasihati kita agar membuang semua yang busuk dari mulut kita (Efesus 4:25-29).
Setiap perkataan yang keluar dari mulut yang berasal dari hati kita haruslah menggarami orang lain sehinggga mereka yang mendengar perkataan dan yang melihat perbuatan kita mereka memuliakan Bapa kita di surga..
Perkataan apa yang dapat menggarami orang, tentu perkataan kebenaran Firman.
Orang seperti ini tidak akan menyiarkan gosip. Harus diperhatikan bahwa lidah dapat menjadi alat dalam tangan Tuhan, dan juga dapat menjadi alat dalam tangan Iblis. Hendaknya kita mempertimbangkan dengan seksama setiap perrkataan yang hendak kita ucapkan. Seperti pedagang yang memperhitungkan seluruh tindakannya supaya tidak rugi tetapi untung, demikian pula dengan gerak lidah mulut kita.
Ucapan bisa mendatangkan berkat, tetapi juga kutuk.
Kita harus menyadari bahwa Allah akan memperhadapkan setiap perkataan kita di pengadilan-Nya (Matius 12:36-37).
Ternyata yang diperhadapkan ke pengadilan bukan saja perbuatan tubuh, tetapi juga ucapan lidah kita. Menyadari kenyataan ini kita akan berhati- hati dalam mengucapkan suatu perkataan. Sisi lain yang berkaitan dengan hal ini adalah bahwa Allah menghargai setiap perkataan yang keluar dari mulut kita (Roma 10:10).
Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar