Sabtu, 15 Oktober 2016

MEMINDAHKAN HATI KEPADA PERKARA DI ATAS


Kolose 3:2-4
2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Banyak orang Kristen tidak mau mengerti bahwa konsekuensi menjadi anak tebusan berarti hidupnya telah dibeli oleh Tuhan untuk hidup bagi kepentingan Tuhan dan tidak lagi hidup untuk diri sendiri (2 Korintus 5:15).
Untuk itu Firman Tuhan di Kolose 3:2-4 mengajarkan agar kita memindahkan hati ke dalam kerajaan sorga.
Dengan demikian mata hati kita akan selalu terarah kepada janji kedatangan-Nya.
Hidup dengan meyakini janji kedatangan Tuhan tidaklah mudah.
Pada suhu tertentu terkadang fokus hati kita masih bisa terarah kepada perkara-perkara dibumi, hidup yang terfokus pencarian kebutuhan kesenangan diri dan kepuasan diri yang berasal dari dunia ini yang jelas-jelas bukan berasal dari kehendak Bapa (1 Yohanes 2:15-17).
Mari kita periksa kembali arah tujuan hidup kita dihadapan Tuhan, apakah yang kita minta hari-hari ini dihadapan Tuhan? , apakah untuk kepentingan kebutuhan makan minum, mujizat, berkat jasmani, dan kebutuhan yang menyangkut kepentingan hidup untuk diri sendiri.
Hendaknya sebagai orang yang sudah menerima keselamatan dari Tuhan dan janji penyertaan dan pemeliharaan Tuhan, kita tidak perlu memusingkan kebutuhan-kebutuhan yang menyangkut masalah perut atau masalah penghidupan kepentingan diri sendiri.
Paulus dalam suratnya kepada Timotius memberikan nasehat dengan berkata :
"Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya"(2 Timotius 2:3-4).
Hidup orang percaya yang sudah mengenal kebenaran tidak boleh serupa dengan dunia ini yang mempersoalkan kebutuhan hidup makan minum dan kepentingan pribadi, kesembuhan ekonomi, mujizat-mujizat kesembuhan akibat tidak memiliki tanggung jawab membangun pola hidup yang baik.
Tuhan Yesus berkata, orang-orang yang hidupnya hanya terfokus dengan persoalan dirinya apa yang hendak ia makan, minum dan ia pakai, adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Hal ini hendak menunjuk hidup orang percaya tidak perlu kuatir soal penghidupannya.
Tugas hidup orang percaya adalah mendahulukan kerajaan Allah dan mengenal kebenaran-Nya dan hidup didalamnya sebagai irama hidup yang permanen.

Seperti yang dikatakan diawal fokus arah mata hati kita hendaknya selalu terarah kepada janji kedatangan-Nya. Fokus hidup seperti ini adalah fokus hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan yang sudah dipercayakan-Nya.
Kita harus seperti Nuh yang tidak serupa dengan orang sezamannya tatkala ia membuat bahtera sebagai sarana keselamatan yang Tuhan berikan, banyak orang mengolok-olok atau mencemoohnya dan tidak percaya dengan pemberitaannya.
Seperti Abraham memiliki hidup yang penuh dengan kepercayaan kepada Tuhan, fokus hidupnya hanya diarahkan kepada hidup yang taat melakukan kehendak Tuhan yang walaupun harus menyerahkan anak kesayangannya Ishak kepada Tuhan ia tetap percaya kepada Tuhan dan tidak pernah mencurigai Tuhan sama sekali.
Inilah yang namanya hidup yang berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan (2 Korintus 5:7).
Nuh berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bukan dan bertahun-tahun berjalan dengan iman.
Dengan iman, bukan dengan penglihatan, Nuh menggerakkan diri dan keluarganya untuk berjuang membuat bahtera.
Hal ini menjadi inspirasi kita.
Hal yang sama juga kita lakukan dengan menujukan pikiran kita kepada kedatangan pemerintahan Kerajaan Sorga secara fisik nanti. Kedatangan Tuhan dan pemerintahan theokrasi yang dijanjikan Tuhan menjadi peragaan hebat yang sangat menakjubkan yang akan kita saksikan dan alami nanti.

Kita harus berani mempercayai apa yang Tuhan katakan atau janjikan.
Orang-orang zaman Nuh tidak akan menduga bahwa ia mengalami bencana yang begitu dahsyat.
Sementara Nuh dan keluarganya yang fokus hidupnya terarah kepada Tuhan dan kehendak-Nya tidak menduga betapa nyamannya bahtera hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun.
Calon menantu Lot tidak akan menduga bumi mereka dijungkir balikkan Tuhan dan api belerang membakar kota mereka. Sebaliknya, ketika Lot keluar dari Sodom dan Gomora baru mengerti betapa beruntungnya keluar dari kota itu.
Pada waktu masih di Sodom, Lot masih ada sedikit keraguan untuk meninggalkan Sodom dan Gomora. Itulah sebabnya mereka berlambat-lambat, kemudian malaikat menarik mereka keluar dari Sodom.
Setelah menyaksikan kedahsyatan api dan belerang membumihanguskan kota Sodom dan Gomora, barulah Lot dan anak-anaknya menyadari betapa bersyukurnya terhindar dari penghukuman Tuhan. Betapa mengerikan seandainya Lot dan anak-anaknya menolak melakukan kehendak Tuhan untuk keluar dari kota Sodom meninggalkan segala miliknya.
Inilah pentingnya memindahkan arah hidup kita kepada perkara-perkara diatas, hidup orang percaya harus diarahkan kepada apa yang menjadi tujuan Tuhan untuk kita perbuat demi ketaatan kita kepada-Nya.

Gambaran orang yang tidak memindahkan hatinya kepada perkara diatas dapat kita temukan di Lukas 16:19-25.
Hidup orang kaya ini dihabiskan berfokus kepada perkara dibumi sibuk dengan dirinya sendiri dengan segala kesenangan dan kemewahan yang dunia tawarkan.
Akhir hidupnya sangat tragis didalam api kekal karena tidak melakukan kehendak Tuhan. Hal ini disebabkan dalam hidupnya ia tidak pernah berminat memindahkan hatinya untuk hidup bagi Tuhan dan menyenangkan hati-Nya.
Peristiwa ini cermin dari kehidupan manusia.
Banyak orang tidak sadar, betapa dahsyatnya kengerian api kekal, tetapi juga tidak menyadari betapa beruntungnya ada di “pangkuan Abraham” (Lukas 16:22).
Memindahan hati kepada perkara yang dikehendaki oleh Tuhan sama artinya kita mempercayai Tuhan dan masuk ke dalam apa yang dijanjikan Tuhan di waktu mendatang.
Fokus hidup kita yang memindahkan hati kepada perkara diatas digambarkan dengan kematian diri terhadap keinginan daging digantikan hidup dalam kehendak Roh Allah, melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak pimpinan-Nya.
Tentu orang-orang seperti ini memberikan buah kehidupan yang menjadi berkat bagi banyak orang disekitarnya, orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang pasti memiliki minat yang tinggi memenuhi tanggung jawabnya memaksimalkan seluruh potensi hidupnya untuk menjadi alat bagi tangan Tuhan, lewat hidupnya ia menjadi surat cinta Kristus yang terbuka yang mengundang semua orang untuk turut masuk kedalam proyek keselamatan yang telah Tuhan Yesus sediakan.
Proyek keselamatan itu tidak lain adalah menggelar kehidupan yang serupa seperti yang di peragakan oleh Tuhan Yesus, hidup seperti Dia hidup (1 Yohanes 2:6)
Inilah sejatinya kehidupan anak-anak Tuhan yang memindahkan hatinya kepada kerjaaan Bapa di sorga.

Hendaknya kita tidak menjadi keras kepala seperti bangsa Israel yang menolak apa yang Tuhan katakan, bahwa di Kanaan mereka akan menjumpai tanah yang berlimpah susu dan madu.
Bangsa Israel sudah terikat dengan Mesir. Hal ini sejajar dengan nasehat: Jangan meragukan bahwa di rumah Bapa banyak tempat tingal (Yohanes 14:1-3) Mereka hanya melihat atmosfir Mesir, yang menurut mereka jauh lebih baik dari padang gurun.
Tetapi mereka tidak mempercayai tanah Kanaan yang permai.
Banyak orang Kristen yang tidak mempersiapkan diri membawa hidup dengan benar dihadapan Tuhan untuk menyambut kehidupan yang akan datang, hal ini berarti sama dengan tidak mempercayai janji kedatangan Tuhan Yesus kembali ke bumi ini untuk mengadakan perhitungan kepada semua umat manusia sesuai dengan perbuatannya.
Mereka meminta Tuhan untuk melepaskan mereka dari perjalanan menuju padang gurun kehidupan, padahal padang gurun berbicara mengenai didikan Bapa agar orang percaya bisa mengenakan kehidupan yang sesuai dengan stardar Tuhan, mengenakan kekudusan yang sama seperti Tuhan Yesus, dan menjadi serupa dengan diri-Nya (Roma 8:28-29).

Jangan takut harus memikul salib dan mengikut Tuhan Yesus dengan setia, sebab penderitaan kita sekarang tidak sebanding dengan kemulian yang akan kita terima nanti (Roma 8:18-25).
Meyakini janji ini hendaknya membuat kita lebih membersihkan diri dari hal-hal yang tidak berkenan dihadapan-Nya dan berusaha memindahkan hati secara permanen kepada perkara diatas yang dimana dalamnya Tuhan Yesus berkenan memberikan perkenanan-Nya kepada kita.
Kita harus selalu memilih Tuhan dan kerajaan-Nya, melaksanakan segala apa yang telah Ia perintahkan melalui Firman-Nya maupun melalui pimpinan Roh-Nya setiap hari, kita harus menggenggam dengan erat pengharapan kepada-Nya sampai Tuhan menggenapi seluruh rencana kedatangan-Nya.
Pengharapan ini tidak akan mengecewakan, sebab yang berjanji adalah Tuhan Yang Setia.
Sebagaimana Tuhan selalu menepati janji-janji-Nya di masa lalu, demikian pula Tuhan akan memenuhi janji kedatangan-Nya dan pendirian Kerajaan Sorga secara fisik di langit baru dan bumi yang baru, yakni pemerintahan Tuhan Allah kita Yesus Kristus yang kekal untuk selama-lamanya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar