Sabtu, 01 Oktober 2016
MENGUTAMAKAN TUHAN
Kolose 3:1-3
1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Tujuh puluh sampai dengan sembilan puluh tahun umur hidup kita di bumi ini sesungguhnya merupakan kesempatan untuk kita memilih kepada siapa kita mengabdikan hidup kita.
Apakah hidup untuk diri sendiri atau hidup bagi Tuhan.
Dengan kepribadian-Nya yang Mahaagung, Tuhan tidak memaksa manusia untuk mengabdi kepada-Nya; setiap individu harus memutuskannya sendiri dengan rela dan sukacita.
Orang yang mengabdikan diri kepada Tuhan tentu pasti ditandai dengan ciri dimana seseorang selalu memikirkan dan mendahulukan perkara-perkara yang diatas untuk dilakukan.
Namun apakah sebenarnya yang dimaksud dengan “perkara yang di atas” itu?
Salah menafsirkan kalimat ini bisa berakibat fatal, sebab hal ini merupakan objek utama perburuan kehidupan bagi umat pilihan.
Kata "perkara yang diatas" terjemahan dalam teks aslinya adalah : "taano" yang bisa berarti “hal-hal yang terutama” atau “yang bernilai lebih tinggi atau lebih mulia dari segala sesuatu” atau "hal-hal yang bertalian dengan kehendak Tuhan".
Jadi dalam teks ini Paulus bermaksud agar kita “mengutamakan Tuhan” dalam kehidupan ini.
Yang perlu dipersoalkan kembali apakah yang dimaksud mengutamakan Tuhan itu?
Orang yang mengutamakan Tuhan adalah orang yang memberi hidupnya mengabdi bagi kepentingan Tuhan yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan.
Sebagai mahkluk hidup yang diciptakan Tuhan dengan keberadaan yang sangat luar biasa, tidak ada pilihan lain bagi manusia selain mengutamakan Tuhan dalam seluruh wilayah hidupnya.
Betapa rugi dan mengerikan kehidupan orang yang tidak mengutamakan Tuhan. Hidup mereka tidak mungkin mencapai kualitas maksimal untuk berkenan dihadapan Tuhan.
Kualitas maksimal adalah hidup sesuai dengan maksud Tuhan menciptakan manusia.
Dalam kehidupan pribadi, maksimalitas seseorang diukur dari seberapa tinggi seseorang mengutamakan Tuhan.
Bertumbuh dalam kehidupan yang mengutamakan Tuhan sama dengan kehidupan yang semakin berada di tempat yang tepat di hadapan Tuhan.
Inilah kehidupan yang tidak meleset atau tidak hamartia (dosa).
Mengutamakan Tuhan sama dengan menghargai dan menghidupi nilai-nilai Injil mengenakannya didalam hidup dan berusaha mencapai kesucian hidup seperti Dia hidup, kudus seperti Dia kudus (1 Yohanes 2:6 ; 1 Petrus 1:16).
Dalam hal ini kesucian bukan diukur atau dinilai dari perbuatan lahiriah seseorang, tetapi kemurnian dari sikap hati dan perilaku hidup mengasihi Tuhan dan terhadap sesamanya dengan tanpa batas dan tanpa ada unsur kasih yang pura-pura (kasih yang dipaksakan karena harus mengasihi).
Kasih yang pura-pura ini bukanlah kasih.
Tuhan menginginkan kasih yang murni yaitu kasih Tuhan (Agapao/Agape), kasih yang memiliki kasih sayang yang murni tanpa ada unsur apapun didalamnya selain mengasihi.
Untuk mengerti arti mengasihi, Paulus menjelaskan tanpa Agape (kasih yang murni tanpa dipaksa untuk mengasihi) kebaikan dan perbuatan apapun yang kita tampilkan akan sia-sia dan tidak berarti apa-apa dihadapan Tuhan.
Bahkan menyerahkan tubuh untuk dibakar, tetapi tidak mempunyai Agape, sedikit pun tidak ada faedahnya.
1 Korintus 13:1-3
1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih yang dimaksud dalam teks ini adalah kasih Agape (kasih Tuhan yang tanpa syarat, tidak ada unsur paksaan ataupun pura-pura).
Diayat selanjutnya Paulus memaparkan definisi kasih Agave itu :
1 Korintus 13:4-7
4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran.
7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Jadi mari kita merenung sejenak apakah kehidupan yang sudah kita gelar sampai saat ini sudah menunjukkan kita sudah Agape terhadap Tuhan Yesus?.
Apakah kasih yang kita terapkan selama ini kepada sesama adalah kasih yang Agape?
Mari kita mulai persoalkan secara serius sebab jika seluruh perilaku yang kita tampilkan bukan didasarkan Agape, Alkitab menerangkan dengan sangat jelas maka sia-sialah Kekristenan kita.
Dapat dimengerti mengapa Tuhan sangat ekstream hingga memberikan nyawa-Nya untuk menebus dosa manusia sebab Tuhan Yesus sangat Agape dan Dia menginginkan tidak seorangpun yang binasa melainkan beroleh hidup yang kekal didalam kerajaan-Nya.
Hendaknya sebagai umat tebusan dan umat yang dipilih oleh Tuhan kita juga memiliki hasrat dan gairah mengasihi yang sama seperti Tuhan telah mengasihi kita.
Mengutamakan Tuhan berarti kita juga mengutamakan kehendak Tuhan dan kebenaran-Nya yang memerintahkan kita untuk hidup didalam Agape terhadap Tuhan dan terhadap sesama dimanapun kaki kita dilangkahkan.
Dengan demikian cara kita menjalani kehidupan ini menunjukkan siapa yang menjadi prioritas kita.
Ketika Tuhan mengatakan : Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33), hal ini sebenarnya hendak menunjuk umat pilihan harus mengutamakan Tuhan diatas segala sesuatu, mengutamakan kehendak-Nya untuk dilakukan dengan tanpa batas, menjadi alat kebenaran-Nya untuk menerangi jiwa-jiwa yang masih ada didalam kegelapan untuk dibawa kepada terang Tuhan yang menyelamatkan.
Yohanes 13:34-35
34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar