Senin, 18 September 2017

MENGALAMI KELEGAAN YANG SESUNGGUHNYA


Matius 11:28-30
28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

Dari dulu kita sering mendengar orang mengkhotbahkan Matius 11:28 sebagai janji Tuhan memberi kelegaan. Rupanya ayat ini menjadi ayat favorit bagi banyak orang.
Kita juga sudah sering mendengar ayat yang kita baca ini. Persoalannya adalah apakah kita tahu kelegaan yang dimaksud Tuhan Yesus dengan ayat ini?
Hendaknya kita tidak memahami salah hal bagaimana memiliki kelegaan yang Tuhan sediakan.
Kelegaan yang sesungguhnya bersifat permanen dan merubah karakter. Kelegaan tersebut sejajar dengan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal (Yohanes 14:27). Kelegaan ini adalah kelegaan yang sangat mahal, maksudnya seseorang harus belajar dari Tuhan terlebih dahulu dengan memikul kuk barulah bisa memilikinya (Matius 11:28-29). Kelegaan ini seperti mutiara yang berharga atau barang yang kudus. Mutiara yang berharga tidak akan diberikan kepada babi dan barang yang kudus bukan untuk anjing (Matius 7:6). Selain jarang diajarkan dengan benar, kelegaan ini juga menuntut pertaruhan yang sangat tinggi. Banyak orang tidak mampu membayar harganya. Harganya adalah kesediaan meninggalkan segala keinginan-keinginan dunia. Tentu saja hal ini sangat asing atau dipandang aneh oleh mereka yang tidak terbiasa mendengar Firman yang benar.

Ada banyak panggilan yang menakutkan dalam kehidupan ini seperti dipanggil KPK atau Polisi karena seseorang telah berbuat suatu kejahatan. Tetapi panggilan Tuhan adalah panggilan atau undangan yang pasti menyejukkan dan membahagiakan.
Undangan Tuhan Yesus dengan kalimat "Datanglah kepada-Ku" Ini menunjuk seseorang harus datang kepada Tuhan Yesus Kristus dan bukan kepada pribadi yang lain. Kalau kita dalam hidup ini menghadapi berbagai tekanan-tekanan, hendaknya kita tidak datang kepada sumber lain untuk meminta petolongan. Ada orang-orang Kristen ketika menghadapi masalah pergi ke dukun, ke “orang pintar” untuk meminta petunjuk atau pertolongan. Hal tersebut akan mendatangkan kutuk. Bukannya mendapat pertolongan, tetapi mendapat kutuk.
Bukan mendapat berkat, tetapi laknat.
Bukan mendapat untung, tetapi buntung.
Kata kelegaan dalam teks aslinya adalah anapauso (ἀναπαύσω), yang artinya perhentian atau istirahat (rest).
Perhentian di sini bukan berarti berhenti dari keadaan yang tidak menyenangkan, seperti dari tidak mempunyai rumah kemudian mempunyai rumah, dari sakit menjadi sembuh, dari hidup dibelenggu dengan berbagai masalah kemudian tidak lagi memiliki masalah yang berat, dan lain sebagainya, sehingga kemudian bisa merasa lega karena memperoleh apa yang dipandang sebagai kebutuhan.

Kelegaan ini adalah kelegaan versi Tuhan, yaitu perhentian dari segala keinginan dan hasrat duniawi. Sehingga keinginannya adalah Tuhan saja.
Seorang yang mau mengenal Allah haruslah seorang yang bersedia tidak mencintai dunia sama sekali. Percintaan dunia membuat seseorang tidak akan dapat mengerti kebenaran (Matius 13: 22-23; Lukas 16:11). Tidak mengerti Firman Tuhan berarti salah memahami siapa Allah yang harus disembah dan diperlakukan. Karena kesalahan mengerti ini maka muncullah allah-allah lain di dalam pikiran mereka. Allah yang bisa mereka perlakukan sesuai dengan konsep mereka sendiri. Itu bukanlah Allah yang benar dan bukan Tuhan Yesus yang diajarkan oleh Alkitab. Hal inilah yang menjadi kekuatiran Paulus terhadap jemaat, yaitu adanya orang-orang yang mengajarkan Yesus yang lain (2 Korintus 11:2-4)
Selama seseorang masih dibelenggu dengan segala keinginan dan hawa nafsunya, maka ia akan tetap dalam keadaan letih lesu dan berbeban berat karena banyaknya keinginan-keinginan yang belum tercapai yang sebenarnya adalah untuk kepuasan dirinya sendiri demi kebahagiaannya pribadi.
Itulah sebabnya dalam ayat berikutnya (Matius 11:29), orang percaya harus belajar dari Tuhan, yaitu memikul kuk yang diberikan kepada kita. Kuk itu adalah sarana Tuhan untuk mendidik kita agar dapat melepaskan diri dari segala keinginan, sehingga prinsip hidup kita adalah “makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”.

Jika Yesus yang diajarkan adalah Yesus yang menjanjikan kelegaan dengan menyingkirkan masalah-masalah kehidupan, seakan-akan kelegaan bisa dialami kalau terbebas dari berbagai masalah kehidupan, maka itu adalah Yesus fantasi yang diciptakan oleh seseorang dalam pikirannya yang tidak mengenal kebenaran Injil yang sejati.
Yesus yang sejati adalah Yesus yang mengajarkan damai sejahtera yang melampaui segala akal yang tidak sama seperti yang diberikan dunia ini.
Yesus yang sejati mengajarkan kita untuk mampu menikmati ketenangan di tengah-tengah penderitaan, bahkan aniaya.
Dengan demikian maka kuasa kegelapan tidak dapat menguasai kita.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan orang percaya bukan berasal dari dunia ini.
Orang dunia mengharapkan kelegaan menurut versi manusia pada umumnya, kelegaan jiwa yang dirindukan mereka adalah kelegaan jika hidupnya lebih terhormat, rumah tambah besar, mobil tambah mewah, uang tambah banyak, bisnis tambah sukses, punya tabungan deposito untuk hari tua, bebas dari penyakit, bebas masalah kehidupan dan lain sebagainya.
Sesungguhnya mereka telah menjadikan dunia ini sebagai firdausnya yang permanen, mereka menolak untuk dididik oleh Tuhan melalui masalah kehidupannya, mereka tidak merindukan kemah abadi yang telah Tuhan Yesus sediakan di kerajaan surga.
Mereka lebih senang merindukan firdusnya dibumi, mereka menjadi bahagia dan merasa lengkap jika firdausnya dibumi tersebut terwujud.

Sesungguhnya harga sebuah kelegaan dari Tuhan adalah kesediaan meninggalkan segala keinginan-keinginan dunia.
Di dunia ini orang percaya hanya untuk mempersiapkan diri memasuki Kerajaan Allah Bapa. Hal ini bisa dilakukan kalau pikiran seseorang dipenuhi oleh kebenaran atau telah mengalami pembaharuan pikiran terus menerus oleh Firman yang benar.
Sesungguhnya kelegaan yang sejati adalah ketika orang percaya berhenti dari keinginan-keinginan untuk mencari kebahagiaan duniawi berubah menjadi orang percaya dengan prinsip hidup "yang kuingini Tuhan saja, hidup berkenan dihadapan-Nya dan melakukan kehendak-Nya".

Galatia 5:24 
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar