Sabtu, 02 September 2017

WASPADA TERHADAP PENGAJARAN YESUS YANG LAIN


2 Korintus 11:3-4
2 Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
3 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain daripada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang telah kamu terima.

Kalimat “Yesus yang lain” dalam ayat ini menunjukkan adanya pemberitaan Firman yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Mereka mengajarkan Yesus yang sebenarnya bukan Yesus yang diajarkan oleh Injil dalam Alkitab Perjanjian Baru.
Ternyata dari dulu memang sudah ada orang-orang yang memberitakan yesus yang lain kepada jemaat. Namanya sama, yaitu Yesus, tetapi bukanlah Pribadi yang dimaksud oleh Injil dalam Alkitab Perjanjian Baru. Dengan demikian Yesus yang diajarkan adalah yesus yang lain, yang palsu dan bukan Yesus yang diajarkan oleh Alkitab melalui tulisan para rasul.
Mengenai hal ini, Paulus juga menyinggung di dalam Galatia 1:6-8, "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik daripada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia".
Akibat pemberitaan yesus yang lain atau yang palsu ini sangat fatal. Pikiran orang percaya dapat disesatkan dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus. Kata disesatkan dalam teks aslinya adalah phthare (φθαρῇ), dari akar kata phtheiro (φθείρω) yang artinya juga menghancurkan atau merusak (to ruin, to spoil, to corrupt). Sedangkan kata kesetiaan berasal dari kata haplotetos (ἁπλότητος) dari akar kata haplotes (ἁπλότης), yang artinya kesederhanaan, ketulusan, kejujuran (simplicity, sincerity, frankness).
Kata haplotes menunjukkan sikap hati yang semestinya dimiliki orang percaya yang benar karena meneladani Tuhan Yesus.

Dalam hal tersebut orang yang tidak menemukan Yesus yang sejati dapat dilihat perilaku hidupnya yang tidak memiliki kesederhanaan dan ketulusan yang agung. Memang mereka tidak menjadi jahat, tidak amoral, dan tidak melanggar hukum, tetapi mereka tidak menampilkan keagungan suatu pribadi yang mewakili Tuhan Yesus dalam hidup keseharian. Faktanya, tidak sedikit orang Kristen, aktivis gereja bahkan rohaniwan mengajarkan Thelogia kemakmuran yang menyesatkan umat dari tujuan hidup yang sejati.
Mereka mengajarkan pribadi yesus yang lain yang senang hanya memberkati umat, namun mereka tidak menekankan dengan kuat pengajaran Tuhan Yesus yang tidak akan menerima seseorang dikerajaan surga bagi mereka yang tidak melakukan kehendak Bapa secara bertekun.
Mereka tidak mengajarkan Tuhan Yesus yang memiliki tatanan dan kehendak agar umat mengenakan kodrat Ilahi sebagai anak-anak Allah.
Mereka jarang menekankan pengajaran Pribadi Tuhan Yesus yang memerintahkan untuk tidak mengumpulkan harta di bumi tetapi harta disurga namun sebaliknya mereka mengajarkan Tuhan memberkati umat berlimpah-limpah dengan berkat jasmani jika taat melakukan firman yang sebenarnya mereka ambil dari ayat-ayat di kitab perjanjian lama yang sebenarnya konteksnya sebagian besar ditujukan untuk umat Israel pada zaman sebelum zaman penggenapan (dengan mengajarkan demikian mereka sedang mengajak umat Tuhan agar pikirannya ditujukan untuk mengumpulkan harta dibumi, mereka senang mengklaim kepada Tuhan harta bangsa-bangsa pindah dan tercurah kepada umat Tuhan). 
Padahal umat perjanjian baru memiliki panggilan yang berbeda dengan panggilan umat perjanjian lama.
Perbedaan itu terletak pada perintah Tuhan Yesus yang memerintahkan kita untuk mengumpulkan harta di surga dan bukan di bumi, melepaskan segala milik kita baru dapat menjadi murid Tuhan Yesus yang dapat diubahkan menjadi anak-anak Allah yang mengasihi Dia.

Bertapa sesatnya selubung iblis yang mereka tidak sadari namun mereka tetap memandang itu semua adalah hal wajar.
Mereka mengajarkan Alkitab perjanjian lama tanpa melihat konteks ayat, latar belakang kejadian, ditujukan kepada siapa ayat tersebut, seolah-olah semua ayat di Kitab Perjanjian lama juga bisa dikenakan untuk umat perjanjian baru. Padahal umat perjanjian baru pusat kebenarannya ada di empat Injil dan surat-surat para Rasul, kitab perjanjian lama adalah kebenaran firman Tuhan supaya umat dapat memahami pusat pusaran kebenaran yang ada diperjanjian baru.
Mereka tidak mengajarkan esensi inti tujuan keselamatan yang Tuhan Yesus ajarkan.
Mereka tidak mengajarkan bahwa keselamatan yang disediakan oleh kasih karunia Tuhan Yesus adalah untuk membawa umat kepada keselamatan jiwanya, untuk mengubahkan pikirannya yang duniawi dan karakter manusia lama yang cacat untuk dimatikan yang kemudian mengenakan manusia baru yang berpribadi seperti Yesus dan mengikuti jejak-Nya.
Sebab manusia yang yang kehendaki oleh Bapa adalah orang-orang yang berperilaku seperti Putra Tunggal-Nya (Roma 8:29).
Paulus menyamakan keadaan orang yang menerima mengajaran yesus yang lain tersebut dengan Hawa yang diperdaya oleh ular dengan kelicikannya. Ini berarti kesesatan ini jelas dapat membuat seseorang memiliki sikap memberontak kepada Tuhan, atau paling tidak memiliki sikap yang tidak sepantasnya di hadapan Tuhan. Memang, pada mulanya Hawa tidak bermaksud secara langsung melawan Tuhan, tetapi dengan terhasut oleh ular melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah, maka hal tersebut menempatkan Hawa dan Adam sebagai pemberontak di hadapan Tuhan. 
Dalam hal ini menjadi pemberontak di hadapan Tuhan bukan hanya kalau seseorang menjadi manusia yang melanggar hukum, tetapi ketika seseorang tidak mengikuti teladan Yesus dalam seluruh perilakunya, berarti tidak dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan. Keadaan ini adalah keadaan orang yang tidak melakukan kehendak Bapa.

Dengan demikian mari kita kembali mengerti kepada maksud dan tujuan awal Tuhan Yesus menebus kita yaitu supaya kita mengadakan perjalanan dari pertobatan ke pertobatan (metanoia) yaitu pembaharuan pikiran yang diubahkan oleh Injil Kristus, demi dapat melakukan kehendak-Nya dan menuju kesempurnaan sebagai anak-anak Allah seperti yang dikehendaki oleh Allah menjadi mempelai Kristus yang tak bernoda yang merindukan kerajaan-Nya dan kedatangan-Nya.”

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar