Kamis, 31 Maret 2016

MENGENAL KESELAMATAN DALAM TUHAN YESUS KRISTUS


Efesus 2:8-10
(8)Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
(9)itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
(10)Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Keselamatan dalam Yesus Kristus memang sangat unik dan tidak akan dijumpai dalam agama manapun. Sebagai orang percaya kita harus dapat memahami isi keselamatan tersebut. Ada tiga aspek penting dari keselamatan, yaitu:

Pertama, dipulihkannya hubungan antara manusia dengan Penciptanya.  Manusia yang terpisah dari Tuhan dapat kembali berhubungan denganNya tanpa ragu-ragu lagi, sebab semua dosa dan pelanggarannya telah ditanggung oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Ia bersedia menjadi manusia untuk menebus dosa-dosa kita, bukankah itu anugerah? Keselamatan dianugerahkan-Nya bukan karena jasa yang kita lakukan, tetapi murni kasih karunia. Tidak ada alasan sama sekali untuk sombong. Ini yang membedakan Kekristenan dengan agama-agama lain. Agama dapat digambarkan sebagai garis dari bawah ke atas, yaitu usaha manusia mencapai Tuhan; tetapi anugerah dalam Yesus Kristus dapat digambarkan sebagai garis dari atas ke bawah, yaitu usaha Tuhan menjangkau manusia. Maka orang yang benar-benar memiliki keselamatan akan memancarkan hubungan pribadinya yang intim denganNya.

Kedua, perubahan karakter yang berlangsung terus menerus sampai seseorang menutup mata. Dari karakter manusia yang berdosa menjadi seorang yang berkarakter Kristus; bukan sekedar seperti Kristus, tetapi mengenakan pribadi dan perasaan Kristus, karena memang manusia diciptakan segambar dengan Dia. Dalam hal ini, keselamatan bukan hanya terhindar dari neraka dan diperkenan masuk Sorga, tetapi usaha Tuhan mengembalikan kita kepada rancangan-Nya,  menjadi pribadi pribadi yang taat pada kehendak Tuhan. Oleh sebab itu seseorang yang benar-benar memiliki keselamatan dalam Yesus Kristus, karakternya akan semakin indah luar biasa. Ia semakin menampilkan pribadi agung sebagai anak-anak Allah Bapa.

Ketiga, pengharapan memerintah bersama dengan Tuhan Yesus dalam dunia yang akan datang, yaitu di langit baru dan bumi baru. Orang percaya yang mengikut Tuhan Yesus dengan benar akan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Jadi kita bukan hanya diperkenankan masuk kedalam kerajaan sorga tetapi juga memerintah dalam kerajaan-Nya bersama dengan Dia,
Lukas 22:28-30 Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku,
bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Tentu kesungguhan kita mengiring Tuhan Yesus bukan karena kedudukan tersebut, tetapi kita dapat bersama-sama dengan Dia senantiasa. Maka orang percaya yang benar, tidak akan memandang kematian sebagai sesuatu yang menakutkan, tetapi sebagai jembatan emas menuju kemuliaan. Ia dapat berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp 1:21).

Keselamatan adalah hubungan yang pulih, perubahan karakter kearah memiliki karakter Kristus, dan pengharapan memerintah dengan-Nya

Amin.


KEPADA SIAPA KITA MENGABDI ?


Yosua 24:15 "Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

Hari ini hidup kita dihadapkan dengan banyak pilihan. Bahkan jauh lebih banyak daripada beberapa tahun yang lalu. Masuklah ke pasar swalayan atau hipermarket, dan kita akan melihat betapa banyaknya merek dan jenis mi instan, minyak goreng, atau susu bubuk. Atau masuklah ke Internet dan lihatlah betapa banyak situs yang bisa kita gunakan untuk membaca berita. Dalam hidup ini kita juga sering harus menentukan pilihan yang penting, seperti jodoh maupun pekerjaan.

Alkitab juga menceritakan para tokoh Alkitab dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang penting, dan salah memilih bisa berakibat fatal. Sebagai contoh, Adam dan Hawa memilih untuk mendengarkan dan memercayai perkataan ular, dan akibatnya mereka jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:6–7). Yudas Iskariot memilih untuk menyerahkan Tuhan Yesus kepada orang-orang Yahudi yang memusuhi-Nya (Mat. 26:14–15) dan ia kehilangan keselamatannya (Mat. 27:4–5).

Kita semua dihadapkan pada pilihan yang terpenting, yaitu memilih kepada siapa kita akan mengabdi. Kata “ibadah” yang digunakan dalam Yos. 24:15 ialah (`âbad) yang bermakna “mengabdi”, “menjadi hamba”, “bekerja bagi…” Tantangan kepada bangsa Israel ini diberikan oleh Yosua, yang sangat mengerti apa artinya mengabdi.
Ia memulai kiprahnya sebagai abdi Musa (Kel. 24:13) dan setelah Musa meninggal, barulah ia menggantikan Musa sebagai pemimpin bangsa Israel. Bahkan sebagai pemimpin Israel, Yosua pun masih disebut abdi Musa (Yos. 1:1) dan Tuhan masih menyebut Musa hamba-Nya (Yos. 1:2). Jadi Yosua memang mulai memimpin Israel sebagai bayang-bayang Musa. Tetapi Tuhan tidak salah memilih Yosua. Yosua seorang yang berprinsip, dan sepenuhnya mengabdikan hidupnya kepada Tuhan. Karena itu setelah Yosua meninggal, barulah ia disebut “hamba Tuhan” (Yos. 24:29).

Mengabdi kepada Tuhan kedengarannya sederhana, tetapi kenyataannya tidak. Nenek moyang bangsa Israel menyembah allah lain, dan berkali-kali bangsa Israel meninggalkan Tuhan dan menyembah allah-allah lain. Dan terbukti, setelah Yosua meninggal pun mereka kembali menyembah allah-allah lain (Hak. 2:10-13).
Hakim-hakim 2:10-13 Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.
Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.
Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.

Kini tantangan Yosua kembali bergema di telinga kita. Kepada siapa kita mau mengabdi? Kalau kita tidak mengabdi kepada Tuhan Yesus, berarti kita mengabdi kepada diri kita sendiri, kepada dunia, atau harta, yang pada hakikatnya adalah mengabdi kepada iblis. Kalau kita tidak mau memilih, itu juga sebuah pilihan, tetapi sayangnya sama juga dengan memilih Iblis. Memilih Tuhan Yesus berarti rela mempersembahkan segenap hidup kita kepada-Nya. Sudahkah kita menentukan pilihan?

Jangan salah menentukan pilihan. Pilihlah untuk mengabdi kepada Tuhan kita Yesus Kristus.

Amin.

PERLOMBAAN YANG DIWAJIBKAN BAGI ORANG PERCAYA


Ibrani 12:1-5
(1)Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
(2)Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
(3)Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
(4)Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.
(5)Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;

Memang selama hidup di dunia ini kita mempunyai kebutuhan hidup jas­mani. Namun segala usaha kita untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani itu tidak boleh mengurangi usaha untuk mencapai kesempurnaan di dalam Tuhan. Jika seseorang menganggap bahwa mengusahakan kebutuhan jasmani lebih penting daripada mencapai kesempurnaan, berarti ia mempertuhankan perut dan berkate-gori duniawi,
Filipi 3:19 "Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi".
Pernyataan ini terkesan berlebihan dan menekan, tetapi inilah kenyataannya, bahwa Tuhan memang menghendaki orang percaya sempurna dalam seluruh kegiatan hidupnya. Untuk ini seseorang harus menanggalkan beban dan dosa (Ibr. 12:1). Beban artinya keterikatan dengan dunia ini, atau percintaan dunia. Dosa yang dimaksud di sini adalah keterikatan seseorang dengan keinginan daging, atau hasrat dosa dalam dagingnya.

Penulis surat Ibrani menggambarkan usaha menuju kesempurnaan ini sebagai “perlombaan yang diwajibkan bagi kita”. Dan perlombaan ini menuntut iman yang sempurna seperti Yesus, yang ditandai dengan ketaatan-Nya kepada Bapa di Sorga (ay. 2), karena itu sering disebut “perlombaan iman”. Kalau perlombaan ini wajib, mengapa hari ini banyak orang Kristen lebih memprioritaskan pemenuhan kebu-tuhan jasmaninya daripada mengejar kesempurnaan?

Berusaha menjadi sempurna tidak berarti mengurangi waktu kerja, tidak berarti harus menjadi aktivis gereja, bahkan tidak berarti harus menjadi pendeta. Berusaha menjadi sempurna berarti selalu dalam sikap berjaga-jaga, terus be­lajar melakukan segala sesuatu tepat seperti yang Bapa kehendaki. Belajar me­menuhi apa yang dikatakan Firman Tuhan, yaitu “jika kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita harus melakukan semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” (1Kor. 10:31) Berarti, justru pergumulan dalam latihan melakukan kehendak Tuhan dengan benar ialah pada waktu kita ada di kantor, toko, tempat kerja, sekolah, pergaulan, di tengah-tengah keluarga. Kesempurnaan bukan hanya ditemukan pada waktu kita melakukan kegiatan di lingkungan gereja. Justru proses pembelajaran­nya lebih efektif dan kondusif saat di luar lingkaran kegiatan gerejawi. Di luar tembok gereja, di sanalah kita harus menunjukkan bahwa Kristus ada di dalam diri kita dan kita harus menjadi Garam dan Terang bagi kehidupan manusia agar lewat kesaksian hidup kita nama Tuhan Yesus yang dipermuliakan dan banyak jiwa dimenangkan datang kepada Tuhan Yesus dan diselamatkan.

Matius 5:13-16  "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Amin.

UNDANGAN DARI KERAJAAN TUHAN YESUS


Matius 22:14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Tuhan Yesus berkata bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih. Di dalam  Tuhan Yesus menyampaikan pernyataan ini sesudah Ia mengemukakan perumpamaan mengenai orang-orang istimewa yang tidak merespon undangan seorang Raja yang mengadakan pesta perjamuan (Matius 22:1-14). Di mana akhirnya Raja itu mengundang semua orang yang ada di perempatan jalan, siapa pun yang bisa dan yang mau menerima undangan, agar ruangan pesta penuh dengan tamu. Ketika Raja itu mengundang semua orang yang bisa diundangnya, didapati ada tamu yang tidak memakai pakaian pesta. Tamu yang tidak memakai pakaian pesta tersebut dibuang ke dalam kegelapan yang paling gelap. Dalam hal ini, walaupun Raja menginginkan ruangan pestanya dipenuhi tamu undangan, tetapi Raja tetap pada integritasnya, bahwa hanya orang yang memakai pakaian pesta yang layak ada di dalam pesta tersebut. Hal ini menunjuk bahwa sekalipun Tuhan tidak menginginkan seorang pun binasa, tetapi tanpa kesucian hidup sesuai dengan standar Tuhan, seseorang tidak akan berkenan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Tindakan orang-orang yang menolak undangan, menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati Raja yang mengundangnya atau tidak mengakui eksistensi Raja tersebut sebagai penguasa. Sedangkan tamu yang tidak memakai pakaian pesta menunjukkan ketidakseriusannya menanggapi undangan Raja tersebut. Orang itu menganggap remeh Raja yang mengundangnya. Tamu istimewa yang menolak undangan Raja menunjuk orang-orang Yahudi yang sebenarnya tidak terlalu perlu mempersoalkan pakaian pesta, sebab mereka orang-orang yang sudah terlatih memiliki moral yang baik karena torat yang mereka miliki. Adapun semua orang yang ada di perempatan jalan menunjuk orang-orang yang tidak memiliki kehidupan yang baik. Mereka harus berjuang untuk mengenakan pakaian pesta. Ini menunjuk kepada bangsa-bangsa di dunia dengan segala budaya mereka yang jauh dari standar moral yang baik. Mereka harus berjuang memiliki moral yang baik untuk masuk pesta perjamuan yang diadakan Raja. Hal ini menunjuk bahwa menjadi pengikut Tuhan Yesus yang bisa masuk ke dalam Kerajaan-Nya, tidak mudah. Seseorang harus berjuang memiliki kesucian hidup yang sejajar dengan pakaian pesta. Perumpamaan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus jelas sekali mengetengahkan pesan bahwa mengikut Tuhan Yesus berarti harus bersedia tunduk kepada Tuhan.

Dari perumpamaan tersebut kita memperoleh pelajaran rohani yaitu kenyataan adanya orang-orang yang tidak mau kesibukannya diusik. Mereka sudah merasa nyaman dengan situasi hidup yang mereka miliki. Mereka tidak ingin memiliki dunia lain, sebab mereka telah memiliki dunia mereka sendiri. Hal ini menggambarkan kehidupan orang yang tidak bersedia masuk ke dalam suasana Kerajaan Allah atau pemerintahan Allah. Mereka tidak bersedia menggelar hidup sesuai dengan yang dikatakan dalam Doa Bapa Kami: datanglah Kerajaan-Mu. Mereka telah memiliki kerajaannya sendiri dan tidak ingin eksistensi kerajaan mereka terganggu. Sebenarnya secara tidak disadari orang-orang seperti ini seperti Lusifer yang mau membangun dan memiliki takhtanya sendiri.

Sejatinya, mereka adalah orang-orang yang tidak bersedia menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan. Kalau mereka menghormati Raja tersebut secara pantas, bagaimana pun keadaan mereka, mereka akan tinggalkan demi kesenangan Raja yang terhormat tersebut. Rupanya kesibukan yang mereka miliki dianggap lebih penting dari undangan Raja tersebut. Orang-orang seperti ini sama dengan orang-orang Kristen yang tidak menghormati Tuhan secara pantas. Mereka menyediakan diri sangat terbatas bagi Tuhan. Mereka merasa sudah memenuhi undangan hanya karena sudah ke gereja setiap hari Minggu. Banyak hal yang seharusnya mereka dapat lakukan bagi Raja di atas segala raja tersebut, tetapi ternyata mereka lebih mementingkan banyak hal lain. Orang-orang seperti ini sebenarnya belum memenuhi panggilannya secara benar sebagai orang percaya yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan.

Lukas 21:34-36 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Amin.

PERJUANGAN MERESPON ANUGRAH TUHAN YESUS DENGAN BENAR






Efesus 2:8-10
(8)Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
(9)itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
(10)Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Perjuangan orang percaya menuju kesempurnaan seperti Bapa adalah perjuangan tiada henti didalam kehidupan kita. Kalau Tuhan Yesus mengatakan harus sempurna, siapakah kita ini, sehingga kita bisa menawar untuk mengurangi standar tersebut? Kelemahan dan kekurangan manusia tidak mungkin dijadikan alasan untuk membenarkan seseorang untuk hidup kurang sempurna.

Perjuangan ini juga bukan hanya bagi rohaniwan Kristen, melainkan untuk setiap orang percaya. Kalau Tuhan membandingkan dengan ahli Taurat dan orang Farisi, berarti standar moral seorang Kristen harus lebih dari tokoh-tokoh agama lain mana pun.
Matius 5:20 "Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga".

Oleh sebab itu setiap orang Kristen harus berusaha mencapainya dengan segala kemampuan yang dianugerahkan Tuhan.
Semua itu merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi dan tidak bisa dihindari bagi orang yang mau menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan mengakui otoritas-Nya. Tetapi syarat ini bukan sebuah jasa atau penentu keselamatan. Penentu keselamatan adalah pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib, yang merupakan jalan keselamatan yang diberikan Allah dengan cuma-cuma, bukan hasil perbuatan baik. Dalam hal ini kita harus dapat membedakan antara menerima keselamatan sebagai anugerah dan merespons anugerah itu melalui pengakuan atas otoritas-Nya.

Maka kalau kita berpikir bahwa usaha untuk mencapai kesempurnaan bertentangan dengan, atau dapat merusak doktrin teologia sola gratia (keselamatan hanya oleh anugerah, ay. 8), itu suatu pandangan yang sangat keliru.
Berusaha untuk menjadi sempurna bukan upaya manusia untuk meraih keselamatan, melainkan respons terhadap anugerah yang disediakan oleh Tuhan. Harus diingat, bahwa Ia menghendaki agar orang percaya hidup dalam kebaikan yang disediakan Bapa (ay. 10). Tentu yang dimaksud di sini adalah kebaikan standar Tuhan Yesus Kristus.

Kesempurnaan yang dikehendaki oleh Tuhan adalah mengenakan pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus (Flp. 2:5–7). Orang-orang yang sungguh-sungguh telah menerima keselamatan atau sedang mengerjakan keselamatan pasti berusaha untuk sempurna (Flp. 2:12).
Filipi 2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,

Tuhan Yesus adalah pribadi yang sempurna seperti Bapa, yang tampil bukan hanya dikagumi tetapi juga diteladani. Dalam perjalanan pertumbuhan rohani seseorang yang sungguh-sungguh meng-usahakan kesempurnaan, akhirnya ia menampilkan kehidupan Yesus.

Perjuangan untuk menjadi sempurna adalah respons terhadap anugerah keselamatan.

Matius 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Amin

Selasa, 29 Maret 2016

"DIINGINI-NYA DENGAN CEMBURU" (BAGIAN 2)


Yohanes 15:13-15
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Kalau manusia seperti hewan yang tidak punya roh, maka Tuhan tidak akan mengingini apa pun dalam diri manusia. Tetapi manusia memiliki roh dari Allah yang bersifat kekal. Itulah yang membuat Tuhan menjadi cemburu dan gusar. Ia berusaha untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya, yaitu menjadi sekutu-Nya. Tanpa memahami kegusaran Tuhan, manusia tidak berbeda jauh de-ngan hewan. Hewan menjalankan roda hidupnya berdasarkan nalurinya hanya un­tuk memenuhi kebutuhan fisik atau memuaskan nafsu dagingnya, tetapi menusia seharusnya digerakkan oleh rohnya yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya. Itulah sebabnya Tuhan tidak per­nah bersahabat dengan hewan. Manusialah yang dirancang menjadi sahabat-Nya. Abraham adalah manusia yang disebut sebagai sahabat Tuhan, dan tentu orang-orang yang beriman seperti Abraham juga disebut-Nya sahabat (ay. 15).

Untuk memutuskan rantai persahabatan dengan Tuhan ini, Iblis menawarkan dunia, agar manusia mengingininya. Sama seperti Hawa yang diperdaya oleh ular, demikian pun sekarang Iblis berusaha memperdaya manusia dengan percintaan du­nia. Pernyataan Tuhan Yesus bahwa manusia tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24) juga berarti bahwa kita tidak dapat mengarahkan hasrat kita kepada dua objek.
Matius 6:24 "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Orang yang mendua hati tidak akan memperoleh apa-apa dari Tuhan,
Yakobus 1:7-8 "Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.
Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya".
Di sini kita diperhadapkan dengan pilihan: makan untuk hidup atau hidup untuk makan? Keluarga untuk Tuhan atau Tuhan untuk keluarga? Bisnis untuk Tu­han atau Tuhan untuk bisnis? Kesenangan hidup untuk Tuhan atau Tuhan untuk kesenangan hidup?

Agar menjadi sahabat-Nyalah Tuhan mengajar kita untuk rela kehilangan nyawa.
Matius 16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Kata “nyawa” di sini sebetulnya adalah jiwa (psukhe). Jadi arti ayat ini sebetulnya adalah, kalau manusia mengisi jiwanya dengan hasrat duni­awi, ia akan kehilangan jiwanya, dan rohnya pun akan ikut terseret ke neraka. Tetapi kalau jiwanya diisi dengan hasrat mengingini Tuhan, roh dan jiwanya akan diselamatkan oleh Tuhan dan diperkenankan masuk kedalam kerajaan-Nya.

Dengan cemburu Tuhan menghendaki manusia memiliki jiwa yang indah dalam pemandangan-Nya, yang telah diwarnai dengan Firman Kristus, dapat abadi bersama dengan Dia di Kerajaan-Nya.

Agar menjadi sahabat Tuhan, kita harus rela meninggalkan hasrat duniawi dan menggantikannya dengan hasrat mengingini Tuhan.

Amin.

Senin, 28 Maret 2016

"DIINGINI-NYA DENGAN CEMBURU" (BAGIAN 1)


Yakobus 4:5 Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!"

Pernahkah kita bertanya, mengapa Tuhan begitu memperhatikan keselamatan manusia? Begitu besar perhatiannya kepada manusia, sehingga Ia rela memberikan diri-Nya sendiri untuk keselamatan manusia itu. Apa yang membuat-Nya begitu gelisah terhadap keadaan manusia? Mengapa binatang tidak mendapat perlakuan seperti ini? Berkenaan dengan hal ini, perlulah kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Yakobus.

Yak. 4:5 merupakan salah satu ayat yang sulit dimengerti oleh banyak peneliti Alkitab, dan karenanya menjadi misteri bagi banyak orang sampai hari ini. Untuk memecahkan misteri ayat ini, kita harus mengerti bahwa roh yang dimaksud dalam teks ini adalah roh manusia, bukan Roh Allah. Roh manusia adalah roh yang diberi­kan Allah kepada manusia pada penciptaannya (Kej. 2:7).

Tuhan memperhatikan kita sedemikian rupa, karena Ia mengingini roh yang ditempatkan-Nya di dalam diri kita dengan cemburu. Itu dilakukannya bukan tanpa alasan. Kata “tanpa alasan” dalam teks aslinya ditulis (kenōs) yang bisa berarti “sia-sia” atau “tanpa tujuan”. Bukan tanpa alasan, atau bukan tidak ada kebenarannya, atau bukan tidak ada artinya kalau Alkitab mengatakan bahwa roh yang ditempatkan di dalam diri kita diingini-Nya dengan sangat kuat. “Dengan cemburu” maksudnya Tuhan tidak mengingini roh yang ditaruh Tuhan di dalam diri manusia menjadi binasa. Ia tidak menghendaki roh yang dari Allah itu men­jadi binasa.
Itulah sebabnya Ia sangat mengingininya dengan cemburu. Ia bertindak demikian sebab roh dalam diri manusia itu berasal dari diri-Nya (Pkh. 12:7).
Pengkhotbah 12:7 "dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya".
Tu­han tidak menghendaki roh manusia yang kekal itu tertaut pihak lain, seperti yang terjadi sebab percintaan dunia. Ia cemburu kepada pihak lain itu dunia atau Iblis.

Tuhan mengingini roh itu, sebab sangat mengerikan kalau roh itu diseret oleh jiwa yang rusak menuju api kekal. Setelah tubuh manusia tidak berfungsi, maka roh bersatu dengan jiwa kesadaran manusia itu. Iblis berusaha merusak jiwa ma­nusia agar menggerakkan kehidupan ini (juga tubuhnya) untuk melawan Tuhan. Iblis berusaha agar manusia tidak diselamatkan, yaitu dengan cara menghalangi terjadinya kelahiran baru, sehingga roh manusia itu tetap tidak dapat menguasai kehidupannya. Iblis berusaha agar manusia terus hidup dalam kedagingan supaya binasa. Sebagai orang percaya kita harus mewaspadai hal ini, agar roh kita tidak terseret ke dalam api kekal, tetapi dapat kembali menjadi milik Tuhan.

Roh kita yang diingini Tuhan dengan cemburu harus kembali menjadi milik-Nya.
Jadi jangan lagi melukai hati Tuhan dengan mengadakan percabulan dengan percintaan akan dunia ini, sebab roh yang ada pada kita sekarang adalah berasal dari Dia, dan selalu menjadi milik-Nya dan Ia menginginkan roh yang ada pada kita selalu dalam persekutuan yang intim dan melekat dengan-Nya, tentu hal ini membuat anak anak Tuhan menjadi pribadi pribadi yang berprilaku sesuai dengan keinginan Allah Bapa di sorga yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.

Amin.

KEGENTARAN AKAN TUHAN


Matius 10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.

Kalau hati seorang anak Tuhan nyambung dengan hati Bapa atau memiliki persekutuan dengan Bapa secara permanen maka ciri yang paling kuat antara lain “kegentaran akan Tuhan”. Kegentaran akan Tuhan berangkat dari kedahsyatannya terhadap kekudusan Tuhan kita Yesus Kristus. Bukan hanya kegentaran akan kuasa Tuhan atau karena Tuhan Yesus bisa membinasakan jiwa maupun tubuh dan membuangnya ke dalam neraka. Kegentaran akan kuasa Tuhan berdampak pada keyakinan terhadap kuasa Tuhan yang memberi kekuatan menghadapi segala masalah. Kegentaran terhadap kesucian-Nya akan membangkitkan atau membuahkan kesucian hidup yang tiada tara. Orang seperti ini tidak akan merasa nyaman sebelum mencapai kesucian hidup seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Inilah yang mengobarkan perasaan haus dan lapar akan kebenaran yang sejati. Kesucian hidup seperti Bapa dimaksudkan agar orang percaya “mengambil bagian dalam kekudusan Allah”.
Ibrani 12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Mengapa kita harus mengalami kegentaran tersebut? Sebab Tuhan menghendaki kita menjadi anak-anak-Nya yang memiliki kekudusan seperti Dia, agar kita beroleh bagian dalam persekutuan dengan Tuhan secara benar. Itulah sebabnya Tuhan berkata: Kuduslah kamu sebab Aku kudus (1Pet. 1:16-17).
Pada dasarnya kegentaran akan Tuhan sama dengan takut akan Tuhan dalam stadium tinggi. Takut akan Tuhan dalam stadium tinggi ini akan memacu seseorang menghormati Tuhan secara pantas dan tidak akan berbuat sesesuatu yang melukai hati Tuhan. Masalahnya adalah tidak mudah memiliki kegentaran akan Tuhan ini. Banyak orang yang tidak bertumbuh dalam iman sehingga tidak bertumbuh pula dalam kegentaran akan Tuhan. Biasanya mereka masih hidup dalam dosa, atau kalau tidak melakukan pelanggaran moral secara umum, mereka masih hidup dalam pengendalian kepada diri sendiri.
Tanpa kegentaran akan Tuhan seseorang tidak mungkin mencapai kesucian hidup yang sesuai dengan kesucian Tuhan. Untuk bisa meraih kegentaran akan Tuhan ini seseorang harus mengenal Tuhan dengan benar dan mengalami kehadiran Tuhan secara nyata setiap hari. Orang yang memiliki kegentaran akan Tuhan selama hidup di dunia ini, akan tahan berdiri di hadapan Anak Manusia. Tetapi orang yang tidak memiliki kegentaran akan Tuhan akan mengalami ketakutan yang hebat pada waktu berhadapan dengan Tuhan pada saat seseorang sudah menutup mata atau pada saat Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya datang yang ke 2 kali. Mereka pasti tidak akan tahan berdiri di hadapan Anak Manusia yaitu Tuhan Allah kita Tuhan Yesus Kristus.

Lukas 21:36
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Amin.

MENGENAKAN HIDUP TUHAN YESUS


Yohanes 16:12
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.

Ketika murid-murid belum dewasa, sulit bagi Tuhan Yesus untuk menjelaskan kepada mereka bagaimana seharusnya hidup sebagai pengikut-Nya. Tuhan Yesus berkata: Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
Kata menanggung dalam teks aslinya adalah "bastazo" yang juga bisa berarti memahami atau mengerti untuk dikenakan. Seperti ketika Tuhan Yesus mencuci kaki murid-murid-Nya, Ia berkata bahwa mereka tidak mengerti yang dilakukan oleh Tuhan, tetapi suatu hari nanti mereka mengerti. Semua penjelasan ini hendak menunjukkan bahwa ada kawasan rohani yang sangat tinggi dan mulia yang tidak mudah dimengerti oleh mereka yang belum dewasa. Kedewasaan rohani dan pengertian terhadap kebenaran memang bertumbuh secara bertahap dan ketat. Dalam hal ini bisa dimengerti betapa sabarnya Tuhan Yesus menghadapi kebodohan murid-murid-Nya. Selama beberapa tahun mereka bersama-sama dengan Tuhan, tetapi mereka masih belum mengerti maksud tujuan kedatangan Tuhan Yesus. Pikiran mereka masih duniawi dan mengharapkan kenyamanan duniawi.

Selama itu murid-murid merasa belum memiliki standar hidup yang wajar, karena mereka masih hidup sebagai bangsa yang tertindas oleh kekuasaan Romawi. Mereka berharap Tuhan Yesus dapat membebaskan mereka dari keadaan tersebut. Dalam hal ini standar hidup mereka bukanlah standar hidup yang dikehendaki oleh Tuhan. Ketika Tuhan berkata agar orang percaya mendahulukan Kerajaan Allah, Tuhan menunjukkan bahwa mereka belum memiliki standar hidup keluarga Kerajaan Allah. Di sini terjadi conflict of interest (konflik kepentingan). Selama pikiran murid-murid masih terikat dengan pola berpikirnya yang salah, maka mereka tidak pernah mengerti kebenaran-kebenaran yang terdapat dalam Injil. Level kekristenan mereka masih di kawasan keberagamaan yang belum memampukan mereka menjadi terang atau saksi bagi dunia.

Maksud Injil ditulis bagi orang-orang Yahudi adalah agar mereka keluar dari cara hidup keberagamaan Yahudi dan mengenakan gaya hidup yang telah dikenakan oleh Tuhan Yesus. Bagi orang non-Yahudi, Injil bermaksud untuk menarik mereka keluar dari hidup yang tidak mengenal Tuhan yang mereka kenakan selama ini, kemudian mengenakan hidup baru yang dikehendaki oleh Tuhan. Kehidupan yang telah keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib adalah kehidupan yang tidak dimengerti sebelum seseorang benar-benar mengalaminya. Berkenaan dengan hal ini dibutuhkan ketekunan yang sama dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, yaitu “tetap di dalam Firman”.
Yohanes 8:31-32  Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Tetap di dalam Firman artinya bertekun belajar kebenaran Firman Tuhan sampai semua unsur cara pandang dunia/cara pandang orang yang tidak mengenal jalan Tuhan dalam pikirannya digantikan oleh kebenaran Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Bila proses ini berlangsung dengan baik, maka orang percaya mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan ini membuat seseorang lebih dari sekadar beragama, tetapi sungguh-sungguh menjadi (berkeadaan sebagai) anak-anak Allah yang di kehendaki Tuhan. Dengan ketekunan untuk keluar dari cara hidup yang mereka warisi dari nenek moyang, maka mereka menjadi orang-orang yang bukan saja dapat mengaku sebagai anak-anak Allah, tetapi sungguh-sungguh berkeberadaan sebagai anak-anak Allah yang bisa dinikmati oleh Tuhan dalam pemandangan-Nya.

1 Petrus 2:9-10 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Amin

PENGERTIAN YANG BENAR TENTANG "MENGUMPULKAN HARTA DI SORGA"


Matius 6:19-24 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Dari perkataan Tuhan Yesus Kristus sendiri, Tuhan menghendaki dan memerintahkan agar kita harus mengumpulkan harta di sorga. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di sorga itu? Terdapat bermacam-macam penafsiran terhadap pengertian mengumpulkan harta di sorga. Ada yang mengartikan mengumpulkan harta di sorga adalah kegiatan pelayanan di gereja. Mereka menghabiskan waktu mereka untuk kegiatan-kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan rohani, yaitu kegiatan yang ada di lingkungan tembok gereja. Dengan kegiatan tersebut mereka meyakini Tuhan akan memberikan upah di dalam sorga nanti. Tanpa sadar mereka berpikir, bahwa semakin banyak dan aktif kegiatan mereka di gereja, maka upah yang diterima di sorga nanti lebih besar. Dengan pandangan ini berarti hanya mereka yang memiliki banyak kegiatan di gereja yang memperoleh upah besar di sorga. Karena konsep yang salah ini banyak orang Kristen yang mengorbankan tanggung jawabnya di rumah, pekerjaan, bisnis dan lain sebagainya demi kegiatan gereja. Dengan pernyataan ini bukan berarti kegiatan di lingkungan gereja tidak perlu. Tetapi hendaknya kita memahami dengan tepat apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di sorga, sehingga kita menempatkan kegiatan gereja secara proporsional.

Ada pula yang mengartikan mengumpulkan harta di sorga sebagai memberikan uang atau harta kepada kegiatan gereja. Mereka berpendapat bahwa dengan melakukan tindakan tersebut diyakini memperoleh barter imbalan kekayaan dalam Kerajaan Sorga. Dengan pandangan ini mereka berpikir bahwa semakin banyak uang atau harta diberikan untuk kegiatan pelayanan gerejani maka upah mereka semakin besar di sorga. Telah terpatri dalam pikiran banyak orang Kristen bahwa dengan menyumbangkan uang mereka untuk kegiatan gereja mereka mengumpulkan harta di sorga. Jika dipahami bahwa semakin banyak uang atau harta diberikan ke gereja maka semakin besar upah di sorga, maka hanya orang-orang kaya yang memperoleh upah dan harta besar di sorga. Pernyataan ini bukan berarti dimaksudkan agar kita tidak perlu mendukung pelayanan pekerjaan Tuhan dengan uang kita. Kita harus mencari uang sebagai pengabdian kita kepada Tuhan sebab uang adalah sarana untuk melayani Tuhan. Tetapi hendaknya kita memahami pengertian mengumpulkan harta di sorga dengan tepat.

Menjawab pertanyaan apakah yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di sorga, terebih dahulu kita harus memahami apakah yang dimaksud dengan harta di sorga itu. Harta di sorga bisa memiliki dua pengertian, dan keduanya bertalian.
Pertama, harta di sorga adalah Tuhan sendiri. Mengenai bagaimana keadaan di sorga nanti bukanlah hal yang penting, sebab yang terpenting bertemu dengan Tuhan muka dengan muka nanti. Tuhanlah kerinduan orang percaya. Penjelasan ini tidak lengkap tanpa penjelasan harta di sorga dari dimensi kedua.
Kedua, harta di sorga adalah nurani kita yang benar sesuai dengan nurani Tuhan. Dalam Matius 6:22-23 Tuhan Yesus berkata: Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Mata dalam teks ini adalah nurani. Kalau nurani seseorang “terang” atau sesuai dengan Tuhan, maka semua yang dilakukan pasti sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.

Kalau kebenaran sudah sampai pada nurani maka kebenaran batin telah dicapai, maka kesucian hidup yang sejati dicapai. Kesucian Kristiani bukan hanya berarti tidak berbuat dosa tetapi tidak bisa berbuat dosa lagi. Orang-orang seperti ini dapatlah berjalan bersama dalam fellowship atau persekutuan yang harmoni dengan Tuhan Yesus. Mereka akan dilayakkan menjadi mempelai Tuhan. Anak Tuhan yang mengarahkan menjadi mempelai atau kekasih Tuhan lah yang dikategorikan telah menemukan Tuhan. Tuhan sudah dimiliki sebagai harta. Dengan demikian mengumpulkan harta di sorga berarti mengembangkan manusia sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Orang-orang seperti ini pasti memberi waktu untuk mengambil bagian dalam pelayanan gerejani dan mendukung pekerjaan Tuhan dengan hartanya tanpa batas. Inilah sesungguhnya perjalanan musafir pengikut Kristus yang sejati.

Amin

Minggu, 27 Maret 2016

PANGGILAN SORGAWI


Filipi 3:7-9
(7)Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
(8)Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. (9)Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

Kitab filipi adalah surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat atau orang-orang Kristen di kota Filipi kira-kira pada tahun 50 sampai 60 Masehi (20-30 tahun setelah Tuhan Yesus naik ke sorga). Ketika Paulus menulis surat Filipi ini, ia sedang ada dalam penjara, kemungkinan besar penjara yang ada di di Roma, sebab waktu itu Paulus di penjara di kota Roma. Di dalam suratnya Paulus menyaksikan pengalaman pribadinya dengan Tuhan, khususnya dalam Filipi 3.
Isi Filipi 3 adalah pengalaman Paulus bertemu dengan Tuhan. Pertemuan dan pengenalan pribadi Paulus dengan Tuhan membuat cara Paulus memandang keindahan dunia berubah. Keindahan dunia menjadi tidak berarti lagi di dalam pemandangan matanya. Setelah Paulus mengenal Tuhan Yesus, kerinduannya adalah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana dirinya menjadi serupa dengan Tuhan Yesus dalam kematian-Nya dan supaya dirinya akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Kesimpulannya, setelah mengenal Tuhan Yesus, ia merindukan untuk menjadi anak Tuhan yang berkenan kepada-Nya atau melakukan kehendak Allah. Itulah sebenarnya yang dimaksud dengan panggilan sorgawi.
Filipi 3:10-11 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Sayang sekali, banyak orang tidak mengerti panggilan sorgawi ini. Banyak orang Kristen menjalani hidup bukan karena panggilan sorgawi tetapi karena panggilan duniawi, yaitu bagaimana bisa membangun karir, memiliki pendidikan, mempunyai pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan, menikah, memiliki anak, memilih menantu, mempunyai cucu dan seterusnya. Padahal itu hanyalah panggilan duniawi.
Filipi 3:14 "dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus".
Panggilan sorgawi adalah usaha untuk menjadi anak Tuhan yang berkenan kepada-Nya. Berbicara mengenai menjadi seorang yang berkenan kepada Tuhan, sebenarnya sesuatu yang sangat abstrak. Kalau hidup yang sesuai dengan hukum atau peraturan, hal itu mudah dipahami sebab hukum tertulis, tetapi hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan atau berkenan kepada-Nya adalah sesuatu yang sulit dipahami sebab berdasarkan “selera” Tuhan. Sesuai dengan selera Tuhan atau sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Dalamnya laut dapat diduga hati orang siapa tahu, apalagi hati Tuhan bagaimana bisa tahu? Tetapi Tuhan telah memberikan Roh Kudus di dalam diri kita yang memampukan kita melakukan kehendak-Nya.

Kalau kita percaya bahwa ada Allah yang menciptakan langit dan bumi termasuk menciptakan kehidupan, itu berarti bahwa hidup yang kita miliki ini adalah milik Tuhan sebagai Pencipta. Banyak orang tidak menyadari hal ini atau jujurnya tidak mau menerima kenyataan ini. Kalau dikatakan bahwa iblis itu pencuri artinya bahwa iblis adalah oknum yang mengambil apa yang bukan miliknya (Yohanes 10:10).
Berkenaan dengan hubungannya dengan Allah, berarti iblis ini adalah oknum yang menguasai hidupnya untuk diri sendiri yang seharusnya dipersembahkan bagi Allah, ia mau menguasai takhta Allah.
Manusia yang hidup sesuka hatinya sendiri juga sama seperti iblis yang hendak mengambil takhta yang seharusnya dimiliki Allah (Yesaya 14:13-14). Hidup dengan cara seperti ini juga dimiliki oleh banyak orang hari ini yaitu membangun takhtanya sendiri yaitu mau hidup sesuka hatinya sendiri. Oleh sebab gaya hidup “sesuka hati sendiri” sudah menjadi gaya hidup semua orang, maka gaya hidup itu dianggap wajar. Kita pun sering tanpa sadar juga sudah terbiasa dengan gaya hidup tersebut.

Alkitab mengajarkan siapa pemilik kehidupan ini dan bagaimana harus mengembalikannya kepada Tuhan sebagai pemiliknya. Dalam Yohanes 1:10-12, Yohanes menyaksikan bahwa Firman itu yaitu Tuhan Yesus adalah pemilik kehidupan yang telah menjadi manusia. Ia datang untuk menyelamatkan manusia artinya hendak mengembalikan manusia menjadi manusia seperti rancangan Allah yang semula. Rancangan semula Allah adalah menciptakan manusia yang mengerti apa yang diinginkan oleh Allah Bapa; segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya atau sesuai dengan selera-Nya.
Itulah tujuan manusia diciptakan, yaitu agar manusia memiliki hati yang rela taat kepada Firman Tuhan bisa bertindak atau berperilaku sesuai dengan keinginan Tuhan.

Amin.

PETA BERPIKIR YANG DIUBAHKAN (BAGIAN 3)


1 Petrus 1:18-19 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Setiap orang memiliki peta berpikir. Peta ini terbangun dari paling tidak tiga hal, pertama pengalaman hidup, yaitu reaksi inderanya terhadap peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi didalam kehidupannya.
Kedua, berbagai filosofi hidup yang diserapnya.
Ketiga, gen yang dimiliki masing-masing individu dengan karakteristiknya yang khusus dan khas.
Siapa anda hari ini adalah akumulasi dari pengalaman masa lalu anda.
Melihat hidup seseorang maka dapat melihat masa lalu atau perjalanan hidupnya dan gen yang diwariskan dari nenek moyang. Kedatangan Tuhan Yesus hendak memperbaharui peta berpikir ini. Inilah yang dimaksud dengan menebus kita cari cara hidup yang sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang.

Tentu untuk proses penebusan tersebut dibutuhkan keaktifan ke dua belah pihak. Dari pihak Tuhan tentu tidak perlu diragukan,Tuhan melalui Roh Kudus menuntun kita kepada segala kebenaran dan kita harusnya memberi diri untuk diperbaharui dari hari ke hari.

Berbicara mengenai cara kita mengubah peta berpikir kita kepada apa yang Tuhan Yesus kehendaki bisa kita temukan di isi mandat/amanat agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:18-20. Dalam teks bahasa Yunani dalam ayat ini terdapat kata “tereo” yang bisa berarti to observe (mempelajari; mengamati, berpegang teguh).
Dalam ayat ini juga ditemukan kata “perintah” dalam teks aslinya dari kata entellomai, yang juga bisa diartikan tuntutan atau instruksi.
Dengan demikian, orang percaya harus mempelajari atau mengamati dengan seksama semua yang diperintahkan, diinstruksikan atau dituntut oleh Tuhan. Jadi orang percaya bukan hanya melakukan perintah tanpa pengertian apa yang diperintahkan, diinstruksikan dan dituntut oleh Tuhan, tetapi juga mengerti makna atau esensi dari perintah, instruksi atau tuntutan-Nya tersebut.
Dengan kalimat lain, Tuhan ingin kita diajar berpikir cerdas untuk mengerti kehendak Tuhan bukan hanya sekedar melakukan. Di sini yang hendak diajarkan adalah cara berpikir atau sistim berpikirnya Tuhan.
Kedatangan Tuhan Yesus memberi gen baru dalam kehidupan orang percaya, inilah “kuasa” supaya dapat menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12).
Roh Kudus yang dimateraikan dalam diri orang percaya adalah gen baru. Kalau orang percaya tidak aktif berjalan dalam pimpinan Roh melalui pembaharuan Firman setiap hari, semua ini menjadi sia-sia. Talenta yang diberikan sia-sia.
Anugerah yang besar ini hendaknya tidak disia-siakan. Oleh sebab itu kalau seorang Kristen mengerti anugerah yang besar ini, ia pasti tidak akan memfokuskan diri kepada perkara-perkara duniawi.

Perlu dipahami bahwa sistem justru merusak kebenaran. Tuhan Yesus berkata bahwa saatnya orang tidak menyembah Allah di Yerusalem atau di atas gunung Gerizim, tetapi dalam Roh dan kebenaran.
Yohanes 4:21, 24  Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Roh di sini hendak menunjuk sikap batin atau sikap hati, yaitu komponen manusia yang tidak kelihatan. Sedangkan kebenaran di sini adalah ibadah dengan mempersembahkan segenap wilayah hidup kita sebagai alat peraga bagi Tuhan dan membawa sikap yang taat untuk sungguh sungguh mengenakan pribadi Kristus agar bisa senantiasa melakukan apa yang menjadi kehedak Allah didalam dirinya.
Ibadah ini adalah ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan, waktu atau sistem yang berasal dari manusia. Selama peta itu belum diubah, walaupun ke gereja bertahun-tahun, bahkan sekolah Alkitab menjadi pendeta, ia tidak akan mengerti kebenaran. Inilah misteri dari kehidupan Kristen, juga misteri iman dan kelahiran baru. Bagaimana kita bisa mengatakan seseorang memiliki iman yang benar? Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa seseorang sudah lahir baru?
Di dalam pikiran hampir semua orang beragama, termasuk orang-orang Kristen, telah terpeta sebuah sistem, yaitu peta orang beragama. Peta yang dimiliki tersebut justru lebih banyak pengaruh dari agama-agama sekitar. Kalau di Barat, Kekristenan berhadapan dengan fislsafat, tetapi di Timur Kekristenan berhadapan dengan agama-agama dan berbagai aliran kepercayaan yang mistis. Filsafat dunia dan berbagai agama tersebut membangun peta berpikir yang bertentangan dengan Alkitab. Kemerdekaan bisa terjadi kalau seseorang tetap di dalam Firman Tuhan yang murni, menjadi murid Tuhan Yesus yang taat dan mengerti kebenaran.

Sistem agama yang terpeta dalam pikiran banyak orang Kristen, menjadi halangan bagi kebenaran untuk diajarkan. Untuk ini kita harus memiliki peta baru yang dikehendaki oleh Tuhan. Untuk memiliki peta baru tersebut, seseorang harus mengalami kelahiran baru dari pertobatan terus menerus. Oleh karenanya setiap orang percaya harus mengalami pembaharuan pikiran. Dengan peta baru tersebut seseorang akan dapat menyerap apa yang Tuhan Yesus ajarkan, tetapi kalau belum diubah petanya, maka tidak akan mengerti bahasa Tuhan.
Yohanes 8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
Seperti contohnya, Nikodemus tidak bisa mengerti apa yang diajarkan Tuhan Yesus sebab ia telah memiliki sistem dalam pola berpikir beragamanya.
Hendaknya hidup kita terus tetap ada didalam Firman-Nya agar kita lebih peka untuk bisa memiliki pikiran dan perasaan didalam Tuhan kita Yesus Kristus sehingga kita mengerti apa yang di bahasakan Tuhan hari hari ini untuk kita lakukan didalam kehidupan kita.

Yohanes 8:31-32  Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Amin.

Sabtu, 26 Maret 2016

PETA BERPIKIR YANG DIUBAHKAN (BAGIAN 2)


Kolose 3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

Hidup baru dalam Tuhan pada dasarnya adalah perubahan pola berpikir, dan merupakan proses yang bertahap. Sarana untuk mengalami perubahan pola berpikir adalah kebenaran Firman Tuhan yang murni. Kalau Firman Tuhan yang diberitakan tidak benar, maka tidak membuat perubahan sesuai dengan standard Tuhan. Standard Tuhan adalah perubahan ke arah Tuhan Yesus, artinya semakin bisa bertindak dalam pola pikir (teks Yunani phroneo) seperti Tuhan Yesus.  Inilah yang dimaksud Alkitab bahwa kita telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Kematian seperti ini merupakan target yang harus dicapai oleh setiap orang percaya, sehingga seseorang bisa berkata: Hidupku bukan aku lagi. Hidupku bukan “aku” lagi artinya hidup “pribadi lain” yang mengambil alih yaitu Pribadi Tuhan Yesus. Pengalaman ini merupakan pengalaman kelahiran baru. Seseorang tidak bisa dikatakan sudah lahir baru sebelum menjadi manusia yang berbeda dari sebelumnya. Hasil dari kelahiran baru ini menciptakan manusia lain yang tidak serupa dengan kebanyakan manusia.

Proses seperti ini juga sebenarnya terjadi atas mereka yang tidak menerima kebenaran. Mereka juga mengalami perubahan pola berpikir secara bertahap. Hanya, perubahan mereka kearah yang salah. Orang-orang seperti ini menjadi manusia seperti lingkungannya. Bertolak belakang dengan kehidupan orang percaya yang harus semakin tidak serupa dengan dunia ini. Keadaan manusia yang semakin serupa dengan dunia, pada stadium tertentu tidak bisa diubah lagi. Keadaan orang ini berarti telah dilahirkan oleh dunia atau dilahirkan oleh Iblis sehingga menjadi milik Iblis secara permanen atau menjadi mempelai setan. Keadaan seperti ini bukan hanya terjadi atas orang-orang di luar gereja. Tetapi juga bisa terjadi atas orang-orang Kristen yang ada di dalam lingkungan gereja. Itulah sebabnya Paulus menasihati agar kita tidak memberi kesempatan kepada Iblis.
Efesus 4:27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
Kata "kesempatan" di sini maksudnya adalah “tempat berpijak” (teks Yunani topon).

Orang-orang Kristen yang masih menyukai dunia ini adalah orang-orang yang yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sebagai “tidak rela kehilangan nyawa karena Tuhan”, tetapi mempertahankannya. Nyawa dalam teks aslinya adalah psuke, dan lebih tepat diterjemahkan dengan kata jiwa. Di dalam jiwa terdapat kehendak, pikiran dan perasaan. Orang yang mempertahankan nyawa adalah orang yang menikmati dunia seperti anak-anak dunia. Mereka berpikir bahwa hidup hanya satu kali di bumi ini dan tidak ada kehidupan di dunia lain. Padahal hidup yang sesungguhnya adalah nanti di langit baru dan bumi yang baru. Hidup di bumi hanyalah persiapan untuk memasuki kehidupan yang sesungguhnya nanti. Orang-orang Kristen ini tidak memindahkan hatinya ke dalam Kerajaan Sorga. Mereka tidak berani “mati” dalam pengertian daging. Ini berarti mereka tidak bersedia mengikut Tuhan Yesus.

Orang yang tidak berani mati berarti ia tidak akan hidup di dalam Kerajaan Bapa di Sorga sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah Bapa. Orang Kristen harus memilih, apakah hidup di bumi atau hidup di Sorga. Tuhan sangat jelas mengatakan "tidak seorangpun bisa mengabdi kepada dua tuan" Seseorang tidak dapat memilih keduanya, mereka harus memutuskan salah satu saja, kesenangan dibumi atau kerajaan sorga.
Kalau seseorang memilih hidup di bumi dengan menikmati kesenangannya artinya memiliki pola hidup seperti manusia pada umumnya, maka dirinya mati terpisah dari hadirat Tuhan, yaitu tidak mendapat bagian dalam anggota keluarga Kerajaan Sorga. Tetapi orang-orang yang mematikan kesenangannya di bumi karena memilih kerajaan sorga ini artinya bersedia tidak menikmati dunia seperti anak-anak dunia, berarti hidup yaitu mendapat bagian dalam anggota keluarga Kerajaan Sorga. Paulus mengatakan bahwa kita tetah mati dan hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Jika Kristus menyatakan diri kelak, kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan. Maksud ayat ini adalah apabila kita bersedia mati/menguburkan manusia lama kita yang penuh dengan keinginan, kehendak diri dan hawa nafsu lainnya dan mengikut apa yang kehendaki Tuhan Yesus didalam hidup kita maka kita akan mendapat kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus ketika Tuhan menyatakan diri-Nya kelak.

Filipi 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

Amin.

PETA BERPIKIR YANG DIUBAHKAN (BAGIAN 1)


Matius 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Ketika Tuhan Yesus tidak menemukan petrus tidak berpikir seperti yang Tuhan pikirkan, Tuhan Yesus dengan tegas menegor petrus dengan berkata "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Percaya kepada Tuhan Yesus berarti memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah. Kata dipikirkan atau memikirkan dari teks aslinya phroneo. Kata ini juga terdapat dalam Filipi 2:5, yang diterjemahkan “pikiran dan perasaan”.
Berkenaan dengan hal ini kita dapati sulitnya suatu pelayanan, yaitu bagaimana mengubah cara berpikir manusia menjadi cara berpikir Tuhan. Selama seseorang masih memiliki cara berpikir manusia maka ia belum memiliki cara berpikir Tuhan. Sebelum menghadap Tuhan di kekekalan seharusnya setiap orang percaya telah memiliki cara berpikir Tuhan.

Cara berpikir manusia adalah cara berpikir yang dibangun sejak kecil, yang diserap dari orang tua dan lingkungannya. Standar berpikirnya adalah standar berpikir yang berbeda dengan Tuhan. Hendaknya seseorang tidak merasa dirinya sudah berpikir dengan cara berpikir Tuhan hanya karena bisa berbicara mengenai moral, etika dan kebaikan yang didasarkan pada beberapa ayat-ayat Alkitab. Banyak orang terjebak dalam kebodohan ini. Mereka tersesat oleh dirinya sendiri. Dengan berkata-kata yang ber “bau” Alkitab, merasa sudah berpikir sama dengan cara berpikir Allah. Hal seperti ini bahkan dilakukan oleh banyak orang yang menggunakan logika dengan kemampuan bernalar yang baik. Hal tersebut juga menjadi seperti sebuah “game” banyak orang selama bertahun-tahun. Mereka bisa cakap berbicara tetapi tidak memiliki kodrat Ilahi.
Cara berpikir Allah bukanlah demikian. Mereka juga bisa terkesan sebagai theolog yang memahami isi Alkitab. Kalau hanya berargumentasi banyak orang bisa melakukannya. Orang yang memiliki cara berpikir Tuhan adalah mereka yang menunjukkan buah-buah kehidupan seperti yang dimiliki dan dilakukan oleh Tuhan Yesus. Mereka adalah orang-orang yang menerima arti penebusan oleh darah Tuhan Yesus yang membuat mereka menyadari bahwa seluruh hidup telah dimiliki oleh Tuhan, sehingga tidak bertindak suka suka sendiri. Mereka memiliki gaya hidup seperti Tuhan Yesus sehingga menggenapi Firman Tuhan dimana Tuhan Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:28-29). Untuk memiliki gaya hidup seperti ini sangat sulit. Tetapi dengan berusaha sungguh-sungguh maka Roh Kudus akan menggarapnya dan memampukannya dengan demikian seseorang akan menjadi anak-anak Allah yang benar. Untuk mencapai ini, seorang anak Tuhan harus berusaha sungguh-sungguh bergumul terus guna dapat memilki cara berpikir Tuhan. Sampai pada level seseorang memiliki cara berpikir atau phroneo Tuhan, ia bisa dikatakan sebagai seorang yang telah mengalami kelahiran baru atau dilahirkan oleh Allah. Sebelum memiliki cara berpikir Allah seseorang belum lahirlah baru.

Orang yang memiliki cara berpikir Tuhan pasti memiliki gaya hidup Tuhan Yesus.

Amin.

BERJALAN DENGAN TUHAN YESUS


Mazmur 84:11 Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.

Firman Tuhan mengatakan bahwa lebih baik satu hari di pelataran Tuhan dari pada seribu hari di tempat lain (Mzm. 84:11). Apakah pernyataan ini tidak berlebihan? Tentu tidak, sebab satu hari di rumah Tuhan memiliki dampak positif yang tidak ternilai dari pada di tempat lain tetapi tidak berdampak baik, bahkan bisa menjerumuskan ke dalam hukuman api abadi.
Hal ini bisa dikenakan dalam konteks perjalanan hidup orang percaya dalam pergaulan dengan Tuhan setiap hari.
Jauh lebih baik memiliki pengalaman berjalan dengan Tuhan setiap hari dari pada melewatkan hari tanpa berjalan dengan Tuhan. Betapa luar biasa mahal kesempatan yang Tuhan berikan setiap hari untuk dapat berjalan dengan Dia. Setiap hari baru yang Tuhan berikan menjadi begitu sangat berharga, sebab di setiap hari Tuhan menyediakan berkat-Nya yang tidak ternilai yaitu belajar hidup dengan cara yang Tuhan kehendaki. Berkat yang diberikan pada waktu-Nya dan sangat besar kemungkinan tidak diberikan di waktu yang berbeda. Hendaknya kita tidak melewatkan berkat-Nya setiap hari. Berjalan dengan Tuhan berarti suatu kesadaran terus menerus akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Kesadaran ini pasti menggerakkan seseorang untuk menyediakan waktu khusus belajar kebenaran Firman Tuhan, berdoa, datang dalam pertemuan bersama dimana orang percaya belajar Alkitab dan lain sebagainya yang mengarahkan dirinya kepada Tuhan. Ia akan mengerti apa artinya bahwa Tuhan menjadi satu-satunya dunianya yang tidak tergantikan. Ia akan berusaha memenuhi rencana Tuhan dalam hidupnya secara pribadi dan rencana Tuhan atas dunia ini.

Orang yang sungguh-sungguh berjalan dengan Tuhan akan ditandai dengan ciri-ciri yang selalu dengar dengaran akan Firman Tuhan dan membawa hidupnya untuk taat kepada perintah Tuhan. Hidupnya semakin menjadi berkat bagi orang lain artinya semakin jarang tindakannya yang melukai sesama baik dengan perkataan maupun sikapnya. Hatinya akan semakin mengasihi Tuhan, maka ia akan berusaha menemukan tempatnya untuk dapat mengabdi kepada Tuhan. Pembelaannya untuk pekerjaan Tuhan pasti luar biasa tanpa batas. Prinsipnya adalah lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allah dari pada diam di kemah-kemah orang fasik. Kualitas hidup orang seperti ini akan sangat terasa oleh orang di sekitarnya. Orang-orang seperti ini akan memiliki kepribadian yang sangat kuat dan memberi pengaruh perubahan yang positif bagi orang lain.

Mazmur 25:14 TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.

Amin.

“AKU MAU” vs “JIKA TUHAN MENGHENDAKI”


Yakobus 4:13-17 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",
(14)sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
(15)Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
(16)Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
(17)Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Kalau kita percaya bahwa ada Allah yang menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan kehidupan, itu berarti bahwa hidup yang kita miliki ini adalah milik-Nya, bukan milik kita sendiri. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Allah berusaha menghindarkan manusia dari kematian kekal atau sama dengan kematian kedua.
Wahyu 20:14 Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.

Allah menghargai kehidupan dan berusaha untuk mempertahankannya. Banyak orang tidak menyadari hal ini atau jujurnya tidak mau menerima kenyataan ini. Kalau dikatakan Iblis itu pencuri artinya mengambil apa yang bukan miliknya berkenaan dengan relasinya dengan Allah berarti oknum ini mengambil atau menguasai hidupnya sendiri yang seharusnya dipersembahkan bagi Allah.
Yesaya 14:13-14
(13)"engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.
(14)aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!"
Lusifer yang jatuh itu hendak mengambil takhta yang seharusnya dimiliki oleh Sang Pencipta. Modus seperti ini juga dilakukan oleh banyak orang hari ini. Banyak orang mengambil takhta yang seharusnya dimilki oleh Tuhan. Takhta itu namanya “aku mau atau aku hendak”. Oleh sebab gaya hidup “aku mau” sudah menjadi gaya hidup semua orang maka gaya hidup itu dianggap wajar.
Kita pun sudah terbiasa dengan gaya hidup tersebut. Banyak orang berpikir bahwa hidup ini gratis, seperti seorang menemukan suatu barang di suatu tempat tanpa jelas pemiliknya sehingga merasa berhak menggunakan sesuka hati atau menghendakinya secara penuh. Semestinya jika menemukan sesuatu di jalan pun seseorang harus berusaha mencari tahu guna menemukan pemiliknya. Seorang yang menemukan suatu barang lalu memilikinya dianggap sebagai pencuri.

Alkitab mengajarkan siapa pemilik kehidupan ini dan bagaimana kita harus mengembalikannya. Dalam Yohanes 1:1-12, Yohanes menyaksikan bahwa Firman (Teks Yunani : Logos) telah menjadi manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dia-lah Allah yang menciptakan seluruh makhluk dibumi dan alam semesta beserta isinya dan mengembalikan kehidupan ini. Hal ini bukan berarti kita tidak memiliki hidup, tetapi memiliki dengan cara yang benar. Dengan kebenaran Firman Tuhan kita diajar bagaimana menyelenggarakan hidup yang Tuhan berikan. Hidup di dunia ini adalah pelatihan untuk mengenakan model atau gaya hidup yang Tuhan kehendaki. Jadi, kalau seseorang menolak gaya hidup tersebut berarti menolak keselamatan sebab keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Rancangan semula Allah adalah menciptakan makhluk yang mengerti apa yang diinginkan oleh Allah Bapa; segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sesuai dengan pikiran-Nya. Itulah tujuan manusia diciptakan serupa dengan diri-Nya, manusia yang dengan kerelaan sepenuhnya bertindak sesuai dengan keinginan-Nya atau sekualitas dengan Allah Bapa.

Sebagai orang percaya gaya hidup kita harus diubah dengan gaya hidup “jika Tuhan menghendaki”. Hal ini bukan sesuatu yang mudah karena gaya hidup ini tidak ditemukan dalam kehidupan banyak orang di sekitar kita dan kita pun juga tidak terbiasa hidup dengan gaya hidup tersebut. Ketika Tuhan Yesus di bumi dengan tubuh daging seperti kita, Ia memberi teladan bagaimana memiliki hidup yang dikuasai oleh Bapa. Ketika Ia berkata bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, itu berarti Ia memberikan teladan/contoh kepada kita semua yang menjadi pengikut-Nya untuk tidak berhak memiliki keinginan selain keinginan yang diingini oleh Tuhan sendiri/keinginan yang searah dengan kehendak Tuhan.
Yohanes 4:34  Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Untuk itu kita harus mengetahui apa yang baik menurut Tuhan dan berusaha melakukannya. Kata baik dalam Yakobus 4:17 adalah baik dalam perspektif Allah, yaitu apa yang sesuai dengan keinginan atau selera-Nya. Dikatakan dalam Yakobus 4:17, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.

Apakah kita boleh tidak tahu supaya tidak berdosa? Dengan pernyataan Yakobus tersebut secara implisit orang percaya tidak bisa menghindarkan diri dari “tidak tahu”. Orang percaya harus tahu apa yang diingini oleh Tuhan, karenanya kita tidak boleh gegabah mengenai apa yang kita ingini dan rencanakan. Harus diperhatikan secara teliti konteks surat Yakobus, hal ini bukan mengenai hukum (membunuh, mencuri, berzinah, menghormati orang tua dan lain sebagainya), tetapi mengenai apa yang diingini oleh Tuhan didalam kehidupan kita.

Jadi sebagai orang percaya gaya hidup kita harus kita ubah dengan gaya hidup “jika Tuhan menghendaki”

Amin.

Jumat, 25 Maret 2016

MAKNA PERINGATAN JUMAT AGUNG


Memperingati Jumat Agung, yang dalam bahasa Inggris disebut Good Friday, artinya “Jumat yang Baik”. Mengapa bisa disebut baik, padahal hari ini memperingati kematian Tuhan Yesus? Apakah kematian itu baik? Mengapa Tuhan Yesus tidak langsung terangkat saja ke sorga, tanpa harus mengalami kematian dikayu salib? Sesungguhnya kematianNya di kayu salib adalah rencana keselamatan untuk umat manusia yang harus dilalui-Nya dalam karya penebusan dosa dosa umat manusia dan inilah bentuk nyata gambaran Tuhan Yesus mengasihi umat manusia agar mereka bisa diterima di kerajaan-Nya bagi mereka yang percaya dan mengasihi serta bersedia taat untuk hidup sesuai Firman-Nya.

Ada beberapa hal yang dilakukan Tuhan Yesus melalui kematianNya.
Pertama, Ia menunjukkan dengan nyata kasih Allah kepada manusia dengan memberikan nyawaNya sendiri (Yoh. 3:16). Betapa baiknya Allah kita, yang tidak memaksa orang mengikut-Nya melalui ancaman atau hal-hal yang menakutkan, tetapi sebaliknya, mengundang kita untuk percaya kepadaNya melalui kasih nyata yang tidak dapat kita peroleh dari sumber lain. Sebagai respons dari kita, kita juga harus menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita (1Yoh. 3:16). Maksudnya, melayani sesama dengan mengorbankan tenaga, waktu, uang atau apapun yang ada pada kita demi membela kepentingan keselamatan mereka.

Kedua, Ia menjadi korban penebus dosa manusia. Menurut hukum Taurat, manusia harus mengorbankan hewan-hewan untuk menanggung dosa-dosa manusia. Tetapi hewan sebanyak apapun sesungguhnya tidak dapat menebus dosa seluruh manusia. Maka Tuhan Yesus yang tanpa dosa mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa seluruh manusia.
Ibrani 9:28 "demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia".

Kita adalah orang yang berutang kepada Tuhan atas karya penebusan-Nya itu kepada kita. Sehingga kita harus membayarnya dengan memberi diri kita, mengasihi-Nya, bertobat dan meninggalkan dosa dan perbuatan daging kita.
Roma 8:12-13
(12)Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
(13)Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Ketiga, Ia memenangkan pertarungan melawan iblis. Ia memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut dan membebaskan manusia dari perhambaan ketakutan kepada maut.
Ibrani 2:14
"Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut"
1 Korintus 15:55, 57
(55)Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
(57)Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
     Sebagai umat yang telah dibebaskan dan dimenangkan, kita harus giat dalam pekerjaan Tuhan tanpa takut apapun juga  termasuk takut mati karena hidup kekal menjadi jaminan bagian kita,
1 Korintus 15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Berarti memang Jumat Agung adalah Jumat yang Baik, karena dengan kematianNya, Tuhan Yesus melakukan hal-hal yang sangat baik bagi kita. Dia yang mengasihi kita lebih dulu telah menunjukkan kebaikan-Nya. Marilah mengambil keputusan untuk lebih mengasihi Dia yaitu Tuhan kita Yesus Kristus yang oleh kasih-Nya kita juga melayani-Nya dengan menunjukkan kasih kepada sesama kita.

Amin.
PENGERTIAN  "HAMBA TUHAN" YANG SESUNGGUHNYA

Lukas 1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Pernahkah kita membayangkan resiko yang dihadapi oleh maria, ibu Yesus, ketika menerima kabar dari malakiat gabriel bahwa ia akan mengandung bayi yang berasal dari Roh Kudus yaitu di beri nama Yesus, Anak Allah? Seorang gadis muda yang sudah bertunangan mendadak hamil. Pada zaman itu, kehamilan di luar nikah berarti malapetaka. Kalau ayah dari si anak tidak bersedia bertanggung jawab dan menikahinya, si gadis mungkin tidak akan menikah seumur hidupnya karena tidak akan ada orang lain yang mau menikahinya. Tidak akan ada juga yang mau menerimanya bekerja; karenanya ia mungkin akan jatuh miskin, dan akibatnya harus mengemis atau terpaksa terjun ke dunia prostitusi. Karena sudah bertunangan, kalau ia dituduh selingkuh oleh tunangannya, nyawanya mungkin terancam oleh hukuman agama yang berlaku saat itu.

Sekalipun dibayang-bayangi bahaya, dengan spontan Maria tetap menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.
” Kata “hamba” dalam bahasa aslinya tertulis (dule). Kata ini merupakan bentuk feminin dari (dulos) yang artinya budak. Budak ialah seseorang yang selama hidupnya harus melayani orang lain; seseorang yang tidak memiliki hak apa pun atas dirinya, seseorang yang tidak punya keinginan selain untuk mengabdi kepada tuannya; seseorang yang telah menjadi milik tuannya.

Dengan percaya kepada Tuhan Yesus, berarti kita menyerahkan diri menjadi milik-Nya seperti yang tertulis di :
1 Korintus 6:19-20
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Sebagai dūlos Tuhan, kita harus mau menerima apa pun juga yang dikehendaki Tuhan atas diri kita, yang menyenangkan bagi kita maupun yang tidak. Kita tidak akan menanyakan hak-hak kita, mempersoalkan upah kita, apalagi mengklaim yang kita ingini kepada Tuhan. Yang kita tahu ialah mengupayakan kepentingan-Nya semata-mata, apa pun resikonya bagi kita. Jika seseorang mengaku hamba Tuhan namun hatinya masih terikat pada kesenangan di dunia ini tentu orang seperti ini belum bisa membawa hidupnya ke dalam penundukan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan maka ia belumlah layak disebut hamba Tuhan.

Mungkin kita berpikir, hal ini sulit; bagaimana kita dapat melakukannya? Maria menyadari dirinya hamba Tuhan dan bersedia taat kepada perintah Tuhan karena dua hal.
Pertama, ia percaya dirinya memperoleh kasih karunia Allah (Lukas 1:30).
Kedua, ia seseorang yang memahami Firman Tuhan. Buktinya, beberapa saat setelah peristiwa kunjungan Gabriel, Maria menyanyikan nyanyian pujian dalam (Luk. 1:46–55) yang kaya dengan kata-kata dari Mazmur, dan juga secara tidak langsung mengutip nyanyian Hana (1Sam. 2:1–10). Seperti Maria, dengan mempelajari Alkitab, kita akan melihat bahwa Tuhan ingin memakai kita sebagai alat-Nya untuk rencana-Nya yang indah. Rela dipakai Tuhan yang berdaulat penuh atas kita adalah kasih karunia dan kehormatan bagi kita, sehingga dengan sukacita kita dapat berkata, “Jadilah padaku menurut kehendak-Mu”.

Amin.

PENYIMPANGAN YANG TIDAK DI SADARI


Matius 5:48 "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Tidak ada tujuan hidup yang benar kecuali terus menerus dalam perjuangan menyelenggarakan proses mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Inilah satu-satunya tujuan hidup umat pilihan. Seluruh hidupnya harus disita untuk pergumulan ini. Segala sesuatu yang dilakukan hanya untuk mendukung terselenggara atau terlaksananya proses tersebut. Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Bagi orang percaya, keselamatan adalah usaha meresponi anugerah Allah untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa, hidup tidak bercacat dan tidak bercela dengan gaya hidup seperti yang Tuhan Yesus kenakan.

Menjadi sempurna seperti Bapa kita di sorga juga menjadi sikap hidup sebagai bukti dan saksi bagi Tuhan bahwa yang pernah dilakukan Lusifer, yaitu tidak tunduk sepenuhnya pada pemerintahan dan kedaulatan Allah, adalah salah.
Apa yang dilakukan Lusifer adalah sikap tidak menghormati Allah. Itulah sebabnya orang percaya harus menampilkan sebuah kehidupan yang benar-benar taat dan menghormati Allah secara ideal. Inilah maksud tujuan manusia dan makhluk berkepribadian diciptakan oleh Allah. Dengan kehidupan yang mentaati Allah dan menghormati-Nya secara benar, maka orang percaya dapat menunjukkan kesalahan Lusifer. Pergumulan inilah yang menjadi inti dari kehidupan orang percaya satu-satunya.

Mengisi hari hidup tidaklah cukup dengan melakukan kegiatan hidup sama seperti manusia pada umumnya lakukan. Bagi para rohaniwan atau pendeta, tidak cukup dengan aktif dalam kegiatan pelayanan gereja. Pagi-pagi bangun tidur berdoa, kemudian pergi ke Sekolah Teologia untuk mengajar sebagai dosen, sore harinya pergi ke gereja atau persekutuan doa untuk berkhotbah dan diakhir dengan melawat orang sakit atau memberi konseling kepada jemaat yang ada dalam masalah pribadi atau menghadiri rapat majelis gereja. Besoknya juga demikian, terus menerus menjadi irama hidup tetapnya. Gereja kemudian berkembang. Mulailah dengan proyek pembangunan gereja. Setelah gereja terbangun mulailah lagi dengan proyek lain, seperti mendirikan sekolah, membentuk team misi, membangun rumah jompo dan panti asuhan atau berbagai kegiatan lain yang bernuansa sosial dan rohani. Tentu hal ini memang berkenan di mata Tuhan, namun patut di perhatikan juga tujuan hidup orang percaya bisa menjadi menyimpang jika ia lupa menjaga kesucian dan kekudusan disepanjang waktu hidupnya dihadapan Tuhan.

Tujuan hidup orang percaya juga dimaksudkan Tuhan sebagai umat pilihan yang menjadi manusia yang sempurna sesuai rancangan Allah semula.
Untuk itu setiap hari bahkan setiap saat, begitu mata terbuka pada pagi hari, harus sudah mulai berjuang menjadi seseorang yang tidak bercacat dan tidak bercela dalam segala sesuatu yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan. Hal ini harus menjadi prioritas utama yang harus terus menjadi perhatiannya. Segala sesuatu yang dilakukan baik studi, karir, bisnis bekerja, pelayanan gereja dan lain sebagainya adalah perjuangan yang harus terus di isi dengan menjaga kesucian dan kekudusan hidupnya dihadapan Tuhan. Orang yang hidup dalam perjuangan yang benar ini, tetap terlihat di mata manusia lain sebagai wajar hidup seperti mereka, tetapi sebenarnya di balik semua kegiatan hidup tersebut ia dalam proses penyempurnaan.

1 Korintus 9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Amin.

PENYESALAN TANPA PERTOBATAN


Lukas 22:3-6 Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu.
Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka.
Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya.
Ia menyetujuinya, dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.

Yudas Iskariot dan Simon Petrus sama-sama bersalah kepada Tuhan Yesus. Sering timbul pertanyaan, mengapa penyesalan Yudas tidak berakhir pada pertobatan yang sejati seperti yang dialami Petrus? Ketika Petrus menyadari kesalahannya, reaksinya adalah menangis tersedu-sedu (Mrk. 14:72).
Di kemudian hari, dijumpai kehidupan Petrus yang dipulihkan dan diperbarui. Berbeda dengan Yudas. Ketika melihat kenyataan Tuhan Yesus disalib, ia tidak menerima ketidakadilan itu. Ia tahu Tuhan Yesus tidak bersalah. Ia menyesal dan mengembalikan uang 30 keping perak dari imam-imam kepala dan tua-tua Israel. Tetapi penyesalannya tidak berakhir baik. Akhirnya Yudas gantung diri, mengakhiri hidupnya secara tragis (Mat 27:5).

Dalam kisah penyesalan Yudas, tidak kita temukan pertobatannya sampai kepada keselamatan atau pembaruan hidup. Yudas memang masih memiliki hati nurani. Ia sadar bahwa tindakannya salah. Ia juga berusaha membayar kesalahannya dengan mengembalikan uang dari imam-imam dan tua-tua Israel. Tetapi ia tetap binasa. Ini memberi pelajaran yang berharga bagi kita, bahwa nurani yang kelihatannya baik tidak menjamin seseorang memiliki pertobatan yang sejati sampai kepada pemulihan atau pembaruan hidup. Bahkan penyesalan atas suatu yang disadari sebagai suatu kesalahan belum tentu membawa seseorang kepada pertobatan yang sejati. Mengapa demikian?

Mari kita pelajari kehidupan Yudas. Dalam melewati hari-hari hidupnya, pada dasarnya Yudas tidak benar-benar bersih dan berkenan kepada Tuhan, walaupun ia termasuk deretan murid-murid yang dekat dengan Tuhan; bahkan sebagai kepercayaan Tuhan Yesus untuk memegang kas. Yudas tidak jujur. Hatinya bengkok, dan ia tidak menyadari bahwa dirinya jahat (Yoh. 12:6)
Yohanes 12:6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Kehidupan seperti ini membuka peluang Iblis masuk dalam dirinya dan menguasai hidupnya,
Lukas 22:3 "Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu".
Walaupun ia memiliki nurani yang “lumayan baik”, ternyata ia tidak sanggup untuk keluar dari belenggu kuasa kegelapan yang telah mengikat dirinya selama bertahun-tahun.

Banyak orang mengira dirinya ada di zona yang aman, sebab ia merasa masih memiliki nurani yang “lumayan baik”. Tetapi sementara itu hidupnya tidak benar-benar bersih. Hati-hati, Iblis siap menampi atau mencobai.
Lukas 22:31 "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum".
Petrus ditampi iblis, tetapi masih bisa berbalik kepada Tuhan. Yudas juga ditampi, tetapi tidak pernah kembali kepada Tuhan. ia binasa selama-lamanya karena ia telah membiarkan ketidakkudusan dalam hidupnya.
Terjadi pembiaran hidup dalam ketidakkudusan selama bertahun tahun inilah yang menyebabkan yudas terus menerus di intimidasi oleh kuasa kegelapan dengan kesalahan kesalahannya dan yang membuatnya tidak menempuh jalan pertobatan yang benar kepada Tuhan.

1 Petrus 5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Amin.

Kamis, 24 Maret 2016

YANG MEMUASKAN HATI TUHAN


Galatia 2:19-20 Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Tuhan Yesus tidak akan puas dengan jumlah anggota yang terdaftar di suatu gereja, tetapi Tuhan bisa di puaskan dengan berapa banyak orang Kristen yang telah bersikap hidup seperti Tuhan. Bila ternyata gereja hanya merupakan kumpulan atau sekelompok orang-orang yang beragama Kristen tetapi tidak mengenakan pribadi Kristus, maka berarti seluruh kegiatan pelayananya sia-sia. Dalam hal ini, gereja harus mengubah kehidupan jemaat oleh pertolongan Roh Kudus. Hal yang diubah adalah karakternya, bukan hal lain. Bila fokus perubahan ditujukan pada hal lain, itu berarti gereja menyesatkan dan membinasakan jemaat. Tetapi bila karakter seseorang diubah, maka aspek hidup lainnya juga pasti berubah.

Filipi 2:5 "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"
Perubahan karakter akan membuat kita dapat mengenakan pikiran dan perasaan Kristus, memampukan kita dapat menjadi sungai pikiran dan perasaan Tuhan yang dialirkan. Pikiran dan perasaan orang percaya dapat menjadi arus pikiran dan perasaan Tuhan. Dengan demikian seluruh kehidupan ini harus dapat memperagakan keinginan-Nya. Bila sampai di tahap ini, barulah kita dapat memuaskan hati-Nya. Betapa berbahagianya bila kita bisa sampai di tahap dapat “memuaskan hati Tuhan”.

Gereja yang menyukakan hati Tuhan bukanlah gereja yang eksklusif bagi dirinya sendiri, tetapi menjadi berkat bagi masyarakat. Inilah pelayanan yang tidak terbatas.Tidak sedikit orang-orang Kristen yang aktif dalam kegiatan pelayanan gereja, tetapi kehidupan setiap harinya tidak mendatangkan berkat bagi orang lain. Dalam berbagai tindakan tampaklah karakter manusia dunia mereka yang belum diubahkan, dan sebagai akibatnya, banyak orang tersandung, bahkan kehidupannya kontraproduktif dari apa yang dikehendaki Tuhan untuk dapat dicapai. Jiwa-jiwa tidak tergiring ke rumah Tuhan tetapi makin cenderung ke rumah yang disediakan oleh kuasa kegelapan. Tuhan Yesus menyebutnya sebagai menjadi batu sandungan bagi Dia (Mat. 16:23). Rencana Tuhan menyelamatkan seseorang menjadi rusak karena perilaku orang Kristen yang tidak menjadi berkat.

Kehidupan yang memperagakan pribadi Kristus bukan hasil dari sebuah pendidikan beberapa bulan atau beberapa tahun, tetapi hasil dari proses panjang yang serius ketika seseorang mematikan “kedagingannya”, supaya Tuhan Yesus dapat hidup dan berkuasa di dalam dirinya. Hanya kematian terhadap diri sendirilah yang membuat Tuhan Yesus dapat hidup di dalam diri orang tersebut.

Kolose 3:3-6 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].

Amin.

TUHAN BUKAN SUPLEMEN


Mazmur 42:1-6 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah.
(42-2) Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
(42-3) Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
(42-4) Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"
(42-5) Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
(42-6) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!

Pola makan modern dewasa ini mengakibatkan manusia sering kekurangan zat gizi yang dibutuhkan tubuh, seperti vitamin, mineral, maupun serat. Untuk melengkapinya, dapat kita temui berbagai suplemen kesehatan, yang dijual di apotek- apotek maupun dipasarkan melalui penjualan langsung. Walaupun banyak juga orang yang tidak menganggapnya perlu. Namanya juga suplemen (artinya pelengkap).

Sadar maupun tidak, hari ini banyak orang percaya yang juga menganggap Tuhan hanya sekadar suplemen untuk kehidupan rohaninya. Maksudnya, Tuhan memang dibutuhkan, tetapi bukan merupakan kebutuhan utama. Ada ya bagus, kalau tidak ada ya tunggu ada masalah hidup, baru dicari lagi. Ini sangat merusak kehidupan rohani orang percaya. Sejajar dengan suplemen kesehatan yang dibutuhkan karena kondisi fisik seseorang kurang baik akibat kurangnya asupan zat gizi, banyak orang yang baru merasa membutuhkan Tuhan ketika mereka mengalami masalah berat. Kalau tidak menghadapi masalah berat, Tuhan tidak diperlukan. Kondisi ini banyak terjadi di negara-negara maju dan makmur yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen, seperti di negara-negara Barat. Gereja menjadi mati dan Tuhan tidak dibutuhkan, karena mereka merasa sudah berlimpah dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan tidak menutup kemungkinan hal ini sudah menjelajah masuk ke negara negara timur.

Orang-orang yang menjadikan Tuhan sekadar suplemen pada dasarnya adalah orang-orang yang tidak beminat terhadap Tuhan, walaupun mereka pergi ke gereja dan melakukan berbagai kegiatan pelayanan rohani. Mereka menganggap sikap terhadap Tuhan seperti ini bukan suatu kesalahan; mereka merasa tidak membuang Tuhan sama sekali; mereka masih merasa membutuhkan Tuhan juga. Dengan sikap merasa membutuhkan Tuhan tersebut, mereka berkeyakinan bahwa diri mereka berkenan di hadapan Tuhan. Mereka merasa berkenan di hadapan Tuhan karena tidak meminta pertolongan dari sumber lain, misalnya dukun. Walaupun dalam kebaktian di gereja mereka menyatakan dirinya mengasihi Tuhan, sebenarnya mereka mengasihi dirinya sendiri. Karena seharusnya Tuhan menjadi kekasih jiwa seperti yang dikatakan pemazmur merindukan Tuhan seperti rusa yang rindu sungai yang berair, bukan sekadar sarana untuk mendapat pertolongan.

Kalau keadaan hidup kita seperti yang telah dijelaskan diatas, hendaknya kita dengan rendah hati bersedia untuk bertobat. Sesungguhnya Tuhan berkenan kalau kita menjadikan Dia segalanya dalam hidup ini. Mari kita tidak hanya melibatkan Tuhan dalam persoalan-persoalan hidup, tetapi menjadikan Dia tujuan hidup dan kesukaan kita. Marilah kita mulai belajar kebenaran Firman Tuhan yang berkuasa mengubah pola berpikir kita yang salah.

Amin.