Sabtu, 06 Agustus 2016

MELAYANI DENGAN KEMURNIAN HATI SEPERTI TUHAN YESUS


1 Korintus 9:18  Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.

Untuk membiayai pelayanannya Paulus bekerja keras. Ia membuat kemah. Ini sebuah pekerjaan tangan yang berat, yang menuntut tenaga dan waktu.
Ia melakukan itu demi bisa membiayai perjalanan pelayanannya dan perjalanan pelayanan rekan-rekannya.
Pola inilah yang harus dicontoh oleh setiap kita yang melayani Tuhan dan kerajaan-Nya.
Dalam sikap yang ditampilkan Tuhan Yesus dalam Filipi 2:8 dan juga Paulus dalam I Korintus 9:14-18, merupakan dasar berpijak untuk membangun sebuah acuan sebuah bukti kedewasaan rohani yang lengkap yang harus dimiliki oleh setiap kita hamba-hamba Tuhan yang melayani-Nya.
Melepaskan hak adalah sikap dewasa rohani seorang hamba Tuhan yang akan membawa keserupaan dengan Yesus.
Tuhan Yesus pun telah memberikan teladan-Nya menolak menjadi kaya atau sebagai raja di bumi (Lukas 4:8; Yohanes 6:15). Ini menunjuk Tuhan Yesus tidak memiliki kepentingan lain selain menyelesaikan tugas penyelamatan manusia atas kuasa dosa.

Hendaknya semua orang percaya datang untuk berurusan dengan Tuhan adalah mencari perkenanan hidup dihadapan-Nya dan membela kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kalau kita diijinkan Tuhan mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, maka kita tidak boleh menjadikan sarana pekerjaan Tuhan untuk mendapatkan penghasilan nafkah atau finansial atau apapun.
Tuhan memanggil seseorang untuk melayani Dia tidak dimulai dengan suatu harapan agar dalam pelayanan tersebut seseorang dapat memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya.
Hal ini memang paradoks sebab manusia pada umumnya selalu ingin mendapat keuntungan maksimum secara jasmani dari setiap kegiatan yang dilakukannya.

Pelayanan pekerjaan Tuhan adalah pengabdian diri kepada Tuhan yang dilakukan dengan kerelaan dan sukacita dan bukan sebagai suatu praktek komersial untuk sebuah keuntungan materi bagi kepentingan pribadi.
Memang Alkitab mengemukakan adanya janji Tuhan untuk mencukupi hidup seorang yang melayani Tuhan.
Hidup dalam kecukupan memang merupakan berkat Tuhan yang menyertai pelayanan seseorang di ladang Tuhan, tetapi janji itu bukan merupakan menjadi tujuan hidup, sehingga dijadikan motivasi dalam bekerja di ladang Tuhan.

Pengalaman Elia di tepi sungai Kerit membuktikan pemeliharaan Tuhan atas hamba-hamba-Nya. Ditengah masa kekeringan Elia diberi makan oleh burung-burung gagak (1Raja-raja 17:5-6).
Tatkala pasukan raja Ahab mengejarnya, ia melarikan diri ke padang gurun Barsyeba dan Tuhan memeliharanya. Ketika ia lapar diberi makan oleh malaikat (1Raja-raja 19:1-8).
Untuk umat perjanjian lama yang berkenaan dengan janji pemeliharan Allah khususnya kepada para Imam yang melayani-Nya tentang kebutuhan mereka dicatat dalam kitab Imamat 10:12-20 dan Maleakhi 3:10, semua ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak akan melupakan orang yang bekerja bagi Tuhan.

Tetapi perlu diperhatikan di sini bahwa tidak semua hamba-hamba Tuhan yang dipelihara Tuhan berarti pasti lolos dari bahaya percintaan akan dunia ini.
Untuk lolos dari percintaan akan dunia ini Tuhan Yesus menasehatkan kita dengan berkata : Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku (Lukas 14:33), hal ini dikatakan Tuhan sebagai syarat untuk menjadi pengikut-Nya.
Olehnya Tuhan menegaskan kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.
(Lukas 16:13  Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon").

Bagi umat perjanjian baru berkat pemenuhan kebutuhan jasmani bukanlah tujuan hidup dibumi ini, sebab orang percaya tidak perlu meragukan kasih setia pemelihaaan dan penyertaan Tuhan yang begitu besar kepada orang-orang mengasihi-Nya (1 Petrus 5:7).
Semua berkat jasmani maupun Rohani yang Tuhan sediakan harus dimaksimalkan untuk membela dan mengawal pekerjaan Tuhan sehingga Injil dapat di beritakan sampai ke ujung bumi.
Dengan demikian tujuan hidup orang percaya yang sesungguhnya adalah Tuhan Yesus sendiri, melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikan pekerjaaan-Nya. Tuhan Yesus harus menjadi satu-satunya sukacita dan damai sejahtera kita.
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).

Pelayanan kita akan terlihat indah dihadapan Tuhan ketika kita rela melepaskan hak-hak kepentingan kita demi melayani kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Percayalah janji pemeliharaan-Nya tidak akan pernah dilalaikan-Nya ketika kita taat melayani-Nya dengan hati yang bersih, penuh dengan sukacita dan segenap hati mempersembahkan hidup mengabdi kepada kerajaan-Nya.

Matius 24:13  Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar