Senin, 03 Oktober 2016

SEMAKIN TERIKAT ABADI DENGAN TUHAN


Yesaya 55:3  Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.

Melalui nabi Yesaya, Tuhan berbicara memanggil bangsa Israel memenuhi undangan untuk bertobat kepada-Nya.
Tuhan berjanji siapa saja yang menyambut undangan tersebut Tuhan akan mengikat perjanjian abadi dengan kasih setia yang tenguh yang pernah diadakan-Nya dengan Raja Daud.
Tuhan hendak melimpahi mereka dengan segala berkat yang terbaik agar mereka memiliki hidup yang penuh sukacita, bermakna, dan berpengharapan dengan ikatan abadi dengan Tuhan.

Seperti panggilan untuk bangsa Israel supaya mengikatkan diri mereka kepada perjanjian abadi dengan Tuhan, seperti itulah umat pilihan perjanjian baru juga dipanggil oleh Tuhan untuk mengikatkan diri kepada Tuhan dengan tali ikatan yang abadi dengan-Nya.
Selalu mengikatkan hati kepada Tuhan adalah sejajar dengan sikap hidup yang berjaga-jaga.
Kalau jauh-jauh hari seseorang sudah memiliki sikap berjaga-jaga yang benar maka ia akan tahan berdiri di hadapan Tuhan Yesus (Lukas 21:36).
Tahan berdiri di hadapan Anak Manusia artinya siap mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang dilakukan selama hidup dibumi.
Orang yang mengikatkan hatinya hanya kepada Tuhan dari jauh-jauh hari tentu akan mencapai kedewasaan atau kesempurnaan yang memuaskan hati Tuhan maka ia pasti tahan berdiri di hadapan Hakim Yang Maha Agung Tuhan Yesus Kristus.
Orang yang gagal mencapai target yang seharusnya Tuhan kehendaki untuk ia capai dan ia lakukan, suatu hari kelak ia adalah termasuk orang-orang yang kakinya gemetar ketakutan dan malu berdiri berhadapan dengan Tuhan Yesus yang sama dengan tidak tahan berdiri di hadapan Tuhan.
Olehnya Tuhan Yesus dan kehendak-Nya harus menjadi satu-satunya tujuan didalam hidup Kekristenan kita.
Keterikatan kita dengan Tuhan haruslah keterikatan yang permanen sehingga kita semakin peka terhadap kehendak-Nya.
Tuhan ingin orang percaya dalam segala keadaan, di segala tempat dan waktu ada dalam keterikatan dengan Tuhan.
Jadi, tidak ada tempat dan waktu dimana orang percaya tidak melekat dengan Tuhan.
Akhirnya keterikatan ini menjadi keterikatan abadi.
Inilah sebenarnya yang disebut sebagai “covenant” (perjanjian) antara umat dan Allah.
Hendaknya orang percaya tidak hanya mengikat hatinya kepada Tuhan hanya pada waktu di gereja saja, namun disetiap saat hati kita haruslah selalu melekat dan terikat di kerajaan Bapa kita di Sorga.
Sebagai orang percaya kita tidak boleh lagi terikat dengan dunia dan kesenangan yang ada didalamnya.
Tawaran untuk menikmati dunia ini pernah diajukan iblis kepada Tuhan Yesus pada saat ia mencobai Tuhan Yesus (Matius 4:8-10).
Dalam hal ini tentu iblis melihat ada peluang untuk menang dimana Tuhan Yesus yang dalam keadaan mengenakan tubuh manusia 100% bisa merasakan haus, lapar, dan keinginan daging seperti kodrat yang terdapat pada manusia.
Namun Tuhan Yesus tetap pada integritas yang teguh menjawab iblis bahwa hanya kepada Tuhan Allah saja semua makhluk harus menyembah dan berbakti.
Didalam filosofi hidup Tuhan Yesus selama mengenakan tubuh manusia Ia menjadi yang sulung telah memberikan suatu teladan hidup yang harus kita teladani yaitu hidup untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Seharusnya sebagai umat tebusan Tuhan, kita memiliki cara hidup yang sama seperti Tuhan Yesus telah hidup.

Untuk tidak terikat dengan dunia, seseorang tidak harus meninggalkan kesibukan pekerjaan sekuler sebagai pengusaha, tenaga medis, praktisi hukum, politisi dan lain sebagainya.
Ada orang-orang yang beranggapan bahwa untuk bisa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, maka harus meninggalkan pekerjaan sekuler, sebagai gantinya kegiatannya setiap hari diganti dengan rajin datang ke kebaktian-kebaktian rohani supaya semakin terikat dengan Tuhan.
Ini sebetulnya konsep yang salah sebab konsep ini mirip dengan keyakinan banyak agama seperti agama tertentu yang mengasingkan diri dari keramaian meninggalkan kesibukan dunia, menyingkir ke tempat sunyi agar bisa bersatu dengan Tuhan.
Ia merasa dengan meninggalkan pekerjaan sekulernya ia akan lebih bisa mengenakan kesucian hidup dibandingkan dengan orang-orang yang sibuk dalam bekerja di sekuler.
Tentu ini konsep yang keliru.
Justru ketika seseorang bergulat dalam segala pergumulan hidup di dunia agar terus berkenan dihadapan Tuhan, ia harus dapat membuktikan cinta dan kesetiaannya kepada Tuhan atau membuktikan kesalehannya yang sejati didalam maksimalitasnya di seluruh aspek kehidupannya baik tengah keluarga, dipekerjaan, dipelayanan, dan tengah-tengah kehidupan masyarakat sekitarnya.
Ibarat seorang perenang, perenang yang hebat adalah perenang yang bukan hanya mampu berenang di kolam renang tetapi juga mampu berenang di tengah gelombang lautan.
Demikian pula seseorang dapat membuktikan bahwa dirinya mengasihi Tuhan harus dalam segala hal dan Tuhan harus lebih dari segala sesuatu.
Jika ia memiliki kesempatan besar untuk dapat meraih keberhasilan didalam hidup, baik gelar, kekuasaan, nama besar, nama baik dan lain sebagainya, semuanya itu dipersembahkan untuk kemuliaan Tuhan.
Buatnya memiliki Tuhan Yesus sudah cukup menjadi kebahagiaan baginya dan memuaskan hati Tuhan adalah segalanya.
Dari hal ini maka teruji kecintaan seseorang terhadap Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus memang memberi peluang orang percaya untuk memiliki dunia dengan segala kesenangannya, tetapi orang percaya yang setia adalah orang yang akan berusaha untuk memilih terikat dengan Tuhan, buatnya segala fasilitas dunia adalah alat untuk memuliakan Tuhan Yesus.

Dalam Lukas 17, Tuhan Yesus mengutip kisah Lot.
Tuhan mengingatkan agar orang percaya jangan gagal menyambut karya keselamatan-Nya oleh karena mencintai dunia dan mengikatkan hati dengan segala kesenangannya.
Lot tidak menoleh ke belakang sekalipun ia kehilangan semua hartanya di Sodom. Lot melakukan dengan setia, tetapi istri Lot tidak kerena hatinya masih terikat dengan hartanya yang ditinggalkannya sehingga ia tidak lagi mengikuti perintah Tuhan untuk tidak menoleh kebelakang. Dalam hal ini sebagai orang pilihan kita harus berani barter; meninggalkan keterikatan hati kita kepada kesenangan dunia dan beralih mengikatkan diri kepada Tuhan dan kehendak-Nya untuk memperoleh Kerajan Sorga.
Kita harus berani melakukan tindakan barter seperti orang-orang yang dikemukakan dalam perumpamaan dalam Matius 13:44-46.
Barter adalah masalah hati, atau batin kita. Apakah hati kita sungguh-sungguh tidak lagi mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini atau masih berharap memperoleh kebahagiaan dari berbagai fasilitas yang ada di bumi ini untuk memuaskan kepentingan hidup secara pribadi.
Jika seseorang masih mengharapkan dapat memperoleh kebahagiaan dari dunia dengan segala kesenangannya berarti kita sedang tidak mengikatkan diri dengan Tuhan.
Tetapi kalau seseorang berani meninggalkan kesenangan dunia seperti Tuhan Yesus yang mementahkan bujukan iblis untuk menikmati dunia ini, terus memilih berjalan didalam kehendak Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya maka ia adalah pribadi yang memilih Tuhan dan membangun tali ikatan abadi dengan-Nya sampai selama-lamanya.

1 Korintus 6:17  Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar