Minggu, 09 Oktober 2016

MENJADI SEKUTU TUHAN


Matius 12:30  Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.

Perkataan Tuhan Yesus ini disampaikan dalam konteks ketika Tuhan Yesus berbicara mengenai kedatangan diri-Nya untuk membinasakan pekerjaan iblis (Matius 12:27-29).
Kedatangan Tuhan Yesus kedunia merupakan seruan genderang perang terhadap iblis.
Tuhan Yesus menantang umat pilihan untuk berdiri di pihak diri-Nya atau di pihak musuh.
Pernyataan Tuhan Yesus ini disampaikan hanya untuk orang percaya yang mengenal Injil.
Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak berbicara bagi mereka yang tidak mengerti kebenaran Injil.
Bagi kita yang mengerti Injil dan sudah menjadi umat pilihan ditantang untuk mengambil sikap apakah kita mau ada di pihak Tuhan atau mengganggu pekerjaan-Nya.
Sebagai orang percaya kita tidak bisa bersikap netral.
Bersikap netral sama artinya kita tidak berdiri menjadi sekutu-Nya, alkitab sangat jelas mengatakan : Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku (Wahyu 3:16).
Kita diperhadapkan satu dari dua pilihan, menjadi sahabat Tuhan atau musuh, menjadi sekutu atau seteru.

Cara seseorang menggulirkan kehidupannya sehari-hari secara langsung dapat menunjukkan apakah ia adalah orang yang berdiri sebagai sekutu Tuhan atau sebaliknya.
Banyak sekali orang Kristen yang tidak jelas sikapnya, mereka lebih senang berdiri ditengah-tengah (tidak all out untuk mengabdi kepada Tuhan untuk menjadi sekutu-Nya) sehingga tidak jelas bagaimana ia menempatkan dirinya dihadapan Tuhan.
Hendaknya hari-hari ini kita menjadi orang-orang Kristen yang selalu mengambil sikap sebagai laskar yang berjuang untuk Majikan Agung kita : Tuhan kita Yesus Kristus.
Orang yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai Sang Majikan Agung maka hidup mereka hanya diarahkan kepada kepentingan dan kesenangan Tuhan semata-mata dan melayani Dia dengan tanpa batas.
Inilah orang-orang yang layak dikatakan dengan sebutan orang-orang percaya yang dapat menjadi saksi-Nya yang tidak menyayangkan nyawanya sendiri demi memuaskan Sang Majikan Agung Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebagai orang yang menjadi sekutu Tuhan, maka seluruh wilayah hidup kita harus dimiliki dan diserahkan kepada Tuhan dengan tanpa ada yang disisakan.
Dengan demikian kita adalah orang-orang yang layak berkata " Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga", inilah orang-orang percaya yang tunduk kepada kedaulatan Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang memiliki seluruh kehidupan dan Tuhan sebagai pencipta langit dan bumi.

Orang yang menjadi sekutu Tuhan hatinya akan selalu terikat kepada Tuhan, ia tidak memiliki kesenangan yang lain selain Tuhan dan hidup menuruti kehendak-Nya. Tuhan menghendaki agar orang percaya bisa bersekutu dengan Tuhan secara benar.
Bersekutu dengan Tuhan artinya menjadi satu dengan Tuhan dalam kebersamaan di segala aspek, dalam pikiran, perasaan dan kehendak.
Menjadi sukacita di hati Tuhan, kalau di bumi yang semakin hari semakin jahat ini masih ditemukan orang-orang yang bisa diajak sepikiran dan seperasaan serta sepenanggungan dengan Tuhan atau bersedia dengan rela diajak sebagai sekutu-Nya yaitu membinasakan pekerjaan iblis dimuka bumi ini, menjadi saksi-Nya, menjadi pelaku yang menghidupi kebenaran Tuhan didalam seluruh wilayah hidup dan memberitakan pengajaran Injil-Nya sampai ke ujung bumi.
Paulus adalah sosok manusia yang memiliki kriteria seperti ini.
Dalam tulisannya ia berkata : Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Filipi 3:10).
Tidak heran dalam hidupnya Paulus dapat berkata :  namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Galatia 2:20a).

Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan orang-orang besar seperti Musa yang rela meninggalkan istananya demi kepentingan bangsanya, Daud yang mempertaruhkan nyawa dan masa depannya demi kebesaran nama Allah yang disembahnya yaitu Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub, Ester bersama pamannya Mordekhai mempertaruhkan hidup mereka demi keselamatan bangsanya, Nehemia mempertaruhkan jabatan dan nyawanya demi membangun kota Yerusalem yang runtuh.
Dalam Perjanjian Baru, Maria gadis belia yang berani menyerahkan segenap hidupnya demi proyek keselamatan dunia.
Walau Tuhan sebenarnya juga tidak memerlukan siapa pun dan apa pun, tetapi kalau ada orang dengan kerelaan berusaha untuk menyerahkan hati kepada Tuhan, hal itu menjadi kenikmatan Tuhan.
Hidup orang-orang seperti inilah yang bisa menyenangkan dan memuaskan hati Tuhan dan dapat menjadi sekutu-Nya.
Di setiap zaman selalu ada orang-orang yang diajak Tuhan untuk bisa berpikir dan berperasaan seperti Tuhan.
Mereka dipercayai oleh Tuhan untuk bisa menjadi sahabat yang bergaul dengan Tuhan untuk menjadi sekutu-Nya.
Pada zaman Nuh, Nuh lah yang ditunjuk Tuhan menjadi sahabat atau teman sekutu-Nya.
Tuhan tidak mempercayakan pekerjaan penyelamatan dunia waktu itu kepada orang lain.
Musa dijadikan Tuhan sebagai sekutu-Nya untuk melepaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir.
Mari hari ini kita menyediakan diri untuk menjadi sekutu Tuhan.
Tuhan mencari orang-orang yang menyediakan diri untuk menjadi sekutu-Nya yang berani menyerahkan seluruh wilayah hidup-Nya tanpa ada yang disisakan, yang selalu dapat berdiri dipihak Tuhan secara all out hidup bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya dengan tanpa batas.

Sebagai orang percaya yang adalah sekutu Tuhan, kita tidak bisa bersikap netral, dan berdiri diwilayah abu-abu dihadapan Tuhan.
Hari ini kita diperhadapkan dengan dua pilihan, menjadi sahabat Tuhan atau musuh?, menjadi sekutu atau seteru?.
Mari melalui hidup kita hari ini dan seterusnya kita harus selalu dapat menunjukkan dihadapan Tuhan bahwa kita adalah sahabat-sahabat Tuhan yang memberikan segenap hidup kita untuk menjadi sekutu Tuhan yang memberikan segenap hati dan jiwa raga kita hidup bagi Tuhan dan mengabdi kepada kerajaan-Nya dengan tanpa batas.

Roma 14:7-8
7 Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri.
8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar