Rabu, 20 September 2017

MENGENAL INJIL YANG BENAR


1 Korintus 9:25-27
25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Banyak orang berpikir bahwa keselamatan menjadi akhir dari segalanya. Maksudnya, setelah mereka memiliki keyakinan akan keselamatan di dalam Kristus, maka selesailah juga seluruh pergumulan hidup mereka. Mereka tinggal menikmati hidup dan menantikan saat kembali ke surga, sesungguhnya hal ini adalah kekeliruan yang besar.
Dalam bagian ini, Paulus menjelaskan bahwa hidup baru bukanlah akhir dari tujuan kita di dunia ini, karena di dalam hidup kita memiliki tugas seperti Paulus yaitu berjuang menjadi serupa dengan Yesus dan mengambil bagian didalam penderitaan Kristus serta hidup dalam pengusaan diri yang kokoh menghidupi Injil dan menjadi saksi-Nya.
Sikap dan prinsip pelayanan Paulus ini membutuhkan perjuangan yang berat dan penguasaan diri yang kokoh.
Paulus menguasai dirinya supaya tidak diperbudak oleh keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Paulus tidak ingin hidupnya menjadi sia-sia, Paulus dengan segenap hati berjuang agar karunia dan panggilan pelayanan yang Allah percayakan kepadanya tepat sampai sasaran seperti yang Allah kehendaki, berkenan sampai akhir.
Tujuan Paulus ialah memperoleh mahkota abadi yang akan Tuhan karuniakan hanya bagi yang setia dan menang.

Oleh sebab itu sangatlah penting orang percaya untuk mempersoalkan, apakah sebenarnya Injil yang sejati yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus, yang telah diberitakan Paulus dan Rasul-Rasul lainnya ?, sebab di akhir zaman ini akan banyak pemberitaan Injil yang lain atau Injil yang bukan diajarkan oleh Tuhan Yesus dan para Rasul-Nya.
Kata Injil terjemahan dari bahasa Yunani euanggelion, yang artinya kabar baik.
Untuk memahami pengertian Injil secara benar, terlebih dahulu kita harus memahami maksud kata “baik” tersebut.
Harus dipersoalkan baik menurut siapa dan baik yang bagaimana. Tentu pengertian baik harus menurut Tuhan, bukan menurut manusia.
Di gereja sering orang berkata: Allah itu baik. Baik yang bagaimana? Kalau baiknya hanya diukur menurut ukuran manusia, maka berarti orang tersebut tidak mengerti Injil yang benar. Ini berarti orang Kristen tersebut belum mengerti kebenaran.
Kalau seseorang belum mengerti kebenaran Injil yang sejati maka akan terjadi penyesatan pikiran sehingga ia sedang menuju kepada pemberontakan kepada Tuhan yaitu melalui cara hidupnya yang meleset dari kehendak Allah.
Kalau seseorang tidak mengenal Injil yang benar, maka ia juga tidak akan dapat mengenal Yesus yang asli atau yang sejati.
Ini berarti orang tersebut mengenal Yesus yang lain.

Di zaman ini banyak orang Kristen yang tidak mengenal Injil yang benar, sehingga mereka memiliki konsep yang salah.
Mereka memahami keselamatan adalah kesuksesan lahiriah dan keindahan duniawi. Bagi orang yang baru menjadi Kristen, mereka tidak dapat membedakan manakah Injil yang benar dan yang tidak benar. Mereka tidak mengenali Yesus yang asli dan Yesus yang palsu. Demikian pula orang-orang Kristen yang hidup Kekristenannya tidak bertumbuh selama bertahun-tahun, mereka juga tidak mampu mengenali adanya “Injil yang lain” tersebut dan tidak mengenali adanya Yesus yang lain yang diajarkan para rohaniwan yang tidak mengerti kebenaran.
Dalam suratnya Paulus menyatakan: Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain daripada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang telah kamu terima (2 Korintus 11:4).
Dari tulisan ini Paulus menyatakan bahwa seharusnya mereka tidak boleh bersikap sabar terhadap orang-orang yang memberitakan Yesus yang lain tersebut.
Kata sabar dalam teks aslinya adalah anekhesthe (ἀνέχεσθε), yang bisa berarti toleransi (tolerance endure).
Dengan sikap toleransi tersebut mengesankan bahwa apa yang diberitakan bisa dibenarkan. Hal ini membahayakan bagi gereja Tuhan.

Manusia dalam segala keterbatasannya tidak tahu apa yang baik. Apa yang dipandang baik sering ternyata bukan sesuatu yang baik. Seperti misalnya kebodohan orang-orang Yahudi pada zaman Yesus, mereka tidak memahami maksud Injil diberikan. Hal ini mengakibatkan kegagalan mereka menerima kabar baik dari Tuhan Yesus Kristus, Sang Mesias sejati. Mereka tidak memahami misi utama kedatangan Yesus Kristus. Sebagai bukti dari kesalahpahaman mengenai apa yang baik menurut Tuhan, mereka hendak mengangkat Yesus sebagai raja menurut konsep mereka.
Dalam hal ini Tuhan memang adalah Raja tetapi bukan “raja model atau versi mereka”.
Nyata sekali, konsep yang sangat berbeda antara Yesus dengan orang-orang Yahudi yang sangat menginginkan kemerdekaan dan kemakmuran secara lahiriah.
Tetapi Yesus datang untuk menebus mereka dari cara hidup mereka yang salah dan sia-sia yang telah mereka warisi dari cara hidup nenek moyang yaitu dengan mencurahkan darah-Nya diatas kayu salib sebagai korban penebus dosa dan memberitakan kebenaran (Injil) yang seharusnya dikenakan dalam perilaku setiap individu sehingga kebenaran itu yang memerdekakan mereka dari hukum dosa dan hukum maut.

Petrus pernah mencegah Tuhan Yesus yang bermaksud pergi ke Yerusalem untuk disalib. Bagi murid-murid, penyaliban Yesus adalah malapetaka, mereka tidak mengingini kejadian tersebut. Mereka berusaha mengindarkan Tuhan Yesus dari skenario tersebut. Sebagai reaksi-Nya, Tuhan Yesus menghardik Petrus dengan berkata: “Hai Iblis, enyahlah daripada-Ku”.
Tuhan Yesus menolak apa yang dipandang baik oleh mereka, sebab apa yang mereka pandang baik sesungguhnya bukan sesuatu yang baik, sebab apa yang dipikirkan mereka ternyata bukan yang dipikirkan Allah.
Kalau sesuatu bukan yang dipikirkan Allah berarti pikiran iblis yang dapat mengganggu rencana Allah. Dengan tindakan mencegah Tuhan Yesus ke Yerusalem, murid-murid Tuhan Yesus beranggapan akan memperoleh sesuatu yang baik, tetapi ternyata tidak. Kalau seseorang tidak mau merubah cara berpikir yang tidak sesuai pikiran Tuhan, maka tidak akan selamat.
Tidak mengerti pikiran Tuhan berarti tidak tahu apa artinya Injil Kerajaan Surga, apa isinya dan apa yang dikehendaki Tuhan. Sikap murid-murid di atas ternyata sikap hati sebagian orang Kristen hari ini.
Apakah yang baik menurut pandangan Tuhan bagi manusia? Menurut Tuhan yang baik adalah keselamatan.
Keselamatan bukan hanya terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga. Terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga adalah buah dari keselamatan, bukan keselamatan itu sendiri. Keselamatan adalah usaha Tuhan untuk memulihkan manusia agar segambar dengan diri-Nya atau sesuai dengan rancangan-Nya semula.
Injil adalah sarananya, sebab Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Tidak mengerti Injil yang benar berarti gagal menerima karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus tersebut. Oleh sebab itu, belajar mengenal apa yang baik sesuai dengan maksud Tuhan harus merupakan prioritas.

Pikiran yang sesat karena tidak mengenal Injil yang benar dan tidak mengenal Yesus yang sejati atau asli berdampak pada sikap hati. Sikap hati yang salah membentuk gaya hidup yang salah pula. Gaya hidup yang salah akan berpengaruh keadaannya di kekekalan.
Oleh sebab itu, jemaat harus mendengar kebenaran Firman Tuhan yang murni.
Kalau pengajaran Firman benar-benar murni dari Tuhan, maka ia akan memperbaharui pikiran dan memberi pengertian mengenai siapa dan bagaimana Yesus yang benar itu.
Di dalam Injil yang benar ditunjukkan Yesus yang sejati dan diajarkan apa maksud Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Hal ini akan membuahkan kehidupan yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara benar.
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara benar, artinya mengerti maksud penyelamatan yang Tuhan Yesus maksudkan.
Keselamatan yang dimaksudkan Tuhan adalah keselamatan dari karakter atau kodrat dosa. Ini berarti penyelamatan yang Tuhan Yesus lakukan adalah mengubah dari manusia berdosa, bukan saja menjadi baik, tetapi kesempurnaan karakter sebagai anak-anak Allah yang memiliki kesederhanaan, ketulusan, kesalehan, kesucian dan kejujuran seperti Tuhan Yesus.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar