Jumat, 08 Juli 2016

MATA HATI YANG SELALU TERTUJU KEPADA TUHAN


Matius 10:37-39
37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Seseorang yang materialistis menempatkan harta sebagai pusat kehidupannya; seseorang yang gila hormat menempatkan hormat sebagai pusat kehidupannya; seorang yang terobsesi menjadi terkenal menempatkan popularitas sebagai pusat kehidupannya; seseorang yang mendewakan kecantikan menjadikan kecantikan sebagai pusat kehidupannya; seseorang yang mendewakan gelar akademis menempatkan pendidikan sebagai pusat kehidupannya; seseorang yang beragama menjadikan hukum dan ritual sebagai pusat kehidupannya. Hal terakhir inilah yang akan menjadi pusat renungan kita.

Manakala kita menjadi umat pilihan, maka kita harus terus belajar menempatkan Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupan kita.
Pusat disini sama artinya dengan fokus, tujuan, arti atau makna dan nilai. Menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan berarti menjadikan-Nya sebagai fokus hidup, tujuan, arti atau makna dan nilai kehidupan ini. Tanpa Tuhan, hidup ini tidak bertujuan, tidak berarti, tidak bermakna dan tidak bernilai sama sekali.

Bila kita menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan, kita tidak memiliki tujuan lain dalam seluruh kegiatan hidup kita, kecuali untuk kemuliaan Tuhan.
(1 Korintus 10:31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah).
Kita tidak akan merasa rendah diri hanya karena masalah penampilan, kekayaan, gelar, pangkat atau apa pun. Kita tetap akan merasa bernilai dan berharga karena dikasihi Tuhan sebagai arti dan nilai kehidupannya.
Di dalam Injil Matius 10:37 Tuhan Yesus memberi pernyataan tegas kepada orang percaya untuk menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupannya dan tidak boleh ada hal yang lain menyaingi hal ini.
Ini berarti kita harus sadar bahwa hidup kita ini hanya untuk memuaskan hati Tuhan dan melakukan kehendak-Nya semata-mata. Sesungguhnya inilah tujuan Tuhan menciptakan manusia.

Orang yang menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya akan berkata seperti Tuhan Yesus berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34).
Inilah yang namanya hidup bagi Tuhan; intinya adalah berusaha mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya itu. Hidup seperti ini yang dimaksud kehidupan orang yang kehilangan nyawanya (Matius 10:39), tidak memiliki kesenangan hidup lainnya selain hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kata “nyawa” dalam teks ini adalah (psykhé) yang lebih tepat diterjemahkan “jiwa”.
Dalam jiwa ada pikiran, perasaan dan kehendak.
Jadi orang yang berpusat kepada Tuhan, tidak lagi memiliki keinginan apapun dalam hidup ini, kecuali melakukan kehendak Bapa.
Segala sesuatu yang diingini dan dilakukannya untuk kepentingan Tuhan semata-mata. Tidak ada orang yang lebih kaya dari orang-orang seperti ini, karena mereka mengumpulkan hartanya di surga.

Dengan demikian menempatkan Tuhan sebagai pusat/fokus dan tujuan kehidupan berarti menjadikan-Nya segala-galanya dalam hidup ini, hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar