Minggu, 17 September 2017
MEMILIKI PENURUTAN SEPERTI ABRAHAM
Yakobus 2:21-24
21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."
24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Pertobatan yang dewasa atau berkualitas adalah langkah berbalik dari mencintai dunia menjadi mencintai Tuhan sepenuhnya. Mencintai Tuhan dengan tulus tanpa ada maksud-maksud tertentu di balik cintanya kepada Tuhan. Cinta yang tulus didorong oleh gairah cinta mengasihi Tuhan sepenuhnya. Bila hal ini terbangun dengan ketekunan, maka seseorang memperoleh irama hidup yang benar dalam penurutannya kepada Allah. Pertobatan yang mengarah menjadi kekasih Tuhan membuat seseorang bukan saja melakukan hukum, tetapi juga melakukan segala sesuatu yang diinginkan Tuhan.
Di sini seseorang barulah menemukan kekasih jiwa abadi. Pertobatan yang benar membawa seseorang tidak lagi dapat digirangkan atau dibahagiakan oleh kekayaan dunia dengan segala keindahannya, tetapi disukacitakan hanya oleh Tuhan.
Orang percaya yang mengalami pertobatan yang dewasa memiliki kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan Tuhan.
Pertobatannya yang diekspresikan dalam penurutan terhadap segala kehendak Allah membawanya menjadi mempelai Tuhan.
Umat pilihan yang disebut sebagai mempelai Tuhan Yesus memang dirancang untuk menjadi kekasih Tuhan. Tidak banyak orang yang dipanggil sebagai umat pilihan untuk berkeadaan seperti ini (Matius 22:14), yaitu memiliki relasi yang istimewa dengan Tuhan.
Relasi ini terbangun karena adanya penurutan seseorang kepada kehendak Allah.
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan iman. Iman yang dimaksud ini adalah iman yang mengacu kepada iman Abraham (Roma 4:2). Firman Tuhan mengatakan bahwa kita dibenarkan karena iman.
Iman sendiri sebenarnya adalah tindakan. Iman Abraham diterjemahkan dalam tindakan Abraham yang taat melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah kepadanya.
Dengan penurutannya ini Abraham disebut sebagai sahabat Allah (Yakobus 2:23).
Allah (Elohim) yang dipanggil Yahwe itu adalah Tuhan Yesus yang menyatakan diri berkali-kali kepada Abraham. Harus diingat bahwa Tuhan Yesus yang menciptakan langit dan bumi dan yang memerintah sejak zaman purbakala (Mikha 5:1).
Kekristenan adalah jalan hidup, di mana orang percaya harus mengenal Allah yang dipercayai, bergaul, mengerti kehendak-Nya dan melakukannya sehingga terjalin hubungan yang harmoni dengan Dia dan menjadi sahabat-Nya.
Abraham merealisasikan imannya kepada Allah dalam bentuk tindakan nyata yaitu ketaatannya terhadap kehendak Allah.
Abraham melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan. Ia harus meninggalkan Urkasdim, menyerahkan anak tunggalnya sebagai korban bakaran dan lain sebagainya.
Ketika Abraham diperintahkan Tuhan untuk mengorbankan anaknya Ishak, ia melakukannya dengan tidak ragu-ragu sama sekali.
Iman seperti Abraham inilah yang harus kita teladani yaitu iman yang tak bersyarat/tidak menuntut apapun dari Tuhan.
Karena penurutannya tersebut maka ia dibenarkan oleh Allah.
Kalau Abraham menolak meninggalkan Ur-Kasdim, ia tidak pernah menjadi nenek moyang umat pilihan Allah dan dinyatakan sebagai bapa orang percaya (Roma 4:11).
Dan respons Abraham bukan hanya satu tindakan dalam satu kali peristiwa saja, melainkan merupakan tindakan yang terus-menerus. Melalui rentetan pergumulannya, Abraham disempurnakan oleh Allah.
Pada akhirnya semua orang Kristen harus memiliki pergumulan seperti Abraham, yaitu berjuang untuk melakukan kehendak-Nya secara bertekun dalam kehidupan masing-masing individu.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus membaptis orang percaya dengan Roh Kudus, artinya melalui pekerjaan Roh Kudus orang percaya dibimbing oleh Tuhan mencapai kesempurnaan yang membuat seseorang dapat berjalan seiring dengan Tuhan atau memiliki hubungan yang ideal harmoni dengan Tuhan yang hidupnya selalu ada dalam penurutan/ketaatan terhadap kehendak Tuhan setiap saat.
“Penurutan kita kepada Bapa haruslah ideal, yaitu karena kita satu selera, bukan karena terpaksa.”
Amin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar