Kamis, 07 September 2017

MENGENAL ARTI "KESOMBONGAN" DI MATA ALLAH


1 Yohanes 2:3-6
3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.
4 Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.
5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.
6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Sering terjadi, orang yang memburu kesempurnaan berperilaku seperti yang telah diteladankan Kristus supaya orang percaya mengikuti jejak-Nya dipandang sebagai orang sombong. Kita harus memahami apa yang dimaksud dengan kesombongan itu.
Dari beberapa pengertian mengenai kesombongan yang terkait dengan masalah kesempurnaan, ada 2 hal yang perlu kita bahas.
Pertama : Kesombongan adalah sikap yang tidak mengakui otoritas Allah.
Orang sombong adalah orang yang tidak mau menundukkan diri secara benar kepada Allah.
Orang sombong menjadikan dirinya sebagai tuhan bagi dirinya sendiri.
Inilah tindakan yang juga telah dilakukan oleh Lusifer.
Lusifer menolak tunduk kepada Allah, sebab ia mau mendirikan takhtanya sendiri.
Orang yang tidak mau menundukkan diri kepada Tuhan untuk memenuhi yang dikehendaki oleh Tuhan adalah orang-orang sombong. Justru orang yang mau mencari kesempurnaan demi dapat mengenakan kodrat Ilahi sebagai anak-anak Allah adalah orang-orang yang rendah hati dan yang menghormati Allah secara pantas yang telah menebusnya dari hukum dosa dan hukum maut.
Sudah sangat jelas Tuhan menghendaki orang percaya menjadi sempurna dalam seluruh perilakunya yang dapat memancarkan keteladanan yang serupa seperti Kristus telah hidup (1 Yohanes 2:6).
Kalau seseorang menolak menjadi sempurna, maka sebenarnya ia sedang tidak tunduk kepada otoritas Tuhan. Orang yang tidak tunduk kepada otoritas, perintah dan segala ketetapan Tuhan yang menghendaki supaya kita hidup seperti Kristus telah hidup, maka sesungguhnya ia sedang menyombongkan dirinya dihadapan Tuhan.
Kalau seseorang mengakui otoritas Tuhan dengan segala ketetapan-Nya, maka apa pun yang dikehendaki oleh Tuhan, ia bersedia menurutinya; sesulit, seberat, atau bahkan semustahil apa pun.
Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

Kesombongan yang adalah sikap merasa bisa menjalani hidup tanpa otoritas atau pimpinan Tuhan adalah orang-orang yang hidupnya mengandalkan kekuatan diri sendiri.
Demikian juga orang tidak mengakui otoritas Allah adalah orang-orang yang tidak berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mengenakan kesempurnaan dalam mengambil bagian mengenakan kodrat Ilahi atau hidup yang serupa seperti Kristus telah hidup.
Mereka adalah orang-orang yang tidak sungguh-sungguh membutuhkan Tuhan dalam arti yang benar.
Mereka yang tidak bergumul mencapai kesempurnaan tidak akan terbawa kepada situasi yang sangat membutuhkan Tuhan. Orang percaya tidak hanya dipanggil menjadi orang yang baik, sebab kalau hanya menjadi orang baik, tidak dibutuhkan kasih karunia dan pendampingan Tuhan melalui Roh Kudus.
Banyak orang beragama, bahkan orang tidak beragama, berkeadaan baik.
Kita tidak boleh naif sebab banyak agama diluar Kristen pun kita temukan mereka adalah orang-orang yang baik dalam kelakuan, mereka mengambil bagian dalam mendirikan panti - panti sosial, panti asuhan, panti jompo, membantu korban bencana alam, mereka bahkan banyak membantu anak-anak yang tidak mampu untuk mendapatkan pendidikan secara gratis dan lain sebagainya.
Orang percaya tidak dipanggil hanya cukup mencapai level menjadi orang baik menurut penilaian dunia.
Orang percaya dipanggil untuk menjadi sempurna dalam seluruh gerak pikiran, ucapan dan perbuatannya yang mencerminkan kekudusan Bapa disurga (Matius 5:48 ; 1 Petrus 1:15-16).
Ini artinya Tuhan memanggil kita untuk memiliki standard kebaikan melampaui menurut penilaian manusia dunia.
Untuk memenuhi tanggung jawab ini maka orang percaya harus memiliki persekutuan yang intim dengan Tuhan secara ketat, mengenal Pribadi-Nya, belajar Injil secara memadai, menemukan kehendak-Nya setiap hari dan mengenakan perilaku yang Tuhan kehendaki untuk dipenuhi orang percaya didalam hidupnya.
Kalau seseorang bergumul untuk memenuhi tanggung jawab menjadi sempurna, tidak bisa tidak maka akan sangat membutuhkan Tuhan untuk menuntunnya.
Orang-orang yang berusaha mencapai kesempurnaan akan lebih mengandalkan Tuhan untuk pencapaiannya.
Mereka menjadi orang-orang yang rendah hati dan orang orang yang unggul dimata Allah sebab ia menyadari bahwa dengan kekuatan sendiri tidak akan dapat mencapai Tuhan.

Kedua : kesombongan adalah sikap yang tidak mengakui bahwa keberadaannya karena anugerah Tuhan semata-mata.
Orang yang mengakui keberadaannya karena anugerah Tuhan semata-mata, maka hidupnya selalu mengingat-ingat dan mengucap syukur atas anugerah keselamatan yang diadakan-Nya diatas kayu salib dengan tidak lagi menyelenggarakan kehidupan yang sembrono, tidak lagi bertindak sembarangan, ia sangat teliti dan hati-hati membawa seluruh perilaku yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan untuk diupayakan selalu dapat menyenangkan hati Tuhan. Hidupnya difokuskan untuk menghasilkan buah yang dikehendaki oleh Tuhan, menjadi murid Tuhan yang terus disempurnakan dan dapat membawa semua orang menjadi murid-Nya.
Inilah kehidupan yang menjadi berkat bagi sesama yang sesungguhnya sebab hal ini akan berdampak sampai kepada kekekalan.
Orang yang mengakui keberadaannya karena anugerah Tuhan semata-mata maka kesenangan hidupnya adalah memburu kesempurnaan sebagai anak-anak Allah yang dapat memperagakan kebenaran Injil kerajaan Allah ditengah-tengah merosotnya moral manusia khususnya moral kebenaran dan kesucian yang Allah kehendaki di akhir zaman ini.
Tuhan menghendaki seluruh perilaku dan seluruh keberadaan orang percaya dapat menjadi saksi Tuhan yang keharuman perilakunya berdampak besar mengubahkan perilaku kehidupan banyak orang sehingga  melalui peragakan hidup orang percaya yang sempurna dalam moral kesuciannya yang berstandar Injil kerajaan Allah, maka seluruh mahkluk akhirnya tidak dapat membantah dan kemudian mengakui dengan hati yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah yang benar pemilik seluruh kehidupan alam semesta dengan segala isinya.

Dengan demikian orang yang mencari kesempurnaan yang menggelar kehidupan seperti yang pernah dijalani oleh Tuhan Yesus bukannya tidak mensyukuri anugerah keselamatan, justru sebaliknya ia mensyukuri dan menghargai anugerah keselamatan dengan meresponi fasilitas keselamatan yang disediakan oleh Tuhan Yesus karena korban-Nya. Inilah orang-orang yang mau berjuang menghasilkan buah pertobatan dengan sungguh-sungguh mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar karena mengasihi Tuhan.
Sebab keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Rancangan Allah semula adalah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia (Kejadian 1:26-27).
Untuk mencapai maksud dari keselamatan itu diberikan seseorang harus memanfaatkan fasilitas keselamatan yang Tuhan Yesus sediakan yaitu Roh Kudus, Injil kerajaan Allah dan penggarapan Allah melalui segala peristiwa yang menuntun kita kepada kesempurnaan sebagai anak-anak Allah yang membawa reputasi-Nya.

2 Korintus 13:9
Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar