Sabtu, 13 Agustus 2016
SELALU BERSENTUHAN DENGAN TUHAN
Filipi 3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
Sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus, selayaknyalah kita untuk selalu bersentuhan dengan Tuhan guna mengenal Tuhan dengan benar dan mengerti akan kehendak-Nya untuk dilakukan.
Bersentuhan dengan Tuhan setiap waktu adalah momen waktu yang luar biasa, sangat berharga dan mahal.
Seorang yang selalu rindu bersentuhan dengan Tuhan untuk berdialog dengan-Nya akan merasakan “sentuhan” pribadi-Nya.
Dialog ini adalah perjumpaan dua pribadi. Ini sebuah perjumpaan nyata bukan fantasi.
Pribadi yang Agung Tuhan kita Yesus Kristus yang Maha Hadir harus dirasakan secara khusus dan istimewa dalam kehidupan kita secara pribadi.
Dialog tersebut akan membuat keterikatan dua pribadi. Sehingga suatu hari nanti kalau menutup mata ia menyadari bahwa dirinya tidak sendirian, ia tidak terlihat dan merasa canggung bertemu dan berdiri dihadapan Allah secara langsung sebab ia sudah mengenal sosok atau pribadi Allah yang semasa ia hidup ia bergaul karib dengan-Nya.
Nyayian puji-pujian Daud yang tertuang didalam 1 Tawarikh 16:11 Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! menunjuk pribadi Daud yang selalu rindu bersentuhan dengan Tuhan yang membuat Tuhan mau bergaul karib dengan Daud.
Bersentuhan dengan Tuhan secara pribadi akan membangun pengenalan akan Allah. Hal ini sangat bersifat pribadi, subyektif dan tidak ada cara untuk dapat menjelaskan hal ini.
Seseorang harus mengalaminya sendiri. Pengalaman ini bisa dikatakan sebagai pengalaman yang adikodrati (di luar kodrat biasa), supranatural (melampaui yang natural atau biasa), melampaui akal pikiran biasa dan melampaui pengalaman yang sudah ada.
Seseorang yang benar-benar selalu merindukan bersentuhan dengan pribadi Tuhan setiap waktu, maka barulah disebut sebagai benar-bernar ia menemukan Tuhan didalam hidupnya.
Seseorang yang menemukan Tuhan dengan benar bisa kita lihat salah satunya seperti rasul Paulus, hidupnya pasti akan berubah secara radikal dan luar biasa. Alkitab menggambarkan seperti seseorang yang menemukan harta yang terpendam dan mutiara yang sangat berharga. Ia rela kehilangan segala sesuatu demi harta kekayaan dan mutiara yang indah tersebut (Matius 13:44-45). Menemukan Tuhan seperti menemukan harta yang tak ternilai harganya.
Ciri dari orang yang telah menemukan Tuhan akan rela barter (meninggalkan cara hidup manusia lamanya) demi supaya dapat memperoleh Kristus secara penuh (Filipi 3:7-9).
Selanjutnya ia akan berusaha menanggulangi dosa dan kelemahan karakternya dengan sangat serius.
Ia menjadi tidak duniawi, ia akan semakin giat dalam pekerjaan Tuhan baik di keluarga, di pekerjaan, bisnis dan pelayanan, pikirannya selalu tertuju terhadap perkara-perkara diatas dan bukan dibumi, artinya semua yang ia lakukan didalam seluruh aspek kehidupannya hanya semata-mata menjalankan kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Ia akan berusaha melakukan kehendak dan rencana Tuhan dengan pengorbanan segenap hidup untuk Tuhan.
Hal inilah yang disebut sebagai haus dan lapar akan kebenaran.
Bersentuhan dengan Tuhan secara langsung setiap hari akan membentuk kita menjadi pribadi yang ingin berusaha tahu bagaimana penilaian Tuhan terhadap diri kita, apakah kita memuaskan Dia atau tidak.
Ini sangat penting untuk dilakukan sebab ketika Tuhan Yesus mengeluarkan kalimat bahwa “Aku tidak pernah mengenal kamu” sebenarnya berarti Tuhan tidak dapat menikmati hidupnya.
Kata "mengenal" dalam Matius 7:23 adalah GINOSKO artinya merasakan/menikmati.
Mengapa mereka tidak dapat dinikmati oleh Tuhan? Sebab mereka melakukan kehendaknya sendiri, dan bukan kehendak Bapa.
Dengan demikian kalimat “Aku tidak pernah mengenal kamu” artinya bahwa Tuhan tidak menikmati isi kegiatan kehidupan orang tersebut.
Orang tersebut tidak menyukakan hati Tuhan.
Untuk itu, usaha kita hari ini adalah mencari kehendak Tuhan dan melakukannya.
Olehnya untuk hal ini kita perlu selalu bersentuhan dengan Tuhan Yesus setiap saat sehingga setiap kegiatan diseluruh hidup kita bisa dinikmati dan menyenangkan hati-Nya dan kita semakin mengerti akan kehendak-Nya untuk kita lakukan dimanapun kaki kita akan melangkah.
Tuhan menghendaki agar orang percaya belajar untuk mulai berdialog dengan Tuhan, bukan untuk mempersoalkan apakah seseorang sudah berbuat ini atau itu, tetapi apakah hidupnya sudah melakukan kehendak-Nya dan benar-benar menyukakan hati-Nya.
Untuk ini seseorang harus memeriksa diri dengan jujur, apakah dirinya menyukakan hati Tuhan atau tidak.
Dalam Matius 7:21-23, Tuhan tidak memperdulikan apakah orang-orang tersebut sudah mengusir setan, mengadakan banyak mujizat atau bernubuat. Tetapi yang lihat oleh Tuhan Yesus apakah mereka sudah melakukan kehendak-Nya atau tidak.
Sekarang ini Tuhan tidak perlu berterus terang, sebab kita sendiri harus tahu apakah kita ada di dalam kehendak Bapa atau tidak.
Untuk mengetahui apakah seseorang sudah melakukan kehendak Bapa atau tidak, dibutuhkan kepekaan. Untuk memiliki kepekaan, pikiran harus diasah dengan cara mengisinya dengan kebenaran Firman Tuhan dan terus bersentuhan dengan Tuhan secara pribadi setiap hari bahkan setiap waktu untuk berdialog dengan-Nya.
Inilah usaha untuk terus mengalami pembaharuan pikiran supaya mengerti kehendak Allah apa baik yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna dimata-Nya (Roma 12:2).
Pada dasarnya Tuhan menunjukkan kesalahan tidak hanya didasarkan pada pelanggaran pada hukum atau peraturan tertentu yang bersifat moral umum.
Tetapi lebih kepada Hamartia (Dosa) yang artinya kemelesetan dari yang dikehendaki oleh Tuhan.
Olehnya setiap anak Tuhan haruslah tiada henti mengenal dan mengerti kebenaran-Nya sehingga ia bisa memiliki sebuah kepekaan apakah hidupnya sudah memuaskan hati-Nya atau belum.
Dengan mengalami pembaharuan pikiran yang terus diubahkan oleh Firman Tuhan dan usaha yang terus menerus untuk selalu bersentuhan dengan Tuhan setiap waktu maka cita rasa jiwanya pasti sama dengan cita rasanya Tuhan, seleranya juga sama dengan selera Tuhan, kesenangan dan keinginannya pasti searah dan selaras dengan kehendak Tuhan.
Dari sinilah seseorang bisa mengerti benar apakah hidupnya bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak.
Jadi, kalau kehausan seseorang masih pada perkara-perkara dunia, seperti mengejar harta, kehormatan, sanjungan untuk diri sendiri, dan segala sesuatu yang bersifat duniawi, maka ia tidak akan memiliki cita rasa Ilahi atau indera rohani untuk mengerti apakah dirinya bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak.
Orang-orang seperti ini tidak memiliki kepastian apakah dirinya dimuliakan bersama dengan Kristus atau tidak.
Hendak kita seperti Paulus yang memiliki keyakinan pasti dikenal oleh Tuhan dan dirinya juga tahu bahwa setelah ia berjuang all out “habis-habisan untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya” ia akan dimuliakan bersama dengan Kristus didalam kerajaan-Nya.
2 Timotius 4:6-8
6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
Amin.
Filipi 3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
Sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus, selayaknyalah kita untuk selalu bersentuhan dengan Tuhan guna mengenal Tuhan dengan benar dan mengerti akan kehendak-Nya untuk dilakukan.
Bersentuhan dengan Tuhan setiap waktu adalah momen waktu yang luar biasa, sangat berharga dan mahal.
Seorang yang selalu rindu bersentuhan dengan Tuhan untuk berdialog dengan-Nya akan merasakan “sentuhan” pribadi-Nya.
Dialog ini adalah perjumpaan dua pribadi. Ini sebuah perjumpaan nyata bukan fantasi.
Pribadi yang Agung Tuhan kita Yesus Kristus yang Maha Hadir harus dirasakan secara khusus dan istimewa dalam kehidupan kita secara pribadi.
Dialog tersebut akan membuat keterikatan dua pribadi. Sehingga suatu hari nanti kalau menutup mata ia menyadari bahwa dirinya tidak sendirian, ia tidak terlihat dan merasa canggung bertemu dan berdiri dihadapan dengan Allah secara langsung sebab ia sudah mengenal sosok atau pribadi Allah yang semasa ia hidup ia bergaul karib dengan-Nya.
Nyayian puji-pujian Daud yang tertuang didalam 1 Tawarikh 16:11 Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! menunjuk pribadi Daud yang selalu rindu bersentuhan dengan Tuhan yang membuat Tuhan mau bergaul karib dengan Daud.
Bersentuhan dengan Tuhan secara pribadi akan membangun pengenalan akan Allah. Hal ini sangat bersifat pribadi, subyektif dan tidak ada cara untuk dapat menjelaskan hal ini.
Seseorang harus mengalaminya sendiri. Pengalaman ini bisa dikatakan sebagai pengalaman yang adikodrati (di luar kodrat biasa), supranatural (melampaui yang natural atau biasa), melampaui akal pikiran biasa dan melampaui pengalaman yang sudah ada.
Seseorang yang benar-benar selalu merindukan bersentuhan dengan pribadi Tuhan setiap waktu, maka barulah disebut sebagai benar-bernar ia menemukan Tuhan didalam hidupnya.
Seseorang yang menemukan Tuhan dengan benar bisa kita lihat salah satunya seperti rasul Paulus, hidupnya pasti akan berubah secara radikal dan luar biasa. Alkitab menggambarkan seperti seseorang yang menemukan harta yang terpendam dan mutiara yang sangat berharga. Ia rela kehilangan segala sesuatu demi harta kekayaan dan mutiara yang indah tersebut (Matius 13:44-45). Menemukan Tuhan seperti menemukan harta yang tak ternilai harganya.
Ciri dari orang yang telah menemukan Tuhan akan rela barter (meninggalkan cara hidup manusia lamanya) demi supaya dapat memperoleh Kristus secara penuh (Filipi 3:7-9).
Selanjutnya ia akan berusaha menanggulangi dosa dan kelemahan karakternya dengan sangat serius.
Ia menjadi tidak duniawi, ia akan semakin giat dalam pekerjaan Tuhan baik di keluarga, di pekerjaan, bisnis dan pelayanan, pikirannya selalu tertuju terhadap perkara-perkara diatas dan bukan dibumi, artinya semua yang ia lakukan didalam seluruh aspek kehidupannya hanya semata-mata menjalankan kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Ia akan berusaha melakukan kehendak dan rencana Tuhan dengan pengorbanan segenap hidup untuk Tuhan.
Hal inilah yang disebut sebagai haus dan lapar akan kebenaran.
Bersentuhan dengan Tuhan secara langsung setiap hari akan membentuk kita menjadi pribadi yang ingin berusaha tahu bagaimana penilaian Tuhan terhadap diri kita, apakah kita memuaskan Dia atau tidak.
Ini sangat penting untuk dilakukan sebab ketika Tuhan Yesus mengeluarkan kalimat bahwa “Aku tidak pernah mengenal kamu” sebenarnya berarti Tuhan tidak dapat menikmati hidupnya.
Kata "mengenal" dalam Matius 7:23 adalah GINOSKO artinya merasakan/menikmati.
Mengapa mereka tidak dapat dinikmati oleh Tuhan? Sebab mereka melakukan kehendaknya sendiri, dan bukan kehendak Bapa.
Dengan demikian kalimat “Aku tidak pernah mengenal kamu” artinya bahwa Tuhan tidak menikmati isi kegiatan kehidupan orang tersebut.
Orang tersebut tidak menyukakan hati Tuhan.
Untuk itu, usaha kita hari ini adalah mencari kehendak Tuhan dan melakukannya.
Olehnya untuk hal ini kita perlu selalu bersentuhan dengan Tuhan Yesus setiap saat sehingga setiap kegiatan diseluruh hidup kita bisa dinikmati dan menyenangkan hati-Nya dan kita semakin mengerti akan kehendak-Nya untuk kita lakukan dimanapun kaki kita akan melangkah.
Tuhan menghendaki agar orang percaya belajar untuk mulai berdialog dengan Tuhan, bukan untuk mempersoalkan apakah seseorang sudah berbuat ini atau itu, tetapi apakah hidupnya sudah melakukan kehendak-Nya dan benar-benar menyukakan hati-Nya.
Untuk ini seseorang harus memeriksa diri dengan jujur, apakah dirinya menyukakan hati Tuhan atau tidak.
Dalam Matius 7:21-23, Tuhan tidak memperdulikan apakah orang-orang tersebut sudah mengusir setan, mengadakan banyak mujizat atau bernubuat. Tetapi yang lihat oleh Tuhan Yesus apakah mereka sudah melakukan kehendak-Nya atau tidak.
Sekarang ini Tuhan tidak perlu berterus terang, sebab kita sendiri harus tahu apakah kita ada di dalam kehendak Bapa atau tidak.
Untuk mengetahui apakah seseorang sudah melakukan kehendak Bapa atau tidak, dibutuhkan kepekaan. Untuk memiliki kepekaan, pikiran harus diasah dengan cara mengisinya dengan kebenaran Firman Tuhan dan terus bersentuhan dengan Tuhan secara pribadi setiap hari bahkan setiap waktu untuk berdialog dengan-Nya.
Inilah usaha untuk terus mengalami pembaharuan pikiran supaya mengerti kehendak Allah apa baik yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna dimata-Nya (Roma 12:2).
Pada dasarnya Tuhan menunjukkan kesalahan tidak hanya didasarkan pada pelanggaran pada hukum atau peraturan tertentu yang bersifat moral umum.
Tetapi lebih kepada Hamartia (Dosa) yang artinya kemelesetan dari yang dikehendaki oleh Tuhan.
Olehnya setiap anak Tuhan haruslah tiada henti mengenal dan mengerti kebenaran-Nya sehingga ia bisa memiliki sebuah kepekaan apakah hidupnya sudah memuaskan hati-Nya atau belum.
Dengan mengalami pembaharuan pikiran yang terus diubahkan oleh Firman Tuhan dan usaha yang terus menerus untuk selalu bersentuhan dengan Tuhan setiap waktu maka cita rasa jiwanya pasti sama dengan cita rasanya Tuhan, seleranya juga sama dengan selera Tuhan, kesenangan dan keinginannya pasti searah dan selaras dengan kehendak Tuhan.
Dari sinilah seseorang bisa mengerti benar apakah hidupnya bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak.
Jadi, kalau kehausan seseorang masih pada perkara-perkara dunia, seperti mengejar harta, kehormatan, sanjungan untuk diri sendiri, dan segala sesuatu yang bersifat duniawi, maka ia tidak akan memiliki cita rasa Ilahi atau indera rohani untuk mengerti apakah dirinya bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak.
Orang-orang seperti ini tidak memiliki kepastian apakah dirinya dimuliakan bersama dengan Kristus atau tidak.
Hendak kita seperti Paulus yang memiliki keyakinan pasti dikenal oleh Tuhan dan dirinya juga tahu bahwa setelah ia berjuang all out “habis-habisan untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya” ia akan dimuliakan bersama dengan Kristus didalam kerajaan-Nya.
2 Timotius 4:6-8
6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar