Kamis, 21 Juli 2016

KERENDAHAN HATI YANG SESUNGGUHNYA


Matius 11:29  Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Banyak penjelasan yang dapat diberikan mengenai makna kerendahan hati, tetapi mana yang dapat kita terima? Kita harus memahaminya dengan benar, karena Tuhan Yesus mengundang kita untuk belajar dari-Nya yang rendah hati (Matius 11:29). kerendahan hati bukanlah fenomena lahiriah melainkan sikap batiniah.
Dalam Amsal 18:12 dikatakan bahwa kerendahan hati mendahului kehormatan. Kata yang digunakan di sini adalah עֲנָוָה (`ănâvâh) yang menggambarkan  kesederhanaan, kesabaran, dan kelembutan.
Dalam bahasa Yunani, digunakan kata ταπεινός (tapīnós) yang berarti “berbaring di tempat yang rendah”, dan secara luas menggambarkan kesederhanaan, kelembutan.

Untuk memahami makna kerendahan hati yang sesungguhnya kita harus belajar dari Tuhan kita Yesus Kristus.
Tuhan Yesus telah memberikan contoh kerendahan hati yang paling sempurna.
Paulus menulis, Tuhan Yesus mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Wujud kerendahan hati seperti yang ditampilkan oleh Tuhan Yesus merupakan kerendahan hati yang paling ekstrem.
Tuhan Yesus telah mengesampingkan kemuliaan, artinya Ia memiliki kemuliaan, tetapi menanggalkan-Nya (Yohanes 17:5), Ia melepaskan kedudukan sebagai Allah (Filipi 2:6), kekayaan yang tak terbatas (2Korintus 8:9), segala hak surgawi sebagai Yang Mahatinggi dilepaskan untuk melayani manusia mengajarkannya cara menyelengarakan hidup yang benar (Matius 20:28), dan melepaskan penggunaan sifat-sifat ilahi-Nya walaupun ia adalah Allah itu sendiri (Yohanes 1:1-3).

Ketika Alkitab mengatakan Yesus mengosongkan diri-Nya, ini tidak sekadar berarti Ia secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga dengan sangat rela menerima penderitaan, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian keji yang dianggap kutuk di kayu salib.
Untuk memahami sikap rendah hati yang ditampilkan Tuhan Yesus, kita perlu menggali lebih dalam Filipi 2:8.
Filipi 2:8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Dalam teks aslinya, ditulis καὶ σχήματι εὑρεθεὶς ὡς ἄνθρωπος, ἐταπείνωσεν ἑαυτὸν γενόμενος ὑπήκοος μέχρι θανάτου, θανάτου δὲ σταυροῦ (kaí skhémati hevrethís hos anthrōpos, etapīnōsen heaftón yenómenos hypékoos mékhri thanátu, thanátu dé stavrú).

Kata σχήματι (skhémati) berarti “figur” atau “tampilan luar”. Maksudnya, Tuhan Yesus benar-benar mengenakan dan memiliki tubuh fisik jasmani, dan tubuh jasmani itulah yang disalib. Karenanya Ia benar-benar merasakan penderitaan fisik yang hebat demi memikul dosa umat manusia.
Kata lain yang penting dalam teks ini adalah ἐταπείνωσεν (etapīnōsen). Ini berasal dari akar kata ταπεινόω (tapīnoō) yang berarti “merendahkan diri”.
Ini menunjukkan kesediaan-Nya merendahkan diri-Nya sendiri dengan kerelaan.

Sekalipun Ia adalah Allah, Tuhan Yesus bersedia menjadi manusia dengan segala pencobaan, kehinaan, dan kelemahannya. Dari penyaliban-Nya, Yesus Kristus telah memberi teladan kerendahan hati yang paling ekstrem, radikal, dan sempurna bagi kita semua yang menjadi pengikut-Nya.
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa siapa saja yang meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa saja yang merendahkan diri akan ditinggikan (Lukas 14:11).

Kerendahan hati pengikut Tuhan Yesus yang sejati adalah kerinduannya untuk selalu mengejar tanpa batas perkenanan Tuhan atas hidupnya sebab kehidupan orang percaya harus berpangkal pada kesadaran bahwa tidak ada sesuatu yang baik dari dalam hidupnya tanpa perkenanan Tuhan dan mengakui diri sebagai manusia berdosa.
Inilah jalan kepada pertobatan yang benar (Lukas 18:9–14), sebab manusia diselamatkan bukan karena perbuatan baiknya melainkan oleh Anugrah pengorbanan darah Tuhan Yesus semata-mata.
Sehingga dalam menyelenggarakan hidupnya manusia tidak boleh lagi mengumbar nafsu keinginannya secara sembarangan sesuka hatinya.
Olehnya panggilan untuk manusia yang menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat adalah kerendahan hati untuk selalu mencari perkenanan hidup dihadapan-Nya setiap waktu yang didalamnya hidupnya dipersembahkan hidup bagi Tuhan Yesus dan mengabdi kepada kepentingan kerajaan-Nya.
Maka dari itu manusia yang menerima karya penebusan-Nya harus hidup seperti Dia hidup (1 Yohanes 2:6), artinya hidup dalam penurutan segala kehendak-Nya, bersedia melepaskan segala miliknya yaitu meninggalkan segala kehidupan dosa dan keinginan dunia kemudian mengikuti panggilan mengikuti jejak-Nya, mengenakan cara kehidupan manusia ilahi yang seluruhnya berasal dan bersumber dari selera kehendak Allah yang didalamnya terdapat kehidupan yang kudus seperti Tuhan Yesus kudus.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar