Minggu, 24 Juli 2016

MENJAGA INTEGRITAS SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH


Lukas 17:26-27
26 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia:
27 mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.

Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus menyinggung nama Nuh. Ia mengungkapkan bahwa hari-hari kedatangan-Nya kelak sama seperti pada zaman Nuh: manusia makan dan minum, kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.
Dalam pernyataan Yesus di sini ada dua hal yang ingin disampaikan-Nya.

Pertama, Ia hendak menunjukkan bahwa keadaan dunia sebelum berakhir adalah keadaan dunia yang manusianya sama seperti keadaan dunia pada zaman Nuh. Manusia sibuk dengan segala kegiatan rutin menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmaninya, sampai tidak sadar bahwa dunia akan berakhir.
Karena sudah hanyut dengan berbagai rutinitas kehidupan untuk mencari kepuasan duniawi, maka banyak orang tidak sadar kalau umur mereka berjalan terus sampai kepada titik akhir.
Akhirnya mereka terhilang dalam kegelapan abadi.

Kedua, Tuhan menghendaki agar kita tetap teguh dalam integritas seperti Nuh. Sekalipun dunia sekitarnya tidak mengerti “dunia Nuh”, tetapi ia tetap pada jalur yang dikehendaki Tuhan untuk dijalaninya.
Ia tidak terpengaruh oleh lingkungannya, dan tidak turut hanyut dengan pola rutinitas dunia sekitarnya, ia tetap pada integritas sebagai anak-anak Allah yang menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran, segala tindakannya setiap waktu selalu ada dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan, didalam hidupnya selalu ada dalam pemerintahan Tuhan Yesus yang memerintah sebagai Tuhan dan Raja atas hidupnya.

Setelah mengatakan tentang keadaan dunia akhir zaman yang seperti di zaman Nuh, Tuhan Yesus juga menceritakan perumpamaan mengenai janda yang ngotot agar permintaannya diluluskan oleh hakim yang lalim (Lukas 18:1–8). Pelajaran yang Tuhan ajarkan kepada kita bukan agar kita ngotot kepada Tuhan untuk meminta Tuhan membela kita. Banyak ajaran tentang perumpamaan ini sering kali di geser dari pemahaman makna yang sebenarnya.
Sering kali dalam perumpaan ini jemaat diajar agar dalam meminta sesuatu kepada Tuhan harus terus-menerus atau mendesak Tuhan tiada henti sampai Tuhan menyetujui permintaannya.
Tuhan dikesankan sebagai pribadi yang harus dipaksa-paksa, dibujuk-bujuk dengan doa-doa bahkan ada yang berpuasa supaya Tuhan memenuhi permintaannya yang biasanya ditujukan bagi pemenuhan kepentingannya.
Tentu ini adalah ajaran dan pemahaman yang salah dan keliru.

Kita tahu bahwa Tuhan bukan hakim yang lalim, karena itu orang yang menafsirkan perumpamaan ini sebagai keharusan untuk ngotot kepada Tuhan pasti tidak mengerti hakekat Tuhan.
Yang Tuhan Yesus ajarkan dalam perumpamaan ini adalah kita harus menjaga integritas: gigih dalam memperjuangkan segala sesuatu yang ditujukan bagi kepentingan dan kemuliaan Tuhan, dan terus setia kepada Tuhan sekalipun dalam keadaan sulit dan mustahil, seperti saat si janda menghadapi hakim yang lalim itu.
Olehnya diakhir perumpaan ini Tuhan Yesus berfirman, “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8).
Iman seperti apa yang ingin Tuhan Yesus dapatkan di bumi pada waktu kedatangan-Nya? Tentu iman yang murni, yaitu kehidupan anak Tuhan yang melakukan kehendak-Nya dengan berintegritas seperti Nuh, yang tetap setia hidup dalam kebenaran-Nya walau dunia sekitarnya  menawarkan pengaruh yang jahat untuk menarik supaya melakukan perbuatan daging yang berujung dosa.

Dikatakan Anak Tuhan yang beriman adalah jika ia tetap dalam integritasnnya sebagai anak-anak Tuhan yang senantiasa hidup dalam segala penurutan segala kehendak Tuhan, selalu setia mengerjakan perkara-perkara diatas, selalu menanamkan hatinya didalam kerajaan sorga, sekalipun dunia sekitarnya menawarkan kesempatan untuk meraih kesenangan hidup sebanyak-banyaknya yang setiap saat bisa mendesaknya supaya mengikuti pola arus hidup yang berasal dari dalam dunia ini.

1 Petrus 1:14-15
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar