Sabtu, 29 Oktober 2016

PERTOBATAN YANG SEJATI


Matius 18:3  lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Tidak melakukan pertobatan yang sejati dihadapan Tuhan Yesus maka seseorang tidak akan masuk ke dalam kerajaan sorga.
Tuhan Yesus memakai contoh anak kecil untuk mengajarkan sikap pertobatan yang benar yaitu dengan ketulusan dan kerendahan hati untuk mengenakan kehidupan yang baru dihadapan Tuhan.
Anak kecil memiliki sikap yang murni dan terbuka untuk diajar, dibentuk, dan diatur.
Sikap demikianlah yang sesuai dengan sifat Kerajaan Sorga.
Anggota Kerajaan Sorga bukan terdiri dari orang-orang mementingkan kepentingan pribadinya, namun mereka adalah orang-orang yang taat, tunduk, dan hidup bagi kepentingan Tuhan dan selalu bersedia diatur oleh Sang Raja Agung : Tuhan Yesus Kristus.
Jadi Tuhan menunjuk anak kecil sebagai contoh kepolosan yang mudah dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan.
Fakta kehidupan hari-hari ini sering kali banyak menunjukkan adanya pertobatan yang tidak murni yang dilakukan oleh orang-orang Kristen di zaman ini.
Hal yang sudah sering terjadi hari-hari ini, kalau seseorang belum dalam satu keadaan yang terjepit maka belum mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Banyak orang ketika dilanda masalah yang berat di luar kemampuannya untuk mengatasi maka barulah ia mulai datang kepada Tuhan dan rajin pergi ke gereja. Pada hakekatnya orang-orang seperti itu mencari Tuhan dan ke gereja bukan karena untuk mencari Tuhan untuk melakukan pertobatan secara benar, tetapi hanya karena memperoleh jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya.
Ada orang-orang terpidana mati karena kasus-kasus tertentu, sebelum menghadapi eksekusi mereka mulai bersungguh-sungguh beribadah mencari Tuhan.
Perubahan mereka yang drastis tersebut sering selalu dianggap sebagai pertobatan yang benar dan murni. Apakah pertobatan yang dilakukan oleh orang-orang dalam kondisi terdesak adalah pertobatan yang benar?

Fenomena di atas ini ada dalam kehidupan sebagian besar masyarakat Kristen sehari-hari.
Tidak sedikit orang Kristen yang pertobatannya hanya karena didorong oleh kebutuhan fana, yaitu menghadapi masalah-masalah dunia yang berat di luar kemampuannya atau karena kebutuhan jasmani mendesak yang tidak sanggup ia penuhi.
Setelah memperoleh jalan keluar dari persoalan-persoalan hidup tersebut, tidak jarang kalau mereka tidak lagi mencari Tuhan untuk bertumbuh dalam kedewasaan iman yang benar.
Mereka merasa sudah bertobat dan merasa tidak perlu membangun pertobatan yang dewasa atau berkualitas tinggi.
Pertobatan yang benar bukan sekadar karena didorong oleh kebutuhan jasmani, juga bukan sekadar perubahan moral dari moral orang berdosa menjadi moral orang beragama.
Teks Yunani kata "bertobat" di Matius 18:3 adalah "Metanoia" yang artinya perubahan cara berpikir.
Jadi pertobatan yang benar yang dikehendaki oleh Tuhan adalah perubahan pola berpikir (metanoia) secara berkesinambungan.
Tuhan menunjuk anak kecil sebagai tolak ukurnya dimana Tuhan menghendaki pola berpikir kita harus benar-benar murni datang kepada Tuhan bertobat dengan sungguh-sungguh tanpa ada motivasi terselubung, terus membawa diri kepada buah pertobatan yang benar dengan menyelenggarakan hidup yang semakin serupa dengan Kristus.

Sejak manusia jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, manusia tidak mampu membangun hubungan yang harmoni atau ideal dengan Allah.
Seruan pertobatan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus adalah seruan agar manusia dapat menemukan relasinya dengan Allah sebagai kekasih-Nya, yaitu kekasih dalam hubungan antara Bapa dan anak dan hubungan sebagai mempelai Kristus.
Dengan kalimat lain, Tuhan menghendaki adanya hubungan yang istimewa secara nyata dengan diri-Nya.
Dalam hal ini manusia hendak ditempatkan di tempat sesuai dengan rancangan Allah semula yaitu menjadi manusia yang memiliki nature kodrat ilahi yang dalam segala tindakannya selalu sesuai dengan kehendak Bapa.
Sejatinya pertobatan yang benar bukan hanya sekadar berhenti berbuat dosa dan menjadi orang bermoral yang santun melakukan hukum. Pertobatan yang sejati harus didorong oleh kebutuhan yang kuat yaitu Tuhan sendiri sebagai kebutuhan satu-satunya.
Orang-orang seperti ini adalah orang yang tidak akan bertindak sembarangan, setiap kali tindakannya selalu berusaha mengenakan pikiran dan perasaan Kristus.
Inilah buah pertobatan yang sejati yaitu menjadikan Tuhan sebagai kekasih abadi.
Pertobatan yang sejati akan melahirkan atau membuahkan kehidupan hubungan yang istimewa dengan Tuhan.

Pertobatan yang dewasa atau berkualitas tinggi adalah pertobatan yang didorong oleh suatu kebutuhan yang sangat kuat dalam dirinya, bahwa ada rongga kosong dalam jiwanya yang tidak dapat diisi oleh siapa pun dan apa pun kecuali oleh Tuhan Yesus sendiri.
Terkait dengan hal ini, harus dijelaskan bahwa pertobatan bukan sekadar terjadi satu kali seperti sebuah titik, tetapi seperti garis panjang yang harus berlangsung setiap hari bahkan harus berlangsung sepanjang umur hidup kita.
Pertobatan adalah perubahan pola berpikir, yaitu dari cara berpikir manusia fana, berubah mengenakan cara berpikir dan berperasan seperti Kristus.
Memang pertobatan bisa dimulai dari kebutuhan jasmani yang mendesak, kemudian kerinduan untuk memiliki moral yang baik dan tidak mendukakan Tuhan dengan perbuatan yang salah.
Tetapi dalam perkembangannya seseorang harus semakin hidup benar, pertobatannya harus berorientasi pada kesediaan meninggalkan percintaan dunia dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya tujuan didalam hidup, hidup bagi kepentingan-Nya, hidup didalam kehendak-Nya, berjalan didalam kebenaran-Nya setiap hari dan menyelesaikan tugas kehidupan melayani-Nya dengan taat dan setia sampai akhir.
Seiring dengan kesediaan meninggalkan percintaan dan keterikatan dengan dunia dan kesenangannya ini maka seseorang semakin menjadi sempurna di dalam moralnya, semakin bergairah untuk mengasihi Tuhan Yesus dengan tanpa batas.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa pertobatan yang benar akan membawa seseorang dalam relasinya yang istimewa atau hubungan yang eksklusif dengan Tuhan.
Relasi ini akan membawanya menjadi orang-orang yang sepenanggungan dengan Tuhan Yesus, ikut mengambil bagian didalam penderitaan memikul beban dalam proyek penyelamatan jiwa-jiwa untuk dibawa kepada pertobatan yang sejati kepada Kristus.
Relasi yang eksklusif ini kelak juga akan membawanya kepada moment dimana ia akan dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerjaaan-Nya yang kekal untuk selama-lamanya (Roma 8:17).

Amin.

1 komentar:

  1. Makasih sudah disetujui komen saya. Infokan saya bila anda berkenan untuk tukar link. Terima kasih lagi sebelumnya. Renungan Rohani Online

    BalasHapus