Rabu, 17 Agustus 2016

BERBUAH DALAM KETEKUNAN


Lukas 8:15  Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Persoalan paling penting dalam kehidupan orang percaya adalah ketika kelak ia menghadap Tuhan Yesus adakah buah yang dapat dipersembahkan kepada-Nya?.
Buah itu adalah melakukan dengan baik segala sesuatu yang Tuhan inginkan.
Inilah yang disebut dengan melakukan kehendak Bapa.
Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dipenuhi, sebab memang manusia diciptakan untuk melakukan kehendak-Nya.
Jadi, buah di sini adalah perbuatan, perilaku dan sikap hati yang memberi kepuasan di hati Bapa kita Tuhan Yesus, sampai seseorang memiliki “hati yang nature melakukan kehendak-Nya” tanpa dipaksa atau ditekan oleh hukum.
Inilah ciri dari anak Allah yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Tuhan memberikan kemampuan kepada orang percaya untuk bisa berbuah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa beralasan mengapa tidak berbuah.

Dalam perumpamaan mengenai Penabur benih, dikisahkan bahwa tidak semua orang yang mendengar Firman Tuhan bisa bertumbuh dan berbuah (Lukas 8:5-15).
Kelompok pertama adalah orang yang walaupun mendengar Injil tetapi tidak pernah menjadi orang percaya (Lukas 8:12). Kuasa kegelapan telah mengunci mereka sehingga mereka merasa tidak terlalu penting menghidupi kebenaran Injil untuk dilakukan secara serius dan bertekun.
Cara iblis merampas Firman ialah bekerja sama dengan pikiran manusia yang tidak memiliki frekuensi yang sama dengan kebenaran Injil sehingga firman Tuhan tidak tertanam didalam hatinya.

Kelompok kedua adalah mereka yang mendengar Injil, menjadi orang Kristen tetapi tidak berani membayar harga percayanya. Pada zaman itu kalau orang berani percaya kepada Tuhan Yesus akan mengalami aniaya (Lukas  8:13). Banyak orang lebih menyelamatkan nyawanya dari pada kehilangan nyawanya.
Pada zaman ini bisa digambarkan ketika seseorang menghadapi aniaya kecil seperti hinaan atau celaan, atau penindasan seperti kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan akibat status Kristennya, ia merasa Kekristenan ternyata terlalu berat untuk dijalaninya. Maka ia pun meninggalkan Kristus dan beralih keyakinan.
Orang yang seperti ini adalah tipe orang yang menganggap Kekristenan sama seperti agama-agama lainnya, yaitu sarana penyelesaian kebutuhan jasmani belaka. Ia tidak sanggup menerima kekristenan sebagai jalan hidup.

Kelompok ke tiga adalah orang-orang yang tidak mengalami aniaya, tidak menolak Tuhan Yesus, tetapi masih mencintai dunia. Mereka memang berbuah tetapi buahnya tidak matang hal ini diakibatkan fokus hidupnya bergeser menjadi seseorang yang terlena menghabiskan masa hidupnya hanya untuk mengejar harta dunia dan kenikmatan hidup yang tanpa batas sebagai kesenangan dan tujuan utama di hidupnya (Lukas 8:14).
Kata matang dalam teks aslinya adalah telesphoreo yang artinya dewasa. Jadi buah yang dihasilkan tidak dewasa. Tuhan menghendaki kedewasaan.
Sebab Tuhan tidak menerima orang yang suam-suam kuku atau setengah-setengah menuruti kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan harus dituruti secara mutlak.

Kelompok ke empat adalah orang-orang yang mendengar Firman Tuhan dan menyimpannya dalam hati yang baik; mengeluarkan buah dalam ketekunan (Lukas 8:15).
Buah disini artinya memiliki hati yang suka melakukan kehendak Bapa.
Tuhan rindu menemukan pribadi-pribadi seperti ini, dimana selama hidup di dunia telah memenuhi atau menunaikan apa yang dipercayakan kepadanya.
Di tanah yang baik, buah dapat bertumbuh dengan pelipatgandaan yang luar biasa. Alkitab mengajarkan bahwa buah ialah:

1. Jiwa-jiwa yang dimenangkan ;
Yohanes 4:34-36 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.
Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.

2. Kekudusan ;
Roma 6:22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

3. Berbagai kebaikan dan kebenaran yang disebut buah Roh dan pekerjaan baik ;
Galatia 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Mengeluarkan buah dalam ketekunan menunjukkan bahwa untuk berbuah, seseorang harus berjuang keras.
Semua potensi diri yang Tuhan telah taruh harus dimaksimalkan untuk membela kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Sebab kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang dituntut untuk berbuah (Yohanes 15:1-7).
Jika tidak berbuah akan dipotong-Nya, tetapi yang berbuah akan dibuat semakin lebat buahnya.
Dalam Lukas 13:6-7 mengenai perumpamaan seorang peladang yang memiliki kebun anggur, di dalamnya terdapat pohon ara.
Ketika dilihatnya pohon ara tidak berbuah, ia mengatakan bahwa percuma pohon itu tumbuh di kebunnya.
Ia menghendaki agar pohon itu ditebang saja.
Dalam perumpamaan ini Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya berbuah yang memuaskan hati-Nya.

Mengeluarkan buah dalam ketekunan artinya untuk berbuah seseorang harus melakukan perjuangan yang tiada henti secara nature melakukan kehendak Bapa.
Sebagai langkah awalnya untuk bisa berbuah, seseorang harus mengisi pikiran dan jiwanya dengan bertekun mendengar Injil Kristus.
Kalau langkah awal sudah tidak dilakukan yaitu mendengar Firman Tuhan yang diajarkan Tuhan Yesus, bagaimana bisa berbuah.

Kalimat "mengeluarkan buah dalam ketekunan" menunjukkan walaupun seseorang mendengar Firman Tuhan yang benar tetapi kalau tidak bertekun, maka juga tidak akan dapat berbuah.
Kata ketekunan dalam teks aslinya adalah "hupomone".
Kata ini berarti dengan sabar bertahan. Dalam hal ini untuk bertekun seseorang harus berusaha untuk bertahan terus menerus menghadapi tekanan pengaruh dunia yang jahat, sebab iblis berusaha agar orang percaya tidak berbuah jika berbuah pun buahnya dihambat agar tidak matang.
Dalam Injil Matius 13 perumpamaan yang sama menunjukkan, bahwa buah yang dihasilkan berbeda-beda, ada yang tiga puluh, enam puluh dan seratus kali lipat. Marilah kita mengarahkan hidup kita untuk menghasilkan buah dalam ketekunan, sehingga hidup kita memenuhi keinginan dan rencana-Nya. Menghasilkan buah yang matang dalam jumlah besar.

Berbuah dalam ketekunan merupakan bagian penting dalam proyek keselamatan jiwa-jiwa dan ini bukan hanya tugas gereja dan para aktivis dan rohaniwannya, tetapi merupakan tugas semua orang percaya, sebab semua orang percaya harus berbuah.
Orang yang menolak berbuah berarti menolak keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus.
Kita adalah carang-carang liar yang dicangkokkan ke satu batang pohon. Kalau carang asli yaitu bangsa Israel bisa dikerat dan dibuang, apalagi carang liar. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan: “Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.”
Pernyataan Paulus dalam Roma 11:21-22 ini sejajar dengan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:1-2, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”.
Dalam hal ini jelaslah bahwa setiap orang percaya harus berbuah, jika tidak maka resikonya dipotong dan dibuang.

Hendaknya kita tidak menjadi Kristen yang mandul yang tidak pernah mengambil bagian dalam penderitaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Kita harus bertekun dalam proyek penyelamatan jiwa-jiwa dengan standar Kristus yaitu mengubah manusia menjadi manusia memiliki karakter seperti Kristus yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai kebahagiaan, tujuan dan jalan hidup satu-satunya.
Hal ini berarti kita selalu berusaha untuk bisa menyenangkan hati Tuhan setiap waktu yang selalu bertekun melakukan kehendak-Nya.
Pada akhirnya setiap orang percaya harus memuridkan orang lain dan terus membimbing sampai kepada kesempurnaan Kristus.
Dengan menuntun orang kepada kebenaran, tanpa kita sadari hal itu juga memicu dirinya sendiri untuk hidup dalam kebenaran seperti yang Tuhan kehendaki.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar