Sabtu, 27 Agustus 2016

HIDUP DALAM KASIH KARUNIA YANG BERTANGGUNG JAWAB


Wahyu 2:2-5
2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Setelah memuji jemaat Efesus atas ketekunan mereka dalam bekerja, dalam kesabaran, dan penolakan mereka atas para rasul palsu, namun ironinya Tuhan menunjuk kepada satu kekurangan yang menyedihkan yaitu jemaat telah kehilangan kasih yang semula.

Apa artinya "kasih yang semula"?
Jemaat Efesus telah jatuh ke dalam perangkap melakukan kegiatan, tetapi melupakan Pribadi kepada siapa kegiatan itu dilakukan. Mereka lupa bahwa karena Yesus dan untuk Dialah semua itu mereka kerjakan.
Dan mereka lupa Tuhan Yesus adalah Pribadi yang hidup yang memiliki kehendak, pikiran dan perasaan yang dimana Tuhan menghendaki umat-Nya memiliki hati mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatannya.
Ini menunjuk umat Tuhan harus memberikan kasih yang sempurna kepada Sang Pemilik kehidupan ini.
Kegiatan pekerjaan-Nya telah menjadi lebih penting tanpa memperhatikan lagi hal yang lebih penting yaitu memelihara hubungan kasih secara pribadi dengan-Nya.
Mereka tidak lagi sungguh-sungguh menyentuh Tuhan dengan benar, persekutuan dengan Tuhan telah digantikan dengan kegiatan rutinitas kegiatan seremonial tanpa sungguh-sungguh membangun hubungan yang eksklusif dengan Tuhan secara pribadi sepanjang waktu.
Tuhan menginginkan kasih yang sempurna untuk selalu dimiliki oleh setiap orang percaya dalam melayani-Nya yaitu tetap hidup didalam komunikasi yang tidak berkeputusan, selalu nyambung dengan Tuhan setiap waktu guna meminta pimpinan-Nya.

Kegagalan gereja Efesus menjadi pelajaran berharga bagi orang percaya/gereja Tuhan diakhir zaman ini.
Hendaknya kita tidak hanya terlibat aktif di dalam kegiatan pelayanan namun lupa membangun hubungan yang eksklusif secara pribadi dengan Sang Maha Agung Tuhan kita Yesus Kristus yang kita layani,
Karena yang kita layani sebenarnya adalah Tuhan Yesus, olehnya kita tidak boleh melupakan tujuan pelayanan yang sebenarnya dimana jemaat pribadi lepas pribadi termasuk didalamnya diri kita bisa membangun hubungan yang harmoni dengan pribadi Tuhan Yesus dan hidup didalam segala kehendak dan kebenaran-Nya.

Dalam Wahyu 2:5, Tuhan mengancam jemaat Efesus akan mengambil “kaki dian” dari mereka, kalau mereka tidak bertobat. Kaki dian adalah salah satu perkakas dalam ruang suci di bait Allah.
Kaki dian tidak boleh padam.
Ia harus menyala terus sepanjang waktu. Kaki dian menunjukkan kehadiran Tuhan dalam kehidupan umat-Nya.
Kalau Tuhan mengangkat kaki dian berarti Tuhan mengangkat kehadiran-Nya dalam kehidupan umat- Nya.
Hal mana Pernah terjadi dalam kisah yang ditulis dalam Kejadian 6, yaitu anak- anak Allah ( keturunan orang benar) hidup sesuka hatinya sendiri sehingga Roh Allah Undur dari mereka.
Juga di Keluaran 32, Tuhan mengancam meninggalkan bangsa Israel karena bangsa itu tegar tengkuk atau keras kepala; mereka tidak hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah.

Roh Allah memeteraikan orang percaya (Efesus 1:13), agar orang percaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru ( Efesus 4:17-23).
Dengan diberi meterai tersebut seseorang termasuk memiliki karunia sulung roh atau buah sulung Roh.
Dalam Ibrani 12:16 menasehatkan kita : Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
Dalam hal ini Esau gagal menjaga hak kesulungannya dan tidak menganggap penting dengan hak kesulungan yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.
Hal ini menunjukan manusia yang dimeteraikan Roh Kudus bukan berarti tidak akan dapat kehilangan meterainya.
Dengan menerima meterai Roh Kudus seseorang harus hidup lebih berhati-hati dimana ia harus senantiasa taat untuk hidup didalam pimpinan Roh Kudus agar bisa mengerti kehendak Tuhan dan hidup didalam segala jalan kebenaran Tuhan dengan demikian ia tidak mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:13).
Dengan kata lain seseorang yang sudah menerima meterai Roh Kudus ia harus belajar untuk hidup seperti Tuhan Yesus hidup.
Nasehat di atas ini dimaksudkan agar kita tidak hidup lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah (Efesus 4:17) dan tidak memberi kesempatan kepada iblis (Efesus 4:27).
Dalam kitab Wahyu dikatakan bahwa jemaat Efesus ini telah jatuh begitu dalam sehingga harus bertobat (Wahyu 2:5). itulah sebabnya Tuhan Yesus Secara tidak langsung menghendaki atau menganjurkan mereka untuk menang (Wahyu 2:7) dan panggilan ini juga memanggil kita umat Tuhan yang hidup diakhir zaman ini.

Dalam Efesus 1:4 tertulis bahwa orang yang dipilih juga ditentukan untuk menjadi anak-anak-Nya.
Hal ini menunjuk bahwa orang-orang yang dipilih adalah orang-orang yang tidak hanya dikehendaki untuk menjadi orang-orang baik, tetapi harus menjadi seorang yang berkualitas berkeadaan sebagai anak-anak Allah.
Dalam hal ini menjadi anak Allah bukan sekedar status yang diakui oleh manusia atau diakui diri sendiri, tetapi keberadaan sebagai anak-anak Allah yang teruji tetap setia hidup taat dalam kebenaran, hidup didalam penurutan segala kehendak Tuhan dalam segala pengalaman hidup di sepanjang perjalanan waktu hidup ini.
Oleh sebab itu setiap orang percaya harus mengerti tanggung jawabnya untuk hidup kudus dan tidak bercacat sebagai anak-anak Allah.
Jadi, kata "ditentukan" dalam Efesus 1:4, bahwa Tuhan menentukan orang yang diselamatkan mengandung dekrit bahwa orang percaya bukan hanya menjadi orang beragama yang santun, tetapi menjadi sempurna seperti Bapa kita Tuhan Yesus Kristus.

Seseorang yang menjadi Kristen tidak membuat agama Kristennya secara otomatis menjadikan dirinya selamat artinya dikembalikan ke rancangan Allah.
Hal ini harus diresponi dengan perjuangan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, bersedia menanggalkan beban dan dosa dan masuk kedalam perlombaan yang diwajibkan yaitu pertandingan iman dimana orang percaya ditunjuk Tuhan bisa memenangkan pertandingan kehidupan dalam setiaan kepada Tuhan dan penurutan terhadap kehendak-Nya.
Hendaknya kita tidak berpikir bahwa kalau seseorang ke gereja dan mengaku percaya, kemudian secara ajaib atau secara mistik bisa menjadi lahir baru dan kemudian tidak perlu lagi memeriksa hidupnya setiap waktu dihadapan Tuhan.
Bahkan ketika seseorang berdoa: ubahkan aku Tuhan, ia tentu tidak secara otomatis dalam waktu singkat menjadi berubah secara signifikan.
Perubahan hanya bisa terjadi ketika seseorang berjuang untuk mengerti dan meresponi Firman Tuhan setiap hari dan berusaha untuk berubah melalui proses kehidupan setiap hari dengan mengenakan kebenaran Firman-Nya.
Terkait dengan hal ini kita harus memahami pengertian kasih karunia. Kasih karunia selama ini dipahami sebagai pemberian dari Allah yang tidak berdasarkan kebaikan manusia atau kelayakan manusia yang menerima pemberian tersebut.
Pada dasarnya kasih karunia sama artinya dengan anugerah.

Perlu menjadi catatan, kasih karunia tidak mengurangi tanggung jawab manusia. Dalam seluruh bagian Alkitab tidak pernah manusia bisa hidup tanpa tanggung jawab, kewajiban, panggilan atau apapun namanya sebagai makhluk yang agung yang karuniai Tuhan memiliki kehendak didalam dirinya sendiri.
Tanggung jawab dan kewajiban adalah kata yang paling tidak disukai kalau orang berbicara mengenai kasih karunia.
Sebab seakan-akan kata ini menghilangkan nilai kasih karunia, padahal tidak.
Kasih karunia menjadi kasih karunia kalau manusia bertanggung jawab atas kasih karunia tersebut.
Kalau orang percaya bisa hidup tanpa tanggung jawab maka Paulus tidak akan berkata bahwa ia harus berusaha untuk berkenan kepada Allah (2 Korintus 5:9-10). Paulus mengemukakan bahwa semua orang harus mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan.
Harus dipahami bahwa kalau seseorang bertanggung jawab atas kasih karunia yang Tuhan telah berikan maka ia akan mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar (Filipi 2:12) memberi diri melayani Tuhan hidup didalam segala penurutan kehendak-Nya, hidup didalam kebenaran-Nya, memiliki irama hidup mengejar perkenanan Tuhan tanpa batas hingga menjadi serupa seperti Tuhan Yesus dan menularkannya kepada orang lain untuk hidup didalam kasih karunia Tuhan yang tentunya harus diresponi dengan tanggung jawab.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar