Senin, 10 Oktober 2016
SELALU ADA DIDALAM PERJUANGAN HIDUP KUDUS
Efesus 1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Di dalam Efesus 1:4 tertulis mengenai panggilan Tuhan untuk orang percaya menggelar kehidupan yang kudus dan tak bercacat di hadapan Tuhan.
Sesungguhnya hal ini adalah tujuan akhir dari kehidupan seorang yang mengikut Tuhan Yesus.
Kehidupan kekristenan kita harus diarahkan kepada untuk hidup kudus berkenan dihadapan Tuhan dan dapat menularkan gaya hidup ini kepada orang lain sehingga sungguh-sungguh kebenaran Injil Kristus dapat berdampak mengubah manusia menjadi manusia yang memiliki Kristus didalam hidupnya.
Perlu dipahami bahwa kehidupan kudus dan tidak bercacat di hadapan Tuhan dalam ayat tersebut adalah bertalian dengan langkah setiap individu untuk menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru (Efesus 4:17-32).
Keadaan hidup kudus dan tidak bercacat dalam segala hal harus selalu diperjuangkan setiap individu sehingga setiap saat seseorang memiliki kehidupan yang selalu dapat memuaskan hati Tuhan.
Respon seseorang terhadap anugerah-Nya sangat menentukan kelangsungan keselamatannya, yaitu dimana Tuhan mau setiap orang percaya mencapai kehidupan yang kudus dan tidak bercacat di hadapan Tuhan yang sama dengan dikembalikan ke rancangan Tuhan yang semula.
Perjuangan untuk hidup kudus dan tak bercacat melalui belajar Firman Tuhan secara memadai dan penyangkalan diri, menyalibkan daging akan menghasilkan kehidupan yang kudus dan tak bercacat. Untuk tujuan inilah Tuhan Yesus memberikan anugerah-Nya.
Kalau seseorang tidak menghargai pentingnya memiliki kekudusan hidup, tidak bercacat dihadapan Allah maka ia akan menjadi pribadi yang tidak memiliki usaha yang proporsional untuk bertumbuh menjadi manusia Roh yang dapat memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Pada akhirnya ia menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Orang percaya harus berjuang untuk hidup kudus setiap hari bahkan setiap saat, dimulai dari bangun dipagi hari ia membuka mata maka ia harus selalu ada dalam perjuangan menjaga kekudusannya hingga sampai ia rebah kembali ke tempat tidurnya dimalam hari.
Ini adalah panggilan bagi setiap orang untuk masuk proses pemuridan.
Inilah kehidupan Kristiani yang harus digumuli dengan serius yaitu mengenakan manusia baru di dalam Tuhan (Efesus 4:22-24).
Faktanya tidak mungkin orang bisa dengan sendirinya hidup kudus dan tidak bercacat.
Setiap orang percaya harus selalu ada dalam perjuangan yang intens untuk selalu hidup kudus dihadapan Tuhan, dimulai menjaga kekudusan dari sikap hati agar tetap lurus dan murni hingga menjaga kekudusan pada perkataan dan perbuatannya agar tetap selaras dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Mengenakan manusia baru bukan hanya berarti menjadi baik, tetapi hidup dengan spirit atau gairah hidup yang sama yang terdapat pula didalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Mengenakan manusia baru artinya mengenakan cara hidup yang berbeda dengan cara hidup manusia lain yang tidak meresponi anugerah keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus.
Ketika Abraham berumur sembilan puluh sembilan tahun, TUHAN menampakkan diri kepada Abraham dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela (Kejadian 17:1)
Hal ini menunjuk tokoh tokoh perjanjian lama seperti Abraham juga dipanggil Tuhan untuk menggelar hidup tidak bercela dihadapan-Nya.
Tuhan sangat mementingkan orang-orang pilihan-Nya untuk selalu konsisten menggelar kekudusan hidup dihadapan-Nya.
Dalam hal ini tampak jelas hakekat Allah kita adalah Allah Kudus dan sangat mementingkan masalah kekudusan.
Seseorang yang ingin menghampiri Allah hendaknya selalu menjaga kekudusan hidupnya sehingga Tuhan tidak menyembunyikan wajah-Nya.
Tokoh perjanjian lama lainnya yang selalu berusaha menggelar hidup kudus dihadapan Tuhan adalah Nuh dan Ayub.
Alkitab mengatakan : Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah (Kejadian 6:9).
Demikian juga Allah memuji kesalehan hidup Ayub dihadapan semua malaikat-Nya dan juga dihadapan iblis.
Tuhan berkata kepada iblis : "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan"( Ayub 2:3 ).
Dari sini tampak jelas Allah Yang Maha Kudus sangat memperhatikan dan sangat mementingkan masalah kekudusan kehidupan umat-umat-Nya.
Dalam bahasa Yunani, kata Kudus adalah (hagios) yang artinya “berbeda dari yang lain”.
Dalam Kekristenan, kekudusan harus dipahami berbeda dengan konteks agama-agama pada umumnya.
Kekudusan Kristen berawal dari penebusan oleh darah Tuhan Yesus.
Manusia yang berdosa diampuni, dan segala dosa yang pernah dilakukan diperhitungkan tidak pernah terjadi, sebab Tuhan Yesus memikulnya di kayu salib.
Inilah awal pintu anugerah-Nya supaya kita yang menerima Dia sebagai Tuhan Sang Penebus bisa dididik untuk mengenakan bagian didalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10).
Dalam hal ini perlu adanya respon dan perjuangan dari kita untuk memberi diri selalu hidup didalam kekudusan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Bersedia dikuduskan berarti bersedia mengalami kematian diri dari manusia lama dan memberi diri dipimpin oleh Kristus hidup didalam kehendak-Nya (Galatia 2:20).
Dengan pertumbuhan manusia baru kita yang semakin dewasa, karakter kita semakin terbentuk dalam kekudusan yang benar.
Ini memungkinkan kita dipakai Tuhan semakin dashyat untuk menjadi saksi-Nya yaitu memberikan Injil-Nya kepada semua orang yang belum mengenal kebenaran-Nya.
Dengan meresponi panggilan untuk selalu ada didalam perjuangan mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, maka kita baru dapat menjadi pribadi yang bisa berjalan dengan-Nya dalam keharmonisan hubungan yang dikehendaki-Nya yang selalu peka dengan kehendak, pikiran dan perasaan-Nya.
2 Petrus 3:13-14
13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar