Sabtu, 09 Juli 2016

SIKAP MENGUCAP SYUKUR YANG BENAR


1 Tesalonika 5:18  Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Mengucap syukur berarti menyatakan penghargaan dan rasa terima kasih kita kepada Tuhan.
Kita menyampaikannya dalam pujian dan doa dengan hati yang penuh sukacita. Tetapi perlu diingat bahwa Rasul Paulus tidak menasihati kita agar kita mengucap syukur untuk hanya segala yang terjadi dalam hidup kita; tetapi agar kita mengucap syukur dalam segala hal.
Ini artinya orang percaya tidak boleh bersungut-sungut terhadap Tuhan sama sekali dalam segala hal dan dalam segala situasi.

Kita mengucap syukur karena kita tahu Tuhan selalu beserta dengan kita di dalam keadaan yang menurut kita seburuk apa pun. Ia tidak pernah meninggalkan kita. Jika kita bersalah pada-Nya, Ia bersedia mengampuni kita (1Yohanes 1:9).
Namun setelah diampuni bukan berarti kita bebas dari hukum tabur tuai setiap dosa yang lakukan tetap ada ganjaranya karena Tuhan tidak akan membiarkan diri-Nya dipermainkan.
Galatia 6:7-8
7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

Selain itu kita bersyukur bahwa jika kita mengasihi-Nya, Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28) dan Ia memberikan kekuatan sehingga kita bisa menanggung segala kondisi yang diizinkan-Nya (Filipi 4:13).
Jadi mengucap syukur tidak berarti menerima segala hal yang terjadi begitu saja, dan pasif, tidak mau berjuang untuk keluar dari hal tersebut.
Justru sebaliknya, kualitas kita sebagai anak Tuhan akan tampak dari perjuangan kita menghadapi masalah.
Contoh menghadapi masalah ekonomi yang kerap kali kita menjumpai harga barang kebutuhan yang terus naik, kita harus menyikapinya dengan hidup hemat mengurangi pengeluaran, tetapi kita juga perlu berjuang untuk meningkatkan penghasilan kita. Jadi pengucapan syukur kepada Tuhan tidak mengurangi kerajinan kita dalam melakukan apa yang menjadi bagian kita yang sudah dipercayakan oleh Tuhan untuk kita lakukan.
Yang perlu dicatat disini kita bersyukur karena penyertaan Tuhan di tengah kesulitan, bukan karena Tuhan memberikan kesulitan itu.

Hidup di bumi ini adalah pembuktian apakah seorang anak Tuhan tetap setia sampai akhirnya dan menyelesaikan tugas yang Bapa percayakan kepada orang pilihan-Nya.
Didalam 1 Petrus 1:6-7,  Petrus mengatakan :
(6) Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
(7) Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Pada akhirnya penderitaan yang dialami seseorang akan menghasilkan pembuktian kemurnian imannya kepada Tuhan, apakah ia tetap setia dan tetap mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal dan tetap pada level iman yang teguh terhadap menyelesaikan kehendak Tuhan didalam hidupnya.
Penderitaan itu bukan berarti sesuatu yang menyusahkan hati, tetapi beban yang menggerakkan seseorang menyerahkan segenap hidupnya untuk pekerjaan Tuhan, di dalamnya termasuk pikiran, perasaan bahkan nyawa.

Tuhan Yesus memberikan hak istimewa kepada orang percaya untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di dalam kerajaan sorga.
Olehnya selama kita berdiam didalam kemah tubuh yang bersifat sementara ini mari kita lakukan bagian kita dengan bertanggung jawab, dan Tuhan juga melakukan bagian-Nya sebab mengucap syukur dalam segala hal tidak berarti meninggalkan tanggung jawab kita kepada Tuhan untuk hidup bagi Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar