Kamis, 27 Oktober 2016

MEMBANGUN RELASI YANG ISTIMEWA DENGAN TUHAN (Bagian 2)


Yohanes 15:4-6
4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

Barang siapa tidak tinggal didalam Tuhan atau memiliki relasi dengan Tuhan secara serius maka ia akan dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Kalimat "tinggallah didalam Aku" adalah ajakan dari Tuhan Yesus agar umat terus berusaha membawa dirinya membangun relasi dengan Tuhan dalam persekutuan yang intim dengan-Nya dari waktu ke waktu.
Ini tidak terjadi secara otomatis, harus ada usaha yang serius untuk intens bertemu dengan Tuhan setiap hari untuk berdialog, bersekutu, menyembah dan menyambut segala kehendak-Nya untuk dilakukan didalam hidup kita.
Allah kita adalah Allah yang hidup, tentu Allah kita yang Maha Agung Tuhan kita Yesus Kristus mau dan rindu suara-Nya diperdengarkan bagi umat yang rindu bersekutu dan mau hidup didalam ketaatan melaksanakan kehendak-Nya.
Jika Tuhan tinggal dalam diri kita, ini artinya terbuka kesempatan untuk memiliki persekutuan yang tiada henti dengan Tuhan.
Persekutuan yang tiada henti dengan Tuhan maksudnya adalah ada suatu percakapan/dialog yang terus menerus dengan Tuhan, kapanpun dan dimanapun yang tidak berhenti hanya pada saat berdoa diwaktu-waktu tertentu saja.
Ini suatu kehidupan yang luar biasa.
Inilah yang dimaksud hidup dalam hadirat Tuhan.
Pada zaman Perjanjian Lama, hanya orang-orang tertentu yang dihinggapi Roh Kudus, itupun secara temporal, tetapi pada zaman Perjanjian Baru, semua orang yang mau percaya kepada Tuhan Yesus dihinggapi Roh Allah secara permanen (Efesus 1:13), inilah anugerah itu.
Siapakah manusia sehingga diperkenan memiliki hubungan yang sangat istimewa dengan Pencipta-Nya yang Maha Agung. Ini salah satu dari exousia atau hak istimewa yang diberikan Tuhan Yesus kepada orang yang menerima-Nya (Yohanes 1:12-13).

Orang percaya harus selalu hidup didalam hadirat Tuhan setiap saat.
Tidak semua orang Kristen menyadari dan mau menghargai serta melakukan hal ini.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebab banyak orang Kristen lebih tertarik menghabiskan sebagai besar waktunya sibuk dengan segala urusan fana dan masalah penghidupannya selama dibumi ini.
Tentu hal ini tidak membawanya kepada persahabatan dan relasi dengan Tuhan secara benar.
Orang yang tidak hidup dalam hadirat-Nya berarti tidak hidup dalam pemerintahan Kerajaan Sorga, maka jangan harap ia diperkenan masuk kedalam hadirat-Nya.
Orang-orang seperti ini pasti tidak menghormati Tuhan Yesus secara pantas.
Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi sebab Roh Kudus telah dimeteraikan dalam diri setiap orang percaya.
Masalah sebenarnya ada pada kita, yaitu apakah kita mau dengar-dengaran dan tunduk terhadap otoritas pimpinan Roh Kudus setiap hari guna melakukan seluruh kehendak-Nya.
Orang percaya yang meresponi pimpinan Roh Kudus, maka Roh Kudus mengerjakan dalam dirinya karya besar yang menuntunnya kepada segala kebenaran Tuhan.
Menuntun orang percaya kepada segala kebenaran Tuhan artinya memerdekakan orang percaya dari segala belenggu dosa, supaya orang percaya memiliki keberadaan sikap hidup yang serupa seperti Tuhan Yesus, hidup seperti Dia hidup, kudus seperti Dia kudus.
Inilah pemulihan gambar diri yang benar itu, yaitu dikembalikannya manusia kepada rancangan Allah yang semula dimana manusia mampu hidup sesuai dengan selera Tuhan dan hidup dalam hadirat-Nya.

Roh Kudus aktif menuntun orang percaya kepada kesempurnaan. Kalau seseorang menanggapi penggarapan-Nya maka ia akan bertumbuh dengan baik.
Tetapi kalau ia tidak menanggapi kehadiran Roh Kudus, ia tidak akan bertumbuh, bahkan bisa memadamkan roh sampai menghujat Roh Kudus.
Menghujat Roh Kudus artinya hidup yang tidak memperdulikan kehendak dan pimpinan Roh Kudus sehingga seseorang tidak lagi hidup didalam kehendak-Nya melainkan hidup didalam kehendak dirinya sendiri, inilah yang membuat seseorang hidupnya menuju kedalam kebinasaan kekal karena memiliki dosa yang tidak bisa diampuni (Markus 3:29).
Kenyataan dalam hidup banyak orang Kristen adalah hubungan persekutuan dengan Tuhan yang tidak konsisten. Nyambung hanya pada waktu berdoa di gereja atau ruang kamar pribadi ataupun sedang saat teduh dipagi hari saja, tetapi setelahnya, hubungan itu putus ketika keluar melakukan segala kesibukan melakukan kegiatan hidupnya.
Pada waktu seseorang berdoa, ia berusaha menghayati kehadiran Tuhan. Tetapi ketika di luar seolah-olah ia hidup di semesta di mana tidak ada Tuhan. Hidup suka-suka sendiri dan bertindak sesuai dengan keinginannya.
Inilah salah satu ciri dari kodrat dosa, yaitu hidup tanpa dalam kendali Tuhan.
Manusia mau bebas, tidak mau terbelenggu dalam pengaturan kerajaan Allah.

Tuhan tidak menuntut uang dan harta kita, tetapi Tuhan menghendaki agar hati kita diserahkan kepada-Nya.
Orang yang menyerahkan hatinya kepada Tuhan berarti mengingini Tuhan lebih dari mengingini segala sesuatu.
Tuhan menjadi tujuan kehidupan ini artinya segala sesuatu yang kita lakukan, kita melakukannya untuk Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kesalahan yang sangat membahayakan bagi hidup kita adalah tidak fokus hidup bagi kerajaan Allah namun hidup bagi kerajaannya sendiri.
Kesalahan ini dikalimatkan Yakobus dengan pernyataan : Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (Yakobus 1:14-15).
Oleh buah keinginannnya sendiri manusia jatuh kedalam berbagai pencobaan dan penderitaan hidup sehingga ia tersesat kehilangan arah fokus tujuan hidup yang benar.
Tidak ada fokus hidup yang benar kecuali Tuhan Yesus, kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya.
Hendaknya kita tidak lagi menggunakan Tuhan sebagai sarana untuk meraih keinginan-keinginan kita namun sebaliknya kitalah yang harus memberi diri kepada Tuhan untuk dipakai oleh Tuhan sebagai sarana, sebagai alat-Nya untuk menggenapi rencana-rencana-Nya atas dunia ini.
Inilah maksud tujuan manusia diciptakan oleh Tuhan.

Setiap kita yang ingin tinggal didalam Tuhan, menjalin relasi yang istimewa dengan Tuhan Yesus maka hendaknya Tuhan Yesus, kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya harus menjadi fokus tujuan hidup utama kita, setiap tarikan nafas kita, pikiran kita, perkataan dan tindakan kita harus dapat menunjukkan pujian, pemujaan, penyembahan dan ibadah kita kepada-Nya, yaitu hidup didalam kebenaran-Nya dan hidup didalam pimpinan-Nya.
Kerajaan-Nya menunjuk kepada tujuan akhir perjalanan hidup kita ini yaitu kemuliaan bersama dengan Yesus, ini merupakan hidup yang berfokus kepada mengumpulkan harta disorga, setiap saat memikirkan perkara diatas dan selalu mendahulukan hal kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Matius 6:19-21; Kolose 3:1-4; Matius 6:33).
Kebenaran-Nya menunjuk kepada kebenaran Firman Tuhan yang kita pelajari untuk kita kenakan dalam hidup. Seorang yang menjadikan kebenaran Allah sebagai fokus hidupnya/orientasinya tentu akan mempelajari Firman-Nya, mengenakannya didalam seluruh wilayah hidup sehingga melalui hidupnya terang Kristus dapat memancar untuk menerangi jiwa-jiwa yang telah kehilangan arah hidup agar datang kepada Kristus dan hidup didalam-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar