Jumat, 01 Juli 2016

TIDAK MENYADARI TELAH MENJADI TUAN ATAS DIRI SENDIRI



1 Timotius 6:14-16
14 Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,
15 yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.
16 Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

Oleh warisan dosa nenek moyang, pada hakekatnya hampir setiap insan memiliki gairah mau menjadi “seperti Tuhan”, artinya mau menjadi tuan atau majikan bagi diri sendiri.
Ini gairah dari kuasa kegelapan yang tidak rela Tuhan Semesta Alam menjadi pribadi yang tak tertandingi siapa pun. Sebagaimana iblis mau menandingi Tuhan, demikian pula ia membujuk manusia untuk menandingi Tuhan.
Ternyata modus yang iblis gunakan untuk menjatuhkan manusia masih tidak berubah, yaitu membujuk manusia menyangkali eksistensi Tuhan sebagai “Majikan” atau “penguasa”.

Sangat disayangkan, banyak orang tidak menyadari manuver kuasa kegelapan ini. Ketidaksadaran ini sangat berbahaya, khususnya bagi kehidupan anak-anak Tuhan yang merasa sudah ada di pihak yang benar dan merasa sebagai orang Kristen yang sudah benar.
Mereka tidak menyadari bahwa di dalam dirinya masih terdapat spirit atau semangat hidup yang salah.
Orang yang menyatakan dirinya Kristen juga tanpa disadari melakukan kekeliruan yang sama seperti yang telah dilakukan iblis yaitu hidup untuk menjadi tuan atas diri sendiri dan manusia hari ini mulai mengikuti jejak bujukan iblis ini yaitu hidup untuk hidup dan bukan lagi hidup bagi Tuhan Yesus sepenuhnya yang telah menebusnya.
Manakala seseorang meletakkan kepentingan dirinya sendiri lebih dari kepentingan Tuhan, berarti ia menjadikan dirinya sendiri sebagai tuan dan ia sudah tidak menyadari bahwa hidupnya sudah membentuk filosofi hidup hanya untuk hidup.

Dengan memprioritaskan kepentingannya sendiri, orang cenderung memperdaya sesamanya, bahkan juga mencoba memperdaya Tuhan untuk memenuhi segala rencana dihidupnya, dalam hal ini sudah banyak sekali terjadi pembalikan.
Tuhan dimintai ini dan itu untuk memenuhi segala rencananya.
Jika hal ini terjadi, maka manusia tidak lagi di sebut berbakti kepada Tuhan, tetapi Tuhanlah yang diharapkannya untuk dapat berbakti kepada manusia.
Tuhanlah yang dijadikan hamba.
Memang tidak ada orang yang secara terbuka menyatakan hal ini, tetapi menggunakan kalimat “Harapkan pertolongan Tuhan dan campur tangan-Nya” sering tidak lain merupakan kamuflase usaha untuk memperdayakan Tuhan dan memanfaatkan-Nya.
Jadi dosa manusia bukan saja harta, wanita dan tahta, tetapi juga mahkota.
Mahkota ialah keinginan menjadi terhormat, keinginan memperoleh hal-hal untuk dirinya sendiri.
Bahkan mahkota Tuhan pun ingin direnggutnya.
Dengan memprioritaskan dirinya sendiri, ia telah mendewakan (menuhankan) dirinya sendiri.

Satu-satunya cara untuk belajar tunduk menyembah kepada Tuhan Yesus penebus kita adalah melemparkan mahkota kita. Ini berarti mengakui supremasi Tuhan Yesus sebagai Penguasa Agung.
Olehnya Rasul Paulus menegaskan bahwa hidup orang percaya harus mempersembahkan segenap hidupnya mengabdi kepada Tuhan sebagai ibadahnya yang sejati.
Roma 12:1  Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Mengabdikan diri kepada Tuhan tentu harus bersedia hidup bagi Tuhan dan tunduk kepada otoritas kehendak-Nya didalam seluruh wilayah hidup.
Didalam doa-doa yang kita naikan setiap hari haruslah banyak menawarkan diri untuk meminta Tuhan mengarahkan hidup sepenuhnya bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya bukan lagi meminta Tuhan memenuhi segala ambisi pribadinya.
Meminta Tuhan menyempurnakan karakter yang cacat diubahkan menjadi manusia Kristus yang berguna bagi Tuhan dan sebagai alat kerajaan-Nya untuk menuai jiwa-jiwa bagi kemuliaan Tuhan Yesus.
Perlu diakui bahwa sikap hati seperti ini tidak mudah dicapai, tetapi kita harus belajar sungguh-sungguh untuk meraihnya sebab inilah yang dikehendaki Tuhan bahwa hidup kita harus kita pergunakan untuk hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya tentu dengan tanda belajar melemparkan mahkota kita, dan sadar bahwa kita adalah hamba.
Seorang hamba tidak boleh dan tidak berhak mengatur Tuannya.

Hendaknya kita menyadari jika tanpa kasih karunia Tuhan, sesungguhnya kita tidak layak untuk berdiri di hadapan Tuhan Yesus yang Mahabesar, Majikan kita.
Oleh karena kasih-Nya yang besar kepada kita bahkan Roh Kudus di utus-Nya sebagai pendamping hidup kita untuk mengarahkan kita kepada segala jalan kebenaran-Nya.
Sekarang kita bisa menyentuh Tuhan dimanapun kita berada, oleh sebab itu posisikan diri kita hidup selalu dibawah pimpinan otoritas kedaulatan Tuhan kita Yesus Kristus.
Memberikan kehendak bebas kita kepada pengaturan kehendak Tuhan, mempersembahkan mahkota kita dan sadar bahwa hanya Tuhanlah yang layak mempunyai segala mahkota dalam seluruh wilayah hidup kita.

Roma 14:8  Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar