Senin, 29 Agustus 2016

ARTI MENJAGA HATI DARI PESTA PORA


Lukas 21:34-36
34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Paulus dalam suratnya mengingatkan bahwa hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:16).
Yang jahat adalah suasana atau atmosfirnya.
Melalui berbagai sarana iblis berusaha memengaruhi manusia menjadi manusia yang tidak takut akan Tuhan, tidak memperdulikan hukum-Nya dan membuat manusia menjadi semakin jahat.
Pengaruh-pengaruh jahat bisa melalui pergaulan hidup yang salah yaitu gaya hidup manusia di sekitarnya yang memberi pengaruh yang tidak baik, melalui film yang tidak mendidik, lagu-lagu dunia yang didengar dan lain sebagainya.
Iblis memiliki banyak cara untuk mewarnai hidup manusia agar gagal menjadi anak Tuhan yang baik.

Mengantisipasi keadaan dunia jahat di akhir zaman ini Tuhan Yesus mengajarkan dalam Lukas 21:34-36 agar orang percaya menjaga hati supaya tidak sarat dengan pesta pora.
Maksudnya tidak sarat dengan pesta pora di sini adalah agar orang percaya tidak hanyut dengan segala kesenangan hidup sampai mengabaikan hal pertumbuhan kedewasaan rohani.
Pertumbuhan kedewasaan rohani artinya menjadi semakin berkenan kepada Tuhan.
Orang yang masih sarat dengan pola kehidupan pesta pora adalah orang-orang yang masih mencintai dunia.
Rasul Yohanes menjelaskan kasih akan Bapa tidak ada pada orang yang masih hanyut dalam percintaan dunia dengan segala kesenangannya sebab segala hal tersebut bukanlah berasal dari Bapa melainkan berasal dari dalam dunia.
1 Yohanes 2:15-16
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

Orang yang sarat dengan pesta pora hidupnya akan terus diwarnai oleh dunia, iblis menggunakan peluang ini sedapatnya berupaya menggeser tujuan hidup manusia untuk menjadikan dunia sebagai tempat mencari kesenangan hidup bagi dirinya sendiri hingga melupakan fokus hidup yang benar mencari perkenanan Tuhan.
Mereka yang tidak sadar ini, akan dibuat iblis untuk menghabiskan masa hidupnya hanya untuk fokus mencari kepuasan diri, kesenangan bagi diri sendiri dari hari ke hari sampai mereka terhanyut kepada pola hidup menikmati dunia seperti anak-anak dunia menikmati dunia. Hingga pada suatu titik ia tidak lagi bisa memiliki kemampuan dan hasrat untuk mengingini Tuhan sebagai kesenangan dan kebahagian hidup satu-satunya, dan tidak mampu lagi menyenangkan hati Tuhan dan hidup didalam pimpinan Roh-Nya.
Orang seperti ini jika tidak bisa diubah maka sampai usia tua ia tetap menjadi pribadi yang kawin dengan dunia/hatinya tertanam kepada kesenangan yang disediakan oleh dunia untuk dimiliki sebanyak-banyaknya dan dinikmati seluas luasnya bagi diri sendiri.

Dengan demikian bukan tanpa alasan Tuhan Yesus berkata : Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Matius 6:21), hal ini menunjuk hati manusia tidak boleh diisi oleh hal yang lain selain mengingini Tuhan dan perkenanan-Nya saja.
Artinya semua kegiatan hidup yang ia lakukan selama hidup dibumi ini baik dalam study, karir, bisnis, keluarga/rumah tangga, dimasyarakat semuanya harus dapat dinikmati dan dapat menyenangkan hati Tuhan yang muaranya ditujukan kepada satu tujuan yaitu supaya menjadi orang yang lebih maksimal dan lebih efektif bagi alat Tuhan untuk mengabdi dan mengawal pekerjaan-Nya dibumi ini.
Bukan lagi ditujukan bagi kepentingan diri sendiri atau demi hasrat kepuasan diri.
Dengan mengerti kebenaran ini hendaknya kita tidak lagi membedakan pekerjaan rohani dan pekerjaan sekuler atau kegiatan yang diukur dengan jenis pekerjaan di lingkungan gereja dan di luar lingkungan gereja.
Semua area di wilayah hidup kita adalah pelayanan kita kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
Jadi mengembangkan diri di bidang yang digelutinya haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagai tempat pelayanan di mana ia memerankan panggilannya untuk memuliakan Tuhan.
Olehnya setiap kita harus terus berupaya sekuat-kuatnya memperbesar kapasitas diri, mengembangkan seluruh potensi yang ada untuk mengabdian diri kepada Tuhan, dan terus mengembangkan pola berpikir seperti cara Tuhan berpikir dan bertindak.

Tuhan Yesus sudah memberikan suatu teladan yang kekal bagaimana menyelenggarakan hidup dengan benar.
Tuhan Yesus ingin setiap orang percaya memiliki filosofi hidup yang sama yaitu "makananku ialah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Jika hati kita masih bisa di isi dengan kesenangan yang lain selain ini maka untuk berkata "yang ku ingini Tuhan saja" akan kandas dan sulit untuk dicapai sebab hati kita masih sarat dikuasai oleh keinginan pesta pora yaitu masih dapat hanyut didalam percintaan dengan dunia dan dengan segala kesenangan hidup lainnya yang ditujukan bagi kepentingan pribadi dan hasrat kepuasan diri.
Jika demikian adanya maka sebenarnya dalam hal ini kita sedang mengabdi kepada dua Tuan.
Hal ini tentu akan sangat menghambat seseorang untuk bisa mengerti kehendak dan rencana Tuhan sebab tentu ia tidak sepenuhnya mengindahkan pimpinan dan tuntunan Tuhan.
Tuhan Yesus sudah dengan tegas berkata : "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Matius 6:24).

Banyak orang yang hidupnya hanya diisi dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan hatinya sendiri seperti makan minum dan pesta-pesta tetapi kalau untuk belajar Alkitab (Pendalaman Alkitab), kebaktian dan lain-lain mereka tidak memberikan gairah, antusias dan energi yang penuh.
Sebaliknya kalau untuk pesta ulang tahun, shopping, menghadiri pesta perkawinan dan berbagai pesta lain, kuliner, nonton suatu pertunjukan baik film, konser dan lain sebagainya mereka bisa memberikan energi yang masksimal untuk bisa hadir.
Dalam hal ini Tuhan diperlakukan tidak lebih berharga dari hal-hal tersebut.
Mereka masih gagal memberi diri menyembah (PROSKUNEO)/memberi nilai tinggi Tuhan dalam hidup ini.
Mereka bisa menginvestasikan waktu begitu banyak untuk hal lain, tetapi tidak untuk perkara-perkara rohani.
Hal ini sudah memberi peta kehidupan yang jelas salah, jika tidak berusaha berubah maka kelak ia tidak layak dapat masuk kedalam perjamuan sebagai anak-anak Allah yang dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Sebab yang dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus adalah orang-orang bersedia mengambil bagian dalam penderitaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus artinya berjuang tanpa batas melayani, mencari perkenanan Tuhan, mengabdi kepada Tuhan, membela tanpa batas kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya (Roma 8:17).

Harus diingat bahwa Tuhan menghendaki agar orang percaya untuk menjadi sempurna (Matius 5:48) artinya berkenan setiap saat dihadapan Tuhan.
Dalam Lukas 16:19-31 dikisahkan mengenai orang kaya yang selalu berpesta dan hanyut dalam kesenangan hidup. Ketika Lazarus yang miskin tergeletak di depan rumahnya, orang kaya ini membiarkan Lazarus mati.
Ia tidak berbuat kebaikan untuk sesamanya.
Akhirnya orang kaya ini juga mati tetapi ia tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Hal ini disebabkan pada waktu dibumi ia tidak menjadikan Tuhan sebagai harta kekayaan abadinya, sehingga ia mengabaikan Lazarus yang sangat membutuhkan pertolongan.
Inilah keadaan manusia di akhir zaman yaitu mencintai dirinya sendiri dan kesenangannya (2 Timotius 3:2).
Orang yang mencintai diri sendiri sangat sulit untuk dapat meneladani kehidupan Tuhan Yesus yang menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah.
Artinya orang yang selalu siap berkorban apa saja demi kepentingan Tuhan dan kesediaan melayani Tuhan dengan tanpa batas mencari perkenanan hidup dihadapan-Nya.

Alkitab mengatakan keadaan manusia di akhir zaman dimana kasih kebanyakan orang menjadi dingin (Matius 24:12).
Orang yang masih mencintai dunia dan hidup yang mementingkan diri sendiri adalah orang yang mengabdi kepada dirinya sendiri, mereka mungkin juga bisa berkorban bagi Tuhan tetapi yang diberikan kepada Tuhan hanya sisa-sisa atau remah-remahnya saja.
Jangan sampai hal ini terjadi di dalam hidup kita, sebab kita akan malu dan takut ketika kelak menghadap Tuhan nantinya.

Hendaknya kita terus mengembangkan sikap hidup yang memberikan gairah yang penuh mencari perkenanan Tuhan, kesediaan mempersembahkan segenap hidup bagi Tuhan, menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, meninggalkan pola kehidupan kesenangan dunia yang sarat dengan pesta pora dengan segala kepentingan duniawi dan terus mengambil bagian untuk sepenuh hati melayani Tuhan Yesus dengan tanpa batas didalam seluruh wilayah hidup ini.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar