Minggu, 23 Oktober 2016
UMAT HARUS MENGENAL TUHAN SECARA UTUH
Matius 25:31-34, 41
31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Dalam beberapa bagian di Perjanjian Baru, kita menemukan ketegasan Tuhan sebagai Raja yang menjadi hakim atas seluruh umat manusia yaitu berkenaan dengan perbuatannya selama ia hidup dibumi ini.
Prinsip dan keputusan-Nya adalah mutlak, tidak seorangpun yang dapat mempengaruhi dan mengubah keputusan-Nya.
Hal ini sangat berbeda dengan penggambaran mengenai Tuhan yang sering kita dengar melalui banyak pembicara di mimbar-mimbar gereja hari-hari ini, Tuhan lebih sering hanya dikenalkan dan digambarkan sebagai sosok yang sabar, lemah lembut, penuh kasih dan pengertian.
Dalam hal ini Tuhan tidak dikenalkan secara utuh dan lengkap kepada umat.
Suatu kesalahan jika umat hanya mengenal Tuhan dari satu aspek dari hakekat-Nya.
Berkenaan dengan hal ini Tuhan mengatakan "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah" (Hosea 4:6)
Adalah malapetaka besar jika umat tidak mengenal Allah secara utuh dan lengkap.
Ini sebenarnya bisa membawa umat tidak mengenal kebenaran Tuhan yang sebenarnya dan mereka menjadi tidak dewasa dalam membangun persekutuan dengan Tuhan seperti yang seharusnya dikehendaki Tuhan.
Sehingga umat tidak mengerjakan kehendak Tuhan dan keselamatannya dengan benar dihadapan-Nya. Inilah mengapa umat menuju kebinasaan ketika ia tidak mengenal Allah secara benar dan lengkap.
Sesungguhnya Tuhan juga adalah sosok pribadi yang tegas, berdaulat penuh atas semua keputusan-Nya tanpa dipengaruhi pihak mana pun.
Tuhan juga pribadi yang tidak kompromi terhadap apa yang bertentangan dengan prinsip keadilan, kesucian dan kebenaran-Nya.
Dalam Nahum 1:2-3, dilukiskan mengenai keberadaan Allah yang cemburu dan pembalas.
Tuhan itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.
Tuhan memang panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.
Dalam Matius 7:21-23, ketika Tuhan menolak orang-orang yang merasa sudah melakukan sesuatu yang dianggap-nya bernilai, Tuhan menunjukkan ketegasan-Nya. Tuhan sama sekali tidak mempertimbangkan pikiran, anggapan, keyakinan atau dugaan manusia.
Tuhan kokoh atas keputusan-Nya yang tidak dapat diganggu gugat.
Fakta ini seharusnya membuat diri kita gemetar terhadap Tuhan. Gemetar disini karena kita menghormati-Nya sebagai Tuhan dan Raja atas hidup kita, segala kehendak-Nya mutlak harus kita kerjakan dengan penuh tanggung jawab.
Realitas ini hendaknya membuat kita mulai merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk bertobat dan belajar dari pada-Nya, mengenal pribadi-Nya dan kehendak-Nya secara utuh untuk kita lakukan didalam hidup kita.
Sebagai umat pilihan kita harus terus belajar tiada henti memperlakukan Tuhan Yesus sebagai Raja atas hidup kita. Pertanyaannya, bagaimana caranya? Tentu tidak cukup dengan pernyataan bibir bahwa Dia adalah Raja; tidak cukup pula rajin ke gereja dan memberikan persepuluhan; tidak cukup memanggil Dia “Tuhan”; tidak cukup mengambil bagian dalam kegiatan rohani.
Memperlakukan Tuhan Yesus sebagai raja adalah tindakan hidup setiap hari, sepanjang waktu dan di segala tempat kita berada, olehnya umat harus hidup didalam Roh dan dipimpin oleh Roh Allah bukan lagi menurut kehendak diri sendiri.
Dengan demikian segala sesuatu yang dilakukannya selalu sesuai dengan selera hati-Nya, inilah yang dapat memuaskan hati Tuhan.
Dalam Lukas 19:27 tertulis : Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."
Jika kita membaca secara lengkap perikop dalam Lukas 19:11-27 Tuhan Yesus mengemukakan suatu perumpamaan yang tegas sekali, yang dengan sangat kuat hendak menunjukkan bahwa setiap orang yang tidak mau mengaku Yesus sebagai Raja akan dibinasakan.
Bangsawan yang ditampilkan di sini menunjuk kepada Tuhan Yesus.
Hamba-hambanya yang diberi talenta menunjuk kepada kita.
Seteru-seteru bangsawan tersebut adalah orang-orang yang tidak mau menerima Tuhan sebagai Rajanya.
Dari perumpamaan ini terdapat beberapa fakta kehidupan bahwa tidak semua orang yang dipercayai Tuhan mengemban kepercayaan itu dengan baik.
Ada pihak-pihak yang terang-terangan atau sembunyi-sembunyi menolak ia menjadi rajanya.
Yang terang-terangan adalah mereka yang memusuhi Yesus, mereka adalah orang tidak percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan, sedangkan yang tidak terang-terangan adalah mereka yang berstatus hamba-Nya tetapi tidak mau taat kepada-Nya, tidak bertanggung jawab mengembangkan dan menyelesaikan tugas yang telah di berikan, dengan kata lain mereka tidak hidup dalam melakukan kehendak Tuhan secara bertekun.
Kesalahan hamba yang tidak mengembangkan apa yang dipercayakan kepadanya adalah ia tidak menyadari adanya tanggung jawab yang harus diselesaikan dengan tuntas, dan ia salah persepsi terhadap tuannya.
Ia menganggap tuannya keras, ia mengambil apa yang tidak pernah ia taruh dan menuai apa yang tidak pernah ia tabur.
Ini gambaran sikap hidup banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa Allah telah memberi anugerah keselamatan dan anugerah itu harus dipertanggungjawabkan, dimana orang percaya dituntut mengembangkan kepribadiannya menjadi pribadi yang memiliki karakter Kristus, segambar dengan-Nya, tunduk hidup dalam kehendak dan pimpinan-Nya.
Tuhan akan mempertanyakan tanggung jawab dan ketaatannya kepada Tuhan selama ia hidup, sampai sejauh mana pribadinya bisa mengembangkan karakter yang mengasihi Tuhan dan sesamanya.
Sejauh mana ketertundukannya terhadap kehendak Tuhan Yesus yang menjadi Raja atas hidupnya.
Jika Tuhan mendapatinya tidak berkembang dan tidak memiliki ketertundukan penuh terhadap otoritas Tuhan sebagai Raja dan Majikan Agung yang memerintah atas hidupnya maka ia akan di kelompokan termasuk orang yang tidak mau mengaku Tuhan Yesus sebagai Raja.
Orang seperti ini sebenarnya merasa terbebani dan merasa terancam menikmati kesenangan hidupnya jika harus menyelenggarakan hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan.
Mari penuhi panggilan dari Tuhan Yesus yang menghendaki kita memperlakukan-Nya sebagai Raja setiap hari dalam kehidupan ini.
Tunduk kepada otoritas-Nya, mengembangkan sikap kepribadian yang memiliki ketaatan penuh terhadap seluruh kehendak Tuhan Yesus, menghidupi nilai-nilai kekal didalam hidup, berkenan sampai akhir dihadapan-Nya, serta menyelesaikan dengan sempurna tanggung jawab sebagai anak-anak Kerajaan menjaga kekudusan hidup dan membawa jiwa-jiwa datang kepada Tuhan.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar