Kamis, 06 Oktober 2016

PANGGILAN MENGIKUTI TELADAN TUHAN YESUS


1 Petrus 2:20-21
20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Tuhan kita Yesus adalah Allah yang memiliki segala kemuliaan, kekuasaan dan kehormatan sebagai Allah Yang Mahatinggi.
Dialah yang menciptakan bumi ini dengan segala isinya (Yohanes 1:1-3).
Kesediaan meninggalkan takhta kemuliaan-Nya dan memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia adalah bukti Dia Allah yang mengasihi manusia secara ekstream, Ia rela kehilangan hak-hak-Nya selama mengenakan 100% tubuh manusia dibumi.
Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang sempurna bagaimana hidup dengan kasih itu.
Dalam sejarah kehidupan Tuhan Yesus selama dalam dunia ini dengan memakai tubuh daging seperti manusia, Ia menampilkan kehidupan yang diwarnai dengan penderitaan baik secara fisik maupun psikis, yang semua itu merupakan ekspresi dari kerelaan kehilangan hak-hak-Nya.
Tuhan Yesus merelakan dirinya dihina di antara manusia (Lukas 18:32), hal ini menunjukkan kerelaan-Nya kehilangan hak-hak untuk dihormati.
Ketika Maria mulai mengandung, Yusuf tunangan Maria sudah berprasangka bahwa kehamilan Maria adalah aib.
Itulah sebabnya Yusuf dengan diam-diam hendak meninggalkan Maria (Matius 1:18-19).
Ini berarti tuduhan yang ditujukan kepada bayi yang adalah Yesus adalah “anak haram”.
Dari hal ini, Anak Allah yang akan lahir, bagian dari proses inkarnasi-Nya sudah tidak memiliki kehormatan, padahal Ia adalah pribadi yang paling terhormat. Tentu proses ini sudah ada dalam pengetahuan Tuhan sebelum berinkarnasi.

Dalam perjalanan hidup-Nya selama tiga setengah tahun, Ia juga telah kehilangan segala kehormatan-Nya di mata sebagian besar orang-orang Yahudi demi memberitakan cara hidup didalam kebenaran dan kasih yang sesungguhnya.
Dalam suatu kesempatan Ia dituduh sebagai orang gila (Markus 3:21), juga dituduh menggunakan kuasa Beelzebul dalam mengusir setan (Lukas 11:15). Dengan tuduhan tersebut, maka Yesus telah didakwa sebagai kerasukan setan. Kehormatan-Nya di mata manusia menjadi hancur sama sekali ketika Ia harus menghadapi pengadilan Pilatus, Imam Besar dan Herodes (Matius 26:48-75). Penduduk Yerusalem meneriakkan seruan yang sangat menyakitkan, agar Yesus disalibkan.
Akhirnya Ia disalib dengan tuduhan sebagai penghujat Allah dan penyesat rakyat agar melawan Kaisar.
Ia disalib dengan penilaian publik sebagai penjahat besar dan dipandang sebagai terkutuk (Galatia 3:13).
Dalam hal ini jelas bahwa Ia merelakan kemuliaan-Nya hilang untuk sementara waktu.
Yesus benar-benar rela kehilangan reputasi, harga diri dan prestise demi memberitakan kebenaran dan kasih Allah.
Dalam suatu percakapan Yesus berkata: ”Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan” (Lukas 22:27).
Dari pernyataan Tuhan Yesus ini jelas sekali menunjukkan bahwa Ia rela kehilangan hak kehormatan yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan yang datang dari tempat Yang Mahatinggi.
Ekspresi kerelaan kehilangan hak dihormati manusia juga ditunjukkan dengan tindakan-Nya mencuci kaki murid-murid-Nya dalam suatu perjamuan terakhir sebelum Yesus menghadapi penderitaan-Nya (Yohanes 13).
Tindakan pembasuhan kaki sungguh mengejutkan.
Sikap Tuhan Yesus yang merendahkan diri sedemikian rupa itu, menunjukkan bahwa orang percaya harus mengikuti teladan seperti Dia hidup sebagai seorang hamba yang sempurna melayani tanpa ada motivasi apapun selain untuk memuliakan Allah hidup didalam kasih.

Paulus sebagai model seorang pelayan Tuhan juga telah menunjukkan kerendahan hatinya sebagai pemimpin yang melayani, mengemukakan kesaksian hidupnya bahwa ia rela menjadi hamba bagi semua orang karena Kristus (1Korintus 9:19).
Seseorang yang mau melayani Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain harus rela kehilangan meninggalkan segala milik, hak-hak kesenangan hidup didunia dan memberi diri menjadi hamba yang hidup hanya untuk mengabdikan diri hidup bagi Tuhan dan hidup dalam tuntunan-Nya setiap hari untuk melakukan kehendak-Nya.
Filosofi hidup yang hanya boleh dimiliki didalam diri orang percaya yang melayani-Nya haruslah sama dengan Filosofi hidup Tuhan Yesus yang memberi hidup-Nya hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Sikap hati seperti Tuhan Yesus adalah sikap hidup yang harus diteladani oleh setiap pengikut-Nya.
Mereka harus rela kehilangan hak-hak menikmati berbagai yang dianggap sebagai kesenangan hidup dan tidak lagi mencari kehormatan di mata manusia demi tugas yang harus diemban yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan tugas kehidupan yaitu pengabdiannya untuk hidup melayani bagi kehendak dan kepentingan Tuhan.
Tidak ada sesuatu yang boleh dijadikan nilai lebih dalam kehidupan seorang hamba yang melayani Tuhan Yesus yang oleh karenanya ia merasa memiliki hak untuk hidup membela kepentingan dan kepuasan diri sendiri.

Tuhan Yesus mengatakan : sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Matius 20:28).
Usaha iblis untuk menawarkan segala kesenangan hidup dan segala kehormatan yang ada didalam dunia kepada Tuhan Yesus agar menjadi sosok seperti dirinya pada waktu pencobaan di padang gurun (Lukas 4:5-8) dimentahkan oleh Tuhan Yesus.
Seandainya Tuhan Yesus memikirkan kekayaan, kehormatan dunia dan mengingininya, berarti Ia menyembah iblis, dengan demikian Dia bisa dikalahkan oleh iblis.
Banyak orang Kristen merasa telah mengalahkan iblis dan menjadi pemenang.
Padahal pikiran mereka ada dalam kekuasaan iblis, yaitu ketika mengingini kekayaan atau materi dunia ini sebagai sarana kebahagiaan dan kepuasan untuk mendapat hormat dimata manusia lainnya.
Dalam hal ini harus selalu diingat bahwa medan peperangan adalah pikiran.
Kita harus selalu dalam kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita punya tidak lain sebagai sarana untuk mendukung menjadikan pribadi kita terus bertumbuh hingga serupa seperti Kristus, hidup hanya untuk memuliakan nama-Nya.
Seseorang bisa mengalahkan iblis kalau ia tidak memberi kesempatan atau tempat berpijak kepada iblis (Efesus 4:27), khususnya tempat berpijak didalam pikirannya.
Untuk ini seseorang harus sungguh-sungguh mengalami perubahan pikiran terus menerus sehingga dapat memfokuskan diri kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, hidup untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu pikiran orang percaya jangan sampai disesatkan dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus seperti Hawa diperdaya oleh ular (2 Korintus 11:3). Orang percaya tidak boleh berkompromi dengan dunia dan segala macam kesenangan hidup didalamnya.
Bagaimana pun keadaan hidup kita dan dunia di sekitar kita, kita harus tetap memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya, hidup hanya untuk menyenangkan Tuhan dan memuaskan hati-Nya.

Target yang Tuhan kehendaki untuk kita capai adalah memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Filipi 2:5-7) dimana setiap langkah kita hidup selalu ada didalam tuntunan dan pimpinan Roh-Nya setiap saat, membawa hidup tidak bercacat, tidak bercela, menggelar kehidupan yang segambar dengan filosofi hidup-Nya.
Jika seseorang berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus, pasti ia tidak lagi hidup bagi diri sendiri dan tidak lagi menjadikan dunia sebagai tempat untuk mencari berbagai kesenangan hidup didalamnya.
Dalam hal ini tidak ada cara lain untuk permanen terfokus kepada Tuhan kecuali “mati bagi dunia dan hidup bagi Kristus".
Dan ini berarti kita tidak lagi mengharapkan kehormatan, pangkat, gelar dan fasilitas kesenangan dunia membahagiakan hidup kita, melainkan hanya Tuhan Yesus lah satu-satu yang menjadi kebahagiaan yang sejati didalam hidup kita sebagai orang percaya kepada-Nya.
Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus artinya kesediaan memberi hidup mengikuti teladan hidup yang telah Dia berikan, menghidupinya dengan setia, bertekun hidup didalam kebenaran-Nya dan dengan taat hidup didalam tuntunan, pimpinan Roh-Nya.

Yohanes 13:15  sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar