Rabu, 31 Agustus 2016

ARTI PENTING HIDUP DIPIMPIN OLEH ROH ALLAH


Roma 8:14  Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

Ayat diatas menunjukkan secara tidak langsung persyaratan sebagai anak Allah harus hidup dipimpin oleh Roh Allah
Dari pembacaan Roma 8:14 dapatlah dipahami bahwa ternyata ada ruang gerak dimana orang-orang percaya masih bisa memilih menyelenggarakan hidup yang tidak peduli dengan pimpinan Roh Allah.

Dalam kehidupan sejarah manusia sebutan anak Allah bagi manusia terhenti pada waktu manusia tidak lagi hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah.
Di Kejadian 6:1-4 Alkitab mencatat ada anak-anak Allah dan anak-anak manusia.
Anak-anak Allah adalah menunjuk keturunan Set yang masih hidup dalam asuhan Tuhan, yang hidupnya masih dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan.
Tetapi ketika anak-anak Allah dari keturunan Set terjadi kawin campur dengan anak manusia yang diwakili oleh keturunan dari Kain yang hidupnya dicatat Alkitab daging adanya, maka membuat anak-anak yang dalam asuhan Allah menjadi ikut terseret dalam hidup kedagingan dengan keturunan Kain.
Jiwa mereka pada akhirnya tercemari oleh cara hidup orang berdosa.
Hal ini membuat hati Tuhan menjadi pilu karena kecendrungan perbuatan manusia adalah dosa semata-mata.
Sehingga membuat Roh Allah undur dari kehidupan manusia.

Olehnya supaya pantas disebut anak-anak Allah maka seseorang harus memberi diri untuk hidup di pimpin oleh Roh Allah.
Orang-orang yang tidak memberi diri hidupnya dipimpin oleh Roh Allah sebenarnya tidak pantas memanggil Dia dengan panggilan “Bapa di sorga”.
Sebenarnya yang pantas memanggil Dia Bapa adalah mereka yang bersedia setiap saat hidup sesuai dengan pimpinan Roh Kudus, hidup mengerti kehendak Tuhan, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna dan dengan segenap hati taat melakukan kehendak-Nya.
Jadi, ketika kita sekarang memanggil Tuhan Yesus adalah Bapa walaupun keadaan kita memang belum sempurna dalam arti belum hidup dalam pimpinan Roh Kudus secara penuh kita harus terus belajar untuk bertumbuh untuk hidup dalam penguasaan Roh-Nya.

Kehidupan Kristen yang sejati adalah ketika orang Kristen hidupnya selalu ada di dalam penguasaan oleh Roh Kudus.
Roh kudus diberikan kepada orang percaya untuk “mengasuh orang percaya” supaya roh atau neshamah manusia menjadi kuat dan berkualitas.
Nismat hayyim atau roh manusia yang pernah dihembuskan oleh Allah kepada manusia itu adalah kualitas original dari Tuhan yang luar biasa, dimana kualitas murninya dimampukan kembali oleh Tuhan Yesus agar orang percaya dapat memunculkan kualitas manusia sorgawi untuk kembali dibangkitkan.
Dan bila hal ini berlangsung dengan baik artinya kesediaan manusia kembali hidup di bawah kuasa Roh-Nya maka Allah akan membangkitkan roh manusia untuk kembali bisa menguasai jiwanya guna dapat melakukan kehendak Allah, dan berangkat dari sini ia barulah disebut sebagai anak-anak Allah.

Kalau manusia tidak dipimpin Roh Kudus, maka roh manusia tidak sanggup melakukan kehendak Allah atau roh manusia menjadi lemah.
Tentu hal ini menjauhkannya hidup didalam perkenanan Tuhan.
Tuhan Yesus berkata : Roh memang penurut, tetapi daging lemah, artinya roh memang berkehendak untuk taat tapi tubuh dengan keinginan dosanya lebih kuat menguasai kehidupan. Roh manusia lemah untuk melakukan kehendak Tuhan.
Untuk ini, supaya roh manusia dapat menjadi kuat, maka seseorang harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus dan melalui Firman Tuhan sebagai makanan roh dan jiwanya sehari-hari dan hidup ini tidak boleh jauh dan lepas dari Firman-Nya sebab melalui Firman Tuhan maka pancaindera rohaninya akan semakin mampu membedakan mana perkara baik dan perkara yang tidak berkenan, semakin tajam menangkap kehendak Tuhan untuk dikenakan didalam hidupnya (Ibrani 5:14 ).

Olehnya dalam setiap kali kita bertindak, baik melakukan kegiatan maupun mengambil keputusan-keputusan, hendaknya kita selalu meminta tuntunan-Nya terlebih dahulu, memberi setiap hari mengoreksi diri dihadapan Tuhan, apakah sesuatu yang kita pikirkan dan tindakan yang kita ambil adalah buah dari pimpinan Roh Allah atau keinginan daging kita.
Jika hidup orang percaya taat hidup didalam pimpinan Roh Kudus maka perubahan yang pasti terjadi dalam kehidupannya adalah dari ketidakpuasan terhadap hal-hal duniawi, berubah menjadi ketidakpuasan terhadap hal-hal rohani.
Dari haus dan lapar akan perkara dunia ini, berubah menjadi haus dan lapar akan perkara-perkara diatas atau perkara rohani, dan menjadi haus dan lapar akan kebenaran Tuhan untuk dikenakan.

Kalau sebelumnya manusia rohani belum dihidupkan, maka sekarang harus mulai dihidupkan.
Jika ia sungguh-sungguh bertekun hidup didalam pimpinan-Nya setiap hari maka ia pasti mulai bisa memahami perkataan-perkataan Tuhan Yesus seperti misalnya: “mengumpulkan harta di sorga”, “Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya”, “orang percaya bukan berasal dari dunia ini” dan lain sebagainya.
Ia mulai bisa mengerti Firman yang mengatakan, “asal ada makanan dan pakaian cukup”.
Panca inderanya rohaninya dari hari ke hari menjadi semakin terlatih dan semakin tajam mengerti kehendak Tuhan untuk dilakukan.

Dengan memahami kebenaran ini kita semakin mengerti kalimat Tuhan Yesus yang berkata :
"Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup" (Yohanes 6:63).
Maksud perkataan Tuhan Yesus ini adalah bahwa perkataan-perkataan Tuhan Yesus mengarahkan manusia untuk memiliki kehidupan yang dipimpin oleh roh bukan lagi oleh nafsu daging, maka dalam pernyataan sebelumnya Ia berkata: Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna sebab di kekekalan dihadapan Tuhan Yesus, orang percaya harus bisa membuktikan apakah dirinya layak disebut sebagai anak-anak Allah.
Tentu landasannya adalah apakah didalam hidupnya telah hidup didalam penurutan terhadap kehendak Tuhan dan memberi diri hidup di pimpin oleh Roh Kudus.

Dengan demikian kita semakin mengerti perkataan Tuhan Yesus yang berkata :
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Matius 7:21), hal ini menunjukan untuk melakukan kehendak Bapa, orang percaya harus hidup didalam pimpinan Roh Kudus sehingga melalui tahapan ini hidupnya diarahkan Tuhan untuk bisa mengerti kehendak Tuhan, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna untuk dilakukan dengan taat dan segenap hati.

Orang percaya adalah umat yang dikehendaki oleh Tuhan menjadi umat yang dipersiapkan untuk mewarisi langit yang baru dan bumi yang baru dengan kualitas manusia batiniah yang sudah diperbaharui oleh pimpinan Roh Allah.
Kalau seseorang memiliki keberanian untuk menetapkan hati untuk selalu taat memberi diri dipimpin oleh Roh Allah, maka kehausan jiwanya tidak lain adalah kehausan akan perkara-perkara rohani; bagaimana memiliki kehidupan yang berkenan kepada Bapa di sorga, bagaimana memberi segenap diri untuk melayani Bapa dan setia kepada-Nya yang didalamnya ia selalu membawa kehidupannya untuk tidak bercacat dan tidak bernoda sampai kedatangan Tuhan Yesus datang kembali.

Galatia 5:24-25
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,

Amin.

Selasa, 30 Agustus 2016

MEWASPADAI STRATEGI MUSUH YANG BERBAHAYA


Efesus 6:12  karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

Sering kita mendengar orang berkata mengenai hidup sebagai pemenang mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4).
Apa yang dimaksud dengan hidup sebagai pemenang yang mengalahkan dunia?. Mengalahkan dunia bukan berarti dapat menghindarkan diri dari kesulitan hidup, karena berkeadaan tidak seperti yang diharapkan dengan konsep berkemenangan yang salah, maka tidak sedikit orang Kristen yang bersungut-sungut dan dalam hati kecilnya menyalahkan Tuhan ketika ada dalam situasi yang sulit tersebut.
Hendak kita tidak menjadi kelompok yang bersungut-sungut dan berkata: Mengapa Tuhan tidak adil?, mengapa Tuhan memberi kemenangan kepada orang lain tetapi tidak memberi kemenangan kepadaku?.
Persungutan seperti ini adalah persungutan yang sama seperti bangsa Israel ketika mereka ada di padang gurun (Keluaran 16:3).
Mereka tidak mengerti tujuan Tuhan membawa mereka ke padang gurun. Rasanya mereka lebih senang ada di Mesir, bahkan bila mungkin mereka berharap Tuhan menghancurkan bangsa Mesir dan menyerahkan tanah Mesir kepada mereka sehingga mereka dapat menikmati tanah Mesir dan tidak perlu pergi ke Kanaan.

Untuk menemukan pengertian yang benar apa artinya menjadi pemenang mengalahkan dunia ini, perlulah kita menemukan terlebih dahulu siapakah musuh kita.
Bagaimana kita dapat berbicara mengenai kemenangan kalau kita tidak mengerti siapa musuh kita?
Alkitab menunjukkan bahwa musuh kita adalah kuasa gelap atau si iblis.
Namun perlu diketahui dengan cerdas bahwa yang membahayakan dari iblis dalam hidup orang percaya bukan hanya pada waktu ketika iblis merusak ekonomi, kesehatan, fasilitas hidup dan menyerbu dengan berbagai persolan hidup lainnya, tetapi iblis juga bisa bermanuver dengan baik ketika orang percaya dalam keadaan ekonomi baik, tubuh sehat dan keadaan nyaman.
Jika ia tidak menghidupi sikap hidup yang berjaga-jaga maka justru keadaan itulah yang membuat orang Kristen terlena dengan berbagai-bagai keinginan duniawi tanpa batas mengejar kepuasan hidup dan segala kesenangan-kesenangan didalamnya sehingga fokus menumbuhkan karakter Kristus menjadi terhenti dan tidak terjadi didalam hidupnya.
Orang percaya yang masih mengikat persahabatan dengan dunia, telah cukup untuk membuat ia menjadikan dirinya menjadi musuh Allah (Yakobus 4:4), hal ini tentu membuat hidupnya menjadi tidak sungguh-sungguh untuk bergumul agar bertumbuh dewasa menjadi pribadi yang selalu dapat dinikmati dan selalu didapati berkenan dalam penurutannya melakukan kehendak Bapa.

Oleh sebab itu orang percaya harus berhati-hati terhadap tipu daya iblis yang terus berupaya agar hidup orang percaya jatuh menjadi seorang pemberontak dan menjadi musuh Allah.
Dalam segala kondisi kita harus tetap berjaga-jaga, baik itu dalam kondisi berkekurangan maupun dalam kondisi nyaman, sebab iblis yang licik akan terus bermanuver mencari orang yang dapat di telannya.
Dengan keadaan ini orang percaya harus menjadi sadar bahwa ia adalah makhluk yang tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri namun ia adalah makhluk yang dipersiapkan Tuhan Yesus menjadi laskar-Nya yang sejati yang mampu memperlihatkan kehidupan sebagai anak-anak Allah yang hidupnya hanya ditujukan bagi kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya yang tidak akan pernah hanyut didalam keserakahan memiliki dunia dengan segala kesenangannya.

Orang percaya yang sejati akan mampu mengelola keadaan yang baik dengan segala kelimpahan materi tersebut menjadi kesempatan yang luar biasa untuk dapat digunakan seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya bagi kepentingan Tuhan yaitu membela pelayanan pekerjaan-Nya guna menyelamatkan jiwa-jiwa; seperti mendukung pelayanan misi bagaimana Injil dapat diberitakan dan diajarkan kepada banyak orang sehingga mereka mengenal kebenaran dan dapat menjadi pribadi yang memperagakan karakter Kristus didalam dunia ini.
Dengan demikian dalam keadaan hidup yang baik yang diijinkan oleh Tuhan merupakan hak istimewa orang percaya untuk berkesempatan dapat melayani Tuhan dengan tanpa gangguan guna memperluas Injil kerajaan Tuhan Yesus dapat diberitakan sampai keujung-ujung bumi.

Yakobus menasehatkan untuk bisa melawan dan mengalahkan iblis haruslah terlebih dahulu kita tunduk kepada Allah, berangkat dari sini iblis baru dapat kita kalahkan (Yakobus 4:7).
Kata "tunduk" teks Yunani dalam ayat ini adalah : hupotasso yang berarti taat untuk hidup dalam pimpinan.
Dalam hal ini sangat jelas untuk mengalahkan iblis kita harus taat untuk hidup dalam pimpinan Allah, hidup dalam kebenaran-Nya dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.
Bertindak sesuai kehendak-Nya artinya bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Petrus membahasakan, untuk melawan iblis adalah dengan iman yang teguh (1 Petrus 5:9).
Iman adalah penurutan kita terhadap kehendak Allah.
Dengan taat menyelenggarakan hidup menuruti kehendak Allah, berarti kita tidak memberi peluang kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan pikiran kita kepada perbuatan dosa.
Dengan memiliki irama hidup menuruti kehendak Allah, siasat dan tipu daya iblis dapat dengan mudah kita patahkan dan dapat kita hancurkan.
Dengan bertekun membangun irama hidup yang tunduk sepenuhnya kepada Tuhan, hidup didalam kehendak dan kebenaran-Nya maka Tuhan akan menjadikan diri kita hidup sebagai pemenang yang mengalahkan dunia.

1 Petrus 5:8-9
8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.

Amin.

Senin, 29 Agustus 2016

ARTI MENJAGA HATI DARI PESTA PORA


Lukas 21:34-36
34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Paulus dalam suratnya mengingatkan bahwa hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:16).
Yang jahat adalah suasana atau atmosfirnya.
Melalui berbagai sarana iblis berusaha memengaruhi manusia menjadi manusia yang tidak takut akan Tuhan, tidak memperdulikan hukum-Nya dan membuat manusia menjadi semakin jahat.
Pengaruh-pengaruh jahat bisa melalui pergaulan hidup yang salah yaitu gaya hidup manusia di sekitarnya yang memberi pengaruh yang tidak baik, melalui film yang tidak mendidik, lagu-lagu dunia yang didengar dan lain sebagainya.
Iblis memiliki banyak cara untuk mewarnai hidup manusia agar gagal menjadi anak Tuhan yang baik.

Mengantisipasi keadaan dunia jahat di akhir zaman ini Tuhan Yesus mengajarkan dalam Lukas 21:34-36 agar orang percaya menjaga hati supaya tidak sarat dengan pesta pora.
Maksudnya tidak sarat dengan pesta pora di sini adalah agar orang percaya tidak hanyut dengan segala kesenangan hidup sampai mengabaikan hal pertumbuhan kedewasaan rohani.
Pertumbuhan kedewasaan rohani artinya menjadi semakin berkenan kepada Tuhan.
Orang yang masih sarat dengan pola kehidupan pesta pora adalah orang-orang yang masih mencintai dunia.
Rasul Yohanes menjelaskan kasih akan Bapa tidak ada pada orang yang masih hanyut dalam percintaan dunia dengan segala kesenangannya sebab segala hal tersebut bukanlah berasal dari Bapa melainkan berasal dari dalam dunia.
1 Yohanes 2:15-16
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

Orang yang sarat dengan pesta pora hidupnya akan terus diwarnai oleh dunia, iblis menggunakan peluang ini sedapatnya berupaya menggeser tujuan hidup manusia untuk menjadikan dunia sebagai tempat mencari kesenangan hidup bagi dirinya sendiri hingga melupakan fokus hidup yang benar mencari perkenanan Tuhan.
Mereka yang tidak sadar ini, akan dibuat iblis untuk menghabiskan masa hidupnya hanya untuk fokus mencari kepuasan diri, kesenangan bagi diri sendiri dari hari ke hari sampai mereka terhanyut kepada pola hidup menikmati dunia seperti anak-anak dunia menikmati dunia. Hingga pada suatu titik ia tidak lagi bisa memiliki kemampuan dan hasrat untuk mengingini Tuhan sebagai kesenangan dan kebahagian hidup satu-satunya, dan tidak mampu lagi menyenangkan hati Tuhan dan hidup didalam pimpinan Roh-Nya.
Orang seperti ini jika tidak bisa diubah maka sampai usia tua ia tetap menjadi pribadi yang kawin dengan dunia/hatinya tertanam kepada kesenangan yang disediakan oleh dunia untuk dimiliki sebanyak-banyaknya dan dinikmati seluas luasnya bagi diri sendiri.

Dengan demikian bukan tanpa alasan Tuhan Yesus berkata : Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Matius 6:21), hal ini menunjuk hati manusia tidak boleh diisi oleh hal yang lain selain mengingini Tuhan dan perkenanan-Nya saja.
Artinya semua kegiatan hidup yang ia lakukan selama hidup dibumi ini baik dalam study, karir, bisnis, keluarga/rumah tangga, dimasyarakat semuanya harus dapat dinikmati dan dapat menyenangkan hati Tuhan yang muaranya ditujukan kepada satu tujuan yaitu supaya menjadi orang yang lebih maksimal dan lebih efektif bagi alat Tuhan untuk mengabdi dan mengawal pekerjaan-Nya dibumi ini.
Bukan lagi ditujukan bagi kepentingan diri sendiri atau demi hasrat kepuasan diri.
Dengan mengerti kebenaran ini hendaknya kita tidak lagi membedakan pekerjaan rohani dan pekerjaan sekuler atau kegiatan yang diukur dengan jenis pekerjaan di lingkungan gereja dan di luar lingkungan gereja.
Semua area di wilayah hidup kita adalah pelayanan kita kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
Jadi mengembangkan diri di bidang yang digelutinya haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagai tempat pelayanan di mana ia memerankan panggilannya untuk memuliakan Tuhan.
Olehnya setiap kita harus terus berupaya sekuat-kuatnya memperbesar kapasitas diri, mengembangkan seluruh potensi yang ada untuk mengabdian diri kepada Tuhan, dan terus mengembangkan pola berpikir seperti cara Tuhan berpikir dan bertindak.

Tuhan Yesus sudah memberikan suatu teladan yang kekal bagaimana menyelenggarakan hidup dengan benar.
Tuhan Yesus ingin setiap orang percaya memiliki filosofi hidup yang sama yaitu "makananku ialah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Jika hati kita masih bisa di isi dengan kesenangan yang lain selain ini maka untuk berkata "yang ku ingini Tuhan saja" akan kandas dan sulit untuk dicapai sebab hati kita masih sarat dikuasai oleh keinginan pesta pora yaitu masih dapat hanyut didalam percintaan dengan dunia dan dengan segala kesenangan hidup lainnya yang ditujukan bagi kepentingan pribadi dan hasrat kepuasan diri.
Jika demikian adanya maka sebenarnya dalam hal ini kita sedang mengabdi kepada dua Tuan.
Hal ini tentu akan sangat menghambat seseorang untuk bisa mengerti kehendak dan rencana Tuhan sebab tentu ia tidak sepenuhnya mengindahkan pimpinan dan tuntunan Tuhan.
Tuhan Yesus sudah dengan tegas berkata : "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Matius 6:24).

Banyak orang yang hidupnya hanya diisi dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan hatinya sendiri seperti makan minum dan pesta-pesta tetapi kalau untuk belajar Alkitab (Pendalaman Alkitab), kebaktian dan lain-lain mereka tidak memberikan gairah, antusias dan energi yang penuh.
Sebaliknya kalau untuk pesta ulang tahun, shopping, menghadiri pesta perkawinan dan berbagai pesta lain, kuliner, nonton suatu pertunjukan baik film, konser dan lain sebagainya mereka bisa memberikan energi yang masksimal untuk bisa hadir.
Dalam hal ini Tuhan diperlakukan tidak lebih berharga dari hal-hal tersebut.
Mereka masih gagal memberi diri menyembah (PROSKUNEO)/memberi nilai tinggi Tuhan dalam hidup ini.
Mereka bisa menginvestasikan waktu begitu banyak untuk hal lain, tetapi tidak untuk perkara-perkara rohani.
Hal ini sudah memberi peta kehidupan yang jelas salah, jika tidak berusaha berubah maka kelak ia tidak layak dapat masuk kedalam perjamuan sebagai anak-anak Allah yang dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Sebab yang dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus adalah orang-orang bersedia mengambil bagian dalam penderitaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus artinya berjuang tanpa batas melayani, mencari perkenanan Tuhan, mengabdi kepada Tuhan, membela tanpa batas kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya (Roma 8:17).

Harus diingat bahwa Tuhan menghendaki agar orang percaya untuk menjadi sempurna (Matius 5:48) artinya berkenan setiap saat dihadapan Tuhan.
Dalam Lukas 16:19-31 dikisahkan mengenai orang kaya yang selalu berpesta dan hanyut dalam kesenangan hidup. Ketika Lazarus yang miskin tergeletak di depan rumahnya, orang kaya ini membiarkan Lazarus mati.
Ia tidak berbuat kebaikan untuk sesamanya.
Akhirnya orang kaya ini juga mati tetapi ia tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Hal ini disebabkan pada waktu dibumi ia tidak menjadikan Tuhan sebagai harta kekayaan abadinya, sehingga ia mengabaikan Lazarus yang sangat membutuhkan pertolongan.
Inilah keadaan manusia di akhir zaman yaitu mencintai dirinya sendiri dan kesenangannya (2 Timotius 3:2).
Orang yang mencintai diri sendiri sangat sulit untuk dapat meneladani kehidupan Tuhan Yesus yang menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah.
Artinya orang yang selalu siap berkorban apa saja demi kepentingan Tuhan dan kesediaan melayani Tuhan dengan tanpa batas mencari perkenanan hidup dihadapan-Nya.

Alkitab mengatakan keadaan manusia di akhir zaman dimana kasih kebanyakan orang menjadi dingin (Matius 24:12).
Orang yang masih mencintai dunia dan hidup yang mementingkan diri sendiri adalah orang yang mengabdi kepada dirinya sendiri, mereka mungkin juga bisa berkorban bagi Tuhan tetapi yang diberikan kepada Tuhan hanya sisa-sisa atau remah-remahnya saja.
Jangan sampai hal ini terjadi di dalam hidup kita, sebab kita akan malu dan takut ketika kelak menghadap Tuhan nantinya.

Hendaknya kita terus mengembangkan sikap hidup yang memberikan gairah yang penuh mencari perkenanan Tuhan, kesediaan mempersembahkan segenap hidup bagi Tuhan, menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, meninggalkan pola kehidupan kesenangan dunia yang sarat dengan pesta pora dengan segala kepentingan duniawi dan terus mengambil bagian untuk sepenuh hati melayani Tuhan Yesus dengan tanpa batas didalam seluruh wilayah hidup ini.

Amin.

Minggu, 28 Agustus 2016

PANGGILAN UNTUK HIDUP KUDUS


1 Petrus 1:15-16
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Seseorang tidak akan dapat menikmati sukacita atau damai sejahtera dan kehadiran Tuhan kalau tidak hidup dalam kesucian, sebab tidak mungkin seseorang bisa mengalami hal tersebut kalau tidak berpola pikir dan memiliki cara pandang yang sama seperti Tuhan.
Tuhan menghendaki orang percaya memiliki pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat pula didalam diri-Nya (FIlipi 2:5).
Dengan memahami kebenaran ini hendaknya sebagai orang percaya kita mulai merubah cara berpikir kita untuk dapat diselaraskan dengan kehendak Tuhan.
Tentu perubahan pola berpikir yang Tuhan kehendaki adalah usaha agar kita bisa mencapai suatu level kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela.
Dimulai menjaga kekudusan dari sikap hati hingga tindakan kita, haruslah dapat mencerminkan gambaran dari kekudusan-Nya.
Kehidupan yang bersih dapat membangun persekutuan yang harmoni dengan Tuhan. Dan hal ini akan membuahkan kehidupan dalam sukacita, damai sejahtera yang berasal dari Sorga dan kehadiran Tuhan ditengah-tengah kehidupan dan seluruh kegiatan dihidup kita.
Hendaknya dalam persekutuan dengan Tuhan haruslah meresponi panggilan-Nya untuk hidup didalam kekudusan-Nya, sebab seseorang tidak akan dapat melihat dalam arti menikmati persekutuan dengan Tuhan jika tidak meresponi panggilan ini (Matius 5:8).
Dengan demikian seseorang tidak dapat bersekutu dengan Tuhan tanpa hidup dalam kekudusan-Nya. Itulah sebabnya Tuhan tegas berkata agar kita kudus seperti Dia kudus.

Tuhan tidak akan mempercayakan sukacita yang ada pada-Nya kepada orang yang tidak menghormati Tuhan secara pantas. Dengan kalimat lain, Tuhan tidak memberikan damai sejahtera-Nya untuk dinikmati oleh orang yang hidupnya tidak benar.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa damai sejahtera yang diberikan kepada orang percaya tidak sama dengan apa yang diberikan oleh dunia ini (Yohanes 14:27). Hal ini tentu menunjuk sukacita di dalam Tuhan yang hanya dinikmati oleh mereka yang hidupnya tidak bercela.
Tuhan hanya dialami oleh mereka yang setia meresponi hidup dalam kekudusan dan kebenaran-Nya, menolak panggilan ini seseorang tidak akan mengalami Tuhan dan hidup berdampingan dengan-Nya.

Dalam Efesus 1:4 tertulis "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya".
Ayat ini menunjuk kehidupan yang kudus dan tak bercacat di hadapan Tuhan adalah tujuan akhir dari kehidupan seorang yang mengikut Tuhan Yesus.
Kehidupan kekristenan kita harus diarahkan kepada tujuan itu dan tidak boleh meleset sedikit pun.
Perlu dipahami bahwa kehidupan kudus dan tidak bercacat di hadapan Tuhan adalah langkah setiap individu untuk menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru (Efesus 4:17-32), hal ini dilakukan sebagai responnya dalam menyambut anugerah-Nya.
Dalam hal kesucian ini, Petrus pun menasehatkan agar kita dalam menantikan kedatangan Tuhan harus berusaha hidup kedapatan tidak bercacat dan tidak bernoda sampai hari kedatangan Tuhan Yesus menjemput orang-orang saleh-Nya.
(2 Petrus 3:14
Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia).

Korban Tuhan Yesus di kayu salib, memanggil setiap kita agar dalam selalu ada dalam perjuangan untuk memiliki kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela dihadapan-Nya.
Inilah usaha Tuhan untuk mengembalikan kehidupan manusia kedalam rancangan-Nya yang semula, menebusnya dari kubangan dosa dan memanggilnya untuk hidup didalam kesucian sehingga manusia bisa kembali hidup berdampingan kembali dengan diri-Nya.
Dalam panggilan untuk hidup kudus dihadapan-Nya, manusia ditunjuk untuk selalu hidup didalam penurutan terhadap segala kehendak Allah.
Adam gagal melakukan hal ini.
Sejak jatuhnya Adam dan Hawa kedalam dosa, kehidupan manusia menjadi kehilangan kemuliaan Allah yaitu kekudusan-Nya yang menudungi mereka.
Perlu untuk selalu kita ingat tanpa kekudusan, manusia tidak bisa hidup berdampingan dengan Allah.

Perjuangan untuk hidup kudus dan tak bercacat cela adalah respon kita menyambut anugerah karya penebusan oleh Tuhan kita Yesus Kristus dimana manusia kembali diberi peluang oleh Tuhan untuk menemukan kembali kemuliaan Allah yang hilang sejak kejatuhan Adam.
Namun perlu diingat panggilan untuk hidup kudus bukanlah suatu jasa agar bisa dibenarkan sebab keselamatan bukan hasil usaha manusia melainkan  penebusan darah yang mahal oleh Tuhan Yesus diatas kayu salib.
Olehnya manusia khususnya yang menerima Dia harus meresponi dan menyambut anugerah tersebut untuk hidup didalam kehendak-Nya.

Perlu menjadi cacatan disini pengertian kudus dan tidak bercacat tidak bisa dimiliki seseorang secara ajaib dan mistis. Hal ini bisa dimiliki dalam perjuangkan setiap hari melalui belajar, mengerti, mengenakan Firman Tuhan, memberi diri hidup didalam pimpinan Roh Kudus dan penyangkalan diri bahwa dirinya bukan berasal dari bumi melainkan makhluk warga kerajaan sorga yang ditempatkan Tuhan dibumi untuk membinasakan perbuatan iblis dengan cara memiliki irama hidup yang terus menyelenggarakan kehidupan yang kudus dan tak bercacat cela dihadapan Tuhan, hal ini sejajar dengan proses kehilangan nyawa.
Dengan demikian kita baru bisa menggenapi kitab Wahyu 12:11 yang berbunyi : "Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut".
Iblis hanya bisa dikalahkan dengan penebusan oleh darah Tuhan Yesus diatas kayu salib dan kesaksian hidup orang percaya yang setia dalam ketaatan penuh kepada Allah dalam menyelenggarakan hidup kudus dan tidak bercacat cela sampai tarikan nafas terakhir, inilah yang dimaksud hidup yang tidak menyayangkan nyawanya.
Hal ini harus selalu diupayakan oleh setiap individu khususnya hidup orang percaya sebab dalam kehidupan nyata hal ini tidak mudah untuk diselenggarakan, sebab iblis akan terus berupaya mengemas secara modern produk-produk dosa untuk menyeret orang percaya tidak hidup didalam ketaatan kepada Bapa di Sorga.
Untuk itulah Roh Kudus di utus oleh Bapa untuk memberi pertolongan, memimpin hidup orang percaya kepada segala jalan kebenaran-Nya, memampukannya memenangkan pertandingan kehidupan ini melawan tipu daya iblis.

Dengan demikian dengan memenuhi panggilan Tuhan ini maka panggilan bagi setiap orang untuk masuk proses pemuridan-Nya dapat berlangsung dengan baik.
Inilah kehidupan Kristiani yang sejati yang harus digumuli dengan serius oleh setiap orang percaya dimana ia bersedia dilahirkan kembali oleh Allah menjadi manusia ciptaan yang baru yang hidupnya menuruti kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan.
(Efesus 4:22-24
22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,
23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya).
Mengenakan manusia baru bukan hanya berarti menjadi baik, tetapi hidup dengan spirit atau gairah hidup seperti Tuhan Yesus.
Mengenakan manusia baru artinya mengenakan cara hidup yang berbeda dengan cara hidup manusia dunia yang tidak meresponi anugerah keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus.
Dengan mengenakan manusia baru, hidup mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, seseorang baru dapat masuk kedalam proyek keselamatan secara benar, hidupnya dapat menjadi saksi-Nya yang efektif, membawa terang dan menggarami jiwa-jiwa untuk masuk kedalam proyek keselamatan, hidup didalam kehendak Tuhan dan hidupnya akan terus dapat berdampingan dengan Tuhan Yesus sampai di kekekalan.

Amin.

Sabtu, 27 Agustus 2016

HIDUP DALAM KASIH KARUNIA YANG BERTANGGUNG JAWAB


Wahyu 2:2-5
2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Setelah memuji jemaat Efesus atas ketekunan mereka dalam bekerja, dalam kesabaran, dan penolakan mereka atas para rasul palsu, namun ironinya Tuhan menunjuk kepada satu kekurangan yang menyedihkan yaitu jemaat telah kehilangan kasih yang semula.

Apa artinya "kasih yang semula"?
Jemaat Efesus telah jatuh ke dalam perangkap melakukan kegiatan, tetapi melupakan Pribadi kepada siapa kegiatan itu dilakukan. Mereka lupa bahwa karena Yesus dan untuk Dialah semua itu mereka kerjakan.
Dan mereka lupa Tuhan Yesus adalah Pribadi yang hidup yang memiliki kehendak, pikiran dan perasaan yang dimana Tuhan menghendaki umat-Nya memiliki hati mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatannya.
Ini menunjuk umat Tuhan harus memberikan kasih yang sempurna kepada Sang Pemilik kehidupan ini.
Kegiatan pekerjaan-Nya telah menjadi lebih penting tanpa memperhatikan lagi hal yang lebih penting yaitu memelihara hubungan kasih secara pribadi dengan-Nya.
Mereka tidak lagi sungguh-sungguh menyentuh Tuhan dengan benar, persekutuan dengan Tuhan telah digantikan dengan kegiatan rutinitas kegiatan seremonial tanpa sungguh-sungguh membangun hubungan yang eksklusif dengan Tuhan secara pribadi sepanjang waktu.
Tuhan menginginkan kasih yang sempurna untuk selalu dimiliki oleh setiap orang percaya dalam melayani-Nya yaitu tetap hidup didalam komunikasi yang tidak berkeputusan, selalu nyambung dengan Tuhan setiap waktu guna meminta pimpinan-Nya.

Kegagalan gereja Efesus menjadi pelajaran berharga bagi orang percaya/gereja Tuhan diakhir zaman ini.
Hendaknya kita tidak hanya terlibat aktif di dalam kegiatan pelayanan namun lupa membangun hubungan yang eksklusif secara pribadi dengan Sang Maha Agung Tuhan kita Yesus Kristus yang kita layani,
Karena yang kita layani sebenarnya adalah Tuhan Yesus, olehnya kita tidak boleh melupakan tujuan pelayanan yang sebenarnya dimana jemaat pribadi lepas pribadi termasuk didalamnya diri kita bisa membangun hubungan yang harmoni dengan pribadi Tuhan Yesus dan hidup didalam segala kehendak dan kebenaran-Nya.

Dalam Wahyu 2:5, Tuhan mengancam jemaat Efesus akan mengambil “kaki dian” dari mereka, kalau mereka tidak bertobat. Kaki dian adalah salah satu perkakas dalam ruang suci di bait Allah.
Kaki dian tidak boleh padam.
Ia harus menyala terus sepanjang waktu. Kaki dian menunjukkan kehadiran Tuhan dalam kehidupan umat-Nya.
Kalau Tuhan mengangkat kaki dian berarti Tuhan mengangkat kehadiran-Nya dalam kehidupan umat- Nya.
Hal mana Pernah terjadi dalam kisah yang ditulis dalam Kejadian 6, yaitu anak- anak Allah ( keturunan orang benar) hidup sesuka hatinya sendiri sehingga Roh Allah Undur dari mereka.
Juga di Keluaran 32, Tuhan mengancam meninggalkan bangsa Israel karena bangsa itu tegar tengkuk atau keras kepala; mereka tidak hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah.

Roh Allah memeteraikan orang percaya (Efesus 1:13), agar orang percaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru ( Efesus 4:17-23).
Dengan diberi meterai tersebut seseorang termasuk memiliki karunia sulung roh atau buah sulung Roh.
Dalam Ibrani 12:16 menasehatkan kita : Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
Dalam hal ini Esau gagal menjaga hak kesulungannya dan tidak menganggap penting dengan hak kesulungan yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.
Hal ini menunjukan manusia yang dimeteraikan Roh Kudus bukan berarti tidak akan dapat kehilangan meterainya.
Dengan menerima meterai Roh Kudus seseorang harus hidup lebih berhati-hati dimana ia harus senantiasa taat untuk hidup didalam pimpinan Roh Kudus agar bisa mengerti kehendak Tuhan dan hidup didalam segala jalan kebenaran Tuhan dengan demikian ia tidak mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:13).
Dengan kata lain seseorang yang sudah menerima meterai Roh Kudus ia harus belajar untuk hidup seperti Tuhan Yesus hidup.
Nasehat di atas ini dimaksudkan agar kita tidak hidup lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah (Efesus 4:17) dan tidak memberi kesempatan kepada iblis (Efesus 4:27).
Dalam kitab Wahyu dikatakan bahwa jemaat Efesus ini telah jatuh begitu dalam sehingga harus bertobat (Wahyu 2:5). itulah sebabnya Tuhan Yesus Secara tidak langsung menghendaki atau menganjurkan mereka untuk menang (Wahyu 2:7) dan panggilan ini juga memanggil kita umat Tuhan yang hidup diakhir zaman ini.

Dalam Efesus 1:4 tertulis bahwa orang yang dipilih juga ditentukan untuk menjadi anak-anak-Nya.
Hal ini menunjuk bahwa orang-orang yang dipilih adalah orang-orang yang tidak hanya dikehendaki untuk menjadi orang-orang baik, tetapi harus menjadi seorang yang berkualitas berkeadaan sebagai anak-anak Allah.
Dalam hal ini menjadi anak Allah bukan sekedar status yang diakui oleh manusia atau diakui diri sendiri, tetapi keberadaan sebagai anak-anak Allah yang teruji tetap setia hidup taat dalam kebenaran, hidup didalam penurutan segala kehendak Tuhan dalam segala pengalaman hidup di sepanjang perjalanan waktu hidup ini.
Oleh sebab itu setiap orang percaya harus mengerti tanggung jawabnya untuk hidup kudus dan tidak bercacat sebagai anak-anak Allah.
Jadi, kata "ditentukan" dalam Efesus 1:4, bahwa Tuhan menentukan orang yang diselamatkan mengandung dekrit bahwa orang percaya bukan hanya menjadi orang beragama yang santun, tetapi menjadi sempurna seperti Bapa kita Tuhan Yesus Kristus.

Seseorang yang menjadi Kristen tidak membuat agama Kristennya secara otomatis menjadikan dirinya selamat artinya dikembalikan ke rancangan Allah.
Hal ini harus diresponi dengan perjuangan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, bersedia menanggalkan beban dan dosa dan masuk kedalam perlombaan yang diwajibkan yaitu pertandingan iman dimana orang percaya ditunjuk Tuhan bisa memenangkan pertandingan kehidupan dalam setiaan kepada Tuhan dan penurutan terhadap kehendak-Nya.
Hendaknya kita tidak berpikir bahwa kalau seseorang ke gereja dan mengaku percaya, kemudian secara ajaib atau secara mistik bisa menjadi lahir baru dan kemudian tidak perlu lagi memeriksa hidupnya setiap waktu dihadapan Tuhan.
Bahkan ketika seseorang berdoa: ubahkan aku Tuhan, ia tentu tidak secara otomatis dalam waktu singkat menjadi berubah secara signifikan.
Perubahan hanya bisa terjadi ketika seseorang berjuang untuk mengerti dan meresponi Firman Tuhan setiap hari dan berusaha untuk berubah melalui proses kehidupan setiap hari dengan mengenakan kebenaran Firman-Nya.
Terkait dengan hal ini kita harus memahami pengertian kasih karunia. Kasih karunia selama ini dipahami sebagai pemberian dari Allah yang tidak berdasarkan kebaikan manusia atau kelayakan manusia yang menerima pemberian tersebut.
Pada dasarnya kasih karunia sama artinya dengan anugerah.

Perlu menjadi catatan, kasih karunia tidak mengurangi tanggung jawab manusia. Dalam seluruh bagian Alkitab tidak pernah manusia bisa hidup tanpa tanggung jawab, kewajiban, panggilan atau apapun namanya sebagai makhluk yang agung yang karuniai Tuhan memiliki kehendak didalam dirinya sendiri.
Tanggung jawab dan kewajiban adalah kata yang paling tidak disukai kalau orang berbicara mengenai kasih karunia.
Sebab seakan-akan kata ini menghilangkan nilai kasih karunia, padahal tidak.
Kasih karunia menjadi kasih karunia kalau manusia bertanggung jawab atas kasih karunia tersebut.
Kalau orang percaya bisa hidup tanpa tanggung jawab maka Paulus tidak akan berkata bahwa ia harus berusaha untuk berkenan kepada Allah (2 Korintus 5:9-10). Paulus mengemukakan bahwa semua orang harus mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan.
Harus dipahami bahwa kalau seseorang bertanggung jawab atas kasih karunia yang Tuhan telah berikan maka ia akan mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar (Filipi 2:12) memberi diri melayani Tuhan hidup didalam segala penurutan kehendak-Nya, hidup didalam kebenaran-Nya, memiliki irama hidup mengejar perkenanan Tuhan tanpa batas hingga menjadi serupa seperti Tuhan Yesus dan menularkannya kepada orang lain untuk hidup didalam kasih karunia Tuhan yang tentunya harus diresponi dengan tanggung jawab.

Amin.

Jumat, 26 Agustus 2016

PENYEBAB MASIH BISA DI KERAT


Roma 11:17-22
17 Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,
18 janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.
19 Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas.
20 Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!
21 Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu.
22 Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.

Ayat diatas menunjukkan fakta yang tidak bisa dibantah dalam kehidupan orang percaya bahwa Tuhan bisa mengerat atau memotong orang-orang yang dipilih Tuhan, artinya membuangnya ke dalam api kekal sebab Tuhan tidak menemukan hidupnya berbuah dan tidak hidup didalam penurutan segala kehendak-Nya.
Dalam tulisannya, Paulus menunjukkan bahwa kalau cabang asli yaitu bangsa Israel bisa dipotong demikian pula dengan batang cangkokan yaitu orang Kristen dari berbagai suku bangsa.
Di ayat 22 tertulis: Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.

Pernyataan Paulus dalam Roma 11:21-22 ini sejajar dengan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:1-2, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”.
Dalam hal ini jelaslah bahwa setiap orang percaya harus berbuah, jika tidak maka resikonya dipotong.
Tentu buah yang Tuhan inginkan adalah dimana orang percaya mampu menularkan kehidupan Tuhan Yesus bagi orang lain inilah yang dimaksud dengan menjadikan semua umat manusia menjadi murid Tuhan Yesus, hidup didalam kebenaran-Nya.

Orang percaya yang hidupnya tidak berbuah dan tidak hidup didalam kebenaran-Nya tentu resikonya akan di potong.
Paulus tidak akan menulis pernyataan tersebut kalau orang percaya tidak akan pernah bisa dikerat oleh Tuhan.
Justru dengan tulisan tersebut dimaksudkan agar orang percaya berhati-hati terhadap cara ia menyelenggarakan hidup dan berperilaku dalam kehidupan ini, agar tidak menjadi carang yang dikerat atau dipotong.

Menanggapi kebenaran tersebut, kita harus mulai belajar untuk sungguh-sungguh hidup dalam ketaatan kepada kehendak Bapa.
Pertama kita harus melakukan semua hukum Tuhan.
Hukum Tuhan di sini maksudnya adalah kebaikan dalam moral umum.
Kita harus hidup dalam penghormatan kepada orang tua, tidak mencuri, tidak membunuh, selalu setia kepada pasangan hidup, hidup dalam kejujuran, tanggung jawab, tidak mengingini milik orang lain dan lain sebagainya.

Kedua, kita harus mengerti kehendak atau keinginan Tuhan dalam segala perkara dan menurutinya.
Kalau melakukan hukum secara moral umum saja kita tidak bisa, bagaimana mau melakukan kehendak Tuhan yang lebih rumit.
Secara moral umum kita harus sudah baik dulu barulah bisa meningkat untuk dapat mengerti kehendak/keinginan Tuhan dan hidup di dalam keinginan Tuhan.
Goal yang harus dicapai dalam hidup orang percaya adalah menjadi serupa seperti Tuhan Yesus yang hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa (Yohanes 4:34).
Hal ini sejajar dengan perkataan Tuhan Yesus didalam Matius 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Menanggapi fakta ini hendaknya segenap hidup kita selalu ada didalam penurutan segala kehendak Tuhan, hidup didalam kedaulatan-Nya yang selalu mengabdikan diri dengan tanpa batas kepada kerajaan-Nya.
Membawa hidup menjadi semakin serupa seperti Tuhan Yesus yang selalu mengikuti jejak-Nya dalam segala hal guna menyelenggarakan hidup didalam ketaatan melakukan kehendak-Nya merupakan harga mati dan harus dapat tercapai oleh setiap masing-masing individu yang mengaku sebagai orang percaya.
Dengan menghidupi nilai hidup seperti ini kita mengarahkan arah dan tujuan hidup kita secara benar menuju Kerajaan Sorga, hal tersebut tentu dapat menyenangkan hati Tuhan, sehingga kelak kita mendapatkan bagian yang telah disediakan oleh Tuhan, masuk kedalam kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya yang tidak pernah tergoncangkan.
Hendaknya kehausan dan hasrat hidup kita adalah dapat menyelesaikan tugas kehidupan yang telah dipercayakan kepada kita dan setiap waktu pastikan hidup kita selalu didapati-Nya ada didalam ketaatan melakukan kehendak-Nya dengan setia.

Wahyu 3:21  Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.

Amin.

Kamis, 25 Agustus 2016

MENEMBUS BATAS UNTUK KEPENTINGAN TUHAN


Yohanes 6:27  Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

Dalam Yohanes 8:23, Yesus berkata kepada orang Farisi: Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.
Kata “bawah” di sini dalam teks Yunani adalah kato, yang terjemahan bahasa Inggrisnya beneath, yang artinya “dari bawah,” dalam pengertian “hina” atau “rendah dalam kualitas”.
Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia kembali ke tempat asal-Nya, “di atas”, yang memiliki nilai mulia dan tinggi (Kisah Para Rasul 1:9-10).
Tuhan Yesus juga berkata kepada para pengikut-Nya bahwa mereka bukan berasal dari dunia ini (Yohanes 17:14,16). Dengan pernyataan ini, Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa orang percaya adalah orang-orang yang istimewa dan memiliki masa depan yang cerah.

Masa depan yang cerah bukan terletak pada masa depan di dunia ini, yaitu pada bumi yang akan jatuh (2 Petrus 3:10), tetapi hidup dalam kemuliaan di kekekalan nanti, yaitu di Kerajaan Bapa di sorga. Di bumi, orang percaya hanya hidup melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna.
Harta ini tidak dapat dibeli dengan apa pun.
Tidak ada harta di dunia ini yang lebih berharga dari kemuliaan bersama Tuhan di Kerajaan-Nya. Bertalian dengan hal ini Petrus menyatakan: Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu (1Petrus 1:3-4).

Dengan hal ini, Tuhan Yesus sudah mulai meletakkan dasar tujuan hidup orang percaya, bahwa tujuan hidup orang percaya adalah kerajaan-Nya. Manusia yang hidup tanpa tujuan jelas adalah manusia yang menjadi mangsa empuk kuasa jahat. Sayangnya, demikianlah keadaan kebanyakan manusia hidup di bumi ini, hidup tanpa tujuan. Mereka hanya makan minum dan kawin mengawinkan.
Anak-anak Allah tidaklah demikian, mereka harus memiliki arah atau tujuan hidup yang jelas. Paulus menulis bahwa orang percaya berwarganegara sorga, dan dari sana menantikan Tuhan yang akan mengubah tubuh manusia fana menjadi tubuh kemuliaan sorgawi (Filipi 3:20-21).
Itulah sebabnya panggilan orang percaya bertalian dengan kerajaan-Nya ini diucapkan Tuhan Yesus: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya”. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya (Matius 6:19-20). Artinya hidup yang tidak lagi ditujukan bagi pemuasan hasrat kepuasan diri sendiri dan ditujukan bagi kepentingan pribadi tetapi hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya memenuhi panggilan-Nya dan mengabdikan diri tanpa batas melakukan segala kehendak-Nya.

Olehnya mindset kita harus berubah, cara memandang dunia ini harus seperti cara Tuhan Yesus memandang dan bertindak.
Orang Kristen yang cara berpikirnya mengalami perubahan yang benar akan semakin menampilkan kehidupan sebagai anak-anak Allah yang luar biasa.
Kehidupan yang luar biasa sebagai anak-anak Allah kehidupan yang berkarya menembus batas untuk kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Menembus batas artinya memahami kebenaran yang murni dan mengenakannya secara memadai di seluruh wilayah kehidupan sehingga berusaha hidup sempurna atau hidup tidak bercela sama sekali, rindu menyenangkan hati Tuhan dan berusaha memaksimalkan semua potensi dalam hidup hanya untuk kepentingan pekerjaan Tuhan. Terkait dengan hal ini, orang-orang yang tidak memiliki potensi karena malas adalah orang-orang yang tidak berguna bagi Kerajaan Allah.
Dengan demikian harus disadari bahwa memaksimalkan potensi yang Tuhan percayakan adalah pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan.
Semua area adalah wilayah pelayanan kita kepada Tuhan, baik di keluarga, ditempat pekerjaan, di gereja, di kehidupan bermasyarakat. Inilah pelayanan yang menembus batas.
Orang Kristen yang belum menembus batas ini masih memiliki unsur kuat hidup untuk kepentingan diri sendiri seperti anak-anak dunia yang tidak meletakkan seluruh pengharapannya di kerajaan Sorga.
Pada dasarnya orang-orang Kristen seperti ini masih bisa digolongkan sebagai anak-anak dunia.
Kemasan luarnya seakan anak-anak Tuhan tetapi isinya selalu berfilosofi hidup "selalu untuk ku " dan selalu merasa bahwa dunia adalah rumah permanennya.

Orang-orang yang menembus batas akan menempatkan Tuhan di depan matanya atau berusaha hidup di hadirat Tuhan. Baginya hidup dalam Kerajaan Allah sudah dimulai sekarang sejak hidup di bumi, dan selangkah lagi akan mengalami realisasi dari Kerajaan Allah pada saat penyataan Tuhan Yesus dihari kedatangan-Nya.
Memang faktanya demikian, orang percaya adalah orang yang harus hidup dalam kedaulatan pemerintahan Kerajaan Allah (Matius 6:10).
Sebagai orang percaya yang sejati adalah kebutuhan dan keharusan menghadirkan pemerintahan Allah dalam seluruh wilayah hidup ini yaitu berusaha mengerti apa yang dikehendaki oleh Tuhan pada saat ia berada di lingkungan keluarga, dipekerjaan, di gereja dan dimasyarakat dan melakukannya dengan segenap hati untuk Tuhan Yesus.
Sebagai orang percaya, bagi kita bekerja untuk kepentingan Tuhan tanpa batas dan realisasi Kerajaan Sorga adalah satu-satunya hal yang ditunggu-tunggu dalam kehidupan ini.
Dan bagi kita Tuhan Yesus haruslah menjadi kebahagiaan hidup satu-satunya, dan disetiap tarikan nafas ini adalah merindukan, memikirkan dan menantikan Tuhan yang telah membuat hidup ini menjadi sangat berarti.

Amin.

Rabu, 24 Agustus 2016

MEMPERAGAKAN KEHIDUPAN TUHAN YESUS


Roma 8:29  Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Banyak orang Kristen yang belum mengerti bagaimana menghargai hidup yang Tuhan berikan.
Tidak ada cara lain untuk menghargai hidup ini kecuali meninggalkan cara hidup anak-anak dunia dan keindahan dunia dengan segala kesenangannya, kemudian memberi diri untuk belajar mengenal kebenaran Tuhan dan mengenakannya.
Semua itu merupakan proyek bagaimana memiliki gairah hidup seperti yang dimiliki oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Hendaknya peningkatan dan pertumbuhan rohani menjadi perhatian khusus dan mendapatkan tempat utama yang mendesak dan prioritas untuk selalu dikejar tanpa batas hingga kita bisa berkata seperti Paulus: hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku (Galatia 2:19-20).

Tidak banyak anak Tuhan yang bisa memiliki filosofi kehidupan seperti Paulus ini.
Memang faktanya kita sering temukan diri kita masih senang memperagakan kehidupan yang suka-suka sendiri yang tidak melibatkan pimpinan Roh Allah.
Jika kita masih berkeras dengan hidup “suka-suka sendiri” berarti kita tidak menghargai hidup yang Tuhan berikan.

Ketika kita menyaksikan kesaksian hidup Paulus yang bisa berkata: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”.
Tentu perkataan ini tidak muncul dengan seketika, pengalamannya bersama dengan Tuhan yang terus ia bangun dengan mengenal pribadi Tuhan Yesus tanpa batas dan bertekun melakukan kehendak-Nya menjadikan Paulus seorang yang radikal dalam mengasihi Tuhan, memberi hidupnya menjadi alat peraga Tuhan dengan tanpa batas melakukan kehendak-Nya.
Hidup oleh iman yang dimaksudkan Paulus artinya hidup dalam penurutan kepada kehendak-Nya atau penyerahan diri kepada apa pun yang Tuhan inginkan.
Itulah percaya yang benar sebab kata percaya/pisteuo artinya menyerahkan diri kepada obyek yang dipercayai. Penyerahan diri kepada kehendak Tuhan berarti seluruh hidup kita disita untuk memperagakan hidup-Nya atau gairah-Nya, untuk inilah Tuhan Yesus membeli kita (2 Korintus 6:19-20).

Dalam tulisannya yang lain Paulus menyatakan: “Jika satu orang (Tuhan Yesus) sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati…. supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2 Kor. 5:14-15).
Jadi hidup ini baru bisa memiliki value/nilai hidup yang berkualitas tinggi kalau seseorang mengenakan gairah hidup Tuhan Yesus tanpa batas dan seluruh hidupnya menjadi alat peraganya Tuhan di dalam dunia ini.
Inilah sebenarnya tujuan anugerah keselamatan yang Tuhan Yesus diberikan. Hal ini bukan sesuatu yang mudah, itulah sebabnya banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih dan Tuhan menghendaki agar orang percaya berjuang untuk masuk jalan sempit (Lukas 13:24) sehingga dapat tampil sebagai pemenang.
Gagal mengenakan gairah hidup Tuhan Yesus berarti gagal menjadi pemenang. Oleh karena sulitnya mencapai ini, maka Paulus berkata agar kita mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Filipi 2:5-12).

Hidup ini memiliki value kalau seseorang dengan tanpa batas mengenakan gairah hidup Tuhan Yesus, terus menerus memberi diri menjadi alat peraganya Tuhan, menjadi saksi-Nya untuk diutus membawa terang didalam dunia ini hingga semua yang bernafas mengenal dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat didalam hidupnya dan seluruh kehidupan manusia dibumi ini.
Inilah sejatinya kehidupan yang dikehendaki oleh Tuhan kita Yesus Kristus dimana hidup orang percaya bisa dipakai Tuhan membawa jiwa-jiwa untuk mengenal jalan hidup didalam kebenaran-Nya dan memberi diri hidup bagi Dia dan kemuliaan-Nya sampai selama-lamanya.

Yohanes 14:12a  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.

Amin.

Selasa, 23 Agustus 2016

MEMANDANG ANUGERAH SECARA BENAR


1 Yohanes 3:6-8
6 Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.
7 Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar;
8 barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.

Mereka yang masuk kerajaan Sorga atau diselamatkan adalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapa (Matius 7:21-23).
Tuhan Yesus sudah menjelaskan standar orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang melakukan kehendak Bapa.
Iblis tidak melarang seseorang menjadi anggota gereja yang rajin datang beribadah setiap minggu, menjadi pengurus atau pekerja gereja bahkan menjadi pendeta, tetapi ia akan berusaha menghambat dan menghancurkan orang-orang yang berusaha hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Yang paling menakutkan bagi iblis adalah orang percaya tanpa batas berusaha menggelar kehidupan yang kudus dan taat seperti Tuhan Yesus, hidup seperti Tuhan Yesus hidup.
Sebab hal inilah yang bisa mempercepat kedatangan Tuhan dan membinasakan perbuatan iblis (2 Petrus 3:11-12).
Inilah keselamatan itu yaitu dimana orang percaya bertindak sesuai dengan pimpinan Roh Allah (Roma 8:14).
Dengan kesediaan hidup dipimpin oleh Roh Allah setiap waktu dan terus membangun hati yang haus dan lapar menggali kebenaran Firman-Nya maka ia akan semakin mengerti akan kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan yang sempurna untuk dilakukan.

Bukan keselamatan jika kita tidak dengan segenap hidup melakukan kehendak Allah didalam seluruh wilayah hidup ini.
Dalam hal ini keselamatan bukan tanpa syarat.
Anugerah tidak meniadakan syarat untuk masuk Kerajaan Allah.
Anugerah bukan berarti semua dikerjakan oleh Tuhan dan manusia hanya diam seperti boneka yang tidak perlu meresponi karya keselamatan-Nya.
Inilah kesalahan banyak orang Kristen yang kalau berbicara mengenai anugerah asumsinya adalah semua serba cuma-cuma tanpa perlu mengerti kehendak Tuhan untuk dilakukan dengan tanpa batas.
Dalam hal ini kita harus kembali merumuskan pengertian anugerah secara benar.
Menempatkan anugerah pada tempat yang benar.
Kesalahan memahami anugerah berarti kegagalan menerima keselamatan yang sejati.

Anugerah justru menempatkan orang percaya pada pertaruhan yang mahal, sebab ia harus belajar melakukan kehendak Tuhan Yesus, hidup seperti Tuhan Yesus hidup.
Inilah yang dimaksud dengan percaya itu yaitu percaya yang dibuktikan dengan perbuatan yang taat melakukan kehendak Tuhan, bukan dengan kata-kata yang hanya bisa berkata "aku percaya Tuhan Yesus".
Alkitab sangat jelas mengatakan :
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (1 Yohanes 2:6).
Itu berarti setiap orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus harus memenuhi panggilan Tuhan untuk menggelar kehidupan yang penuh dengan kasih, taat, kudus tidak bercacat cela dan hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Berangkat dari sini kehidupannya baru bisa menjadi saksi Tuhan Yesus yang efektif ditengah kegelapan dunia ini.
Sebagai buahnya Alkitab jelas mengatakan “yang percaya kepada-Nya” beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).

Dalam Matius 7:21-23 mereka yang memanggil nama Yesus sebagai Tuhan harus melakukan kehendak Bapa, jika tidak maka ia belum bisa dikatakan sebagai orang percaya.
Percaya dalam teks Yunani adalah Pisteuo yang berarti menyerahkan diri kepada obyek yang dipercaya.
Kalau seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus berarti ia harus mempercayakan seluruh hidupnya diatur oleh Tuhan dan harus mau menerima ajakan Tuhan Yesus untuk dibentuk menjadi anak-anak Allah yang layak bagi-Nya.

Tuhan Yesus telah memberikan teladan-Nya dalam segala hal dengan sempurna ketika Ia mengenakan tubuh manusia.
Walaupun Tuhan Yesus adalah Allah itu sendiri Ia telah berkenan memberikan teladan hidup dan menjadi yang sulung bagi kehidupan orang percaya bagaimana menggelarkan kehidupan sebagai anak Allah yang berkenan kepada Bapa.
Menjadi anak Allah berarti melakukan kehendak Bapa.
Tuhan Yesus tidak menerima orang yang mengaku percaya kepada-Nya tetapi tidak berkelakuan seperti diri-Nya.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa saudara-saudara-Nya adalah orang yang mendengar Firman Tuhan dan melakukan Firman itu atau menjadi pelaku Firman atau pelaku kehendak Allah (Lukas 8:21). Dengan demikian jelas sekali syaratnya untuk menjadi anggota keluarga Allah yaitu melakukan kehendak Allah tanpa batas.
Tanpa syarat ini dipenuhi seseorang tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Syarat ini bukanlah bernilai suatu jasa, tetapi bernilai sebagai “respon” terhadap anugerah Allah yang tidak terkatakan.

Kesalahan memahami anugerah berarti kegagalan menerima keselamatan yang sejati.

1 Yohanes 1:6-7
6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.

Amin.

Senin, 22 Agustus 2016

PANGGILAN MENJADI UTUSAN TUHAN


Yohanes 20:21
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."

Allah menulis Dekalog yang dikenal dengan Kesepuluh Firman diatas loh batu (Keluaran 24:12; 31:18; 34:1-4).
Apa maksudnya?
Sebenarnya Tuhan dapat saja menulis diatas papyrus (sejenis kertas pada jaman dulu) atau menggunakan sarana lain.
Di sini Tuhan hendak menunjukkan kasih-Nya kepada manusia.
Dekalog atau Kesepuluh Firman diberikan kepada manusia sebagai wujud kasih-Nya.
Untuk itu hendaknya orang percaya tidak memandang keliru maksud Tuhan memberi hukum-Nya.
Di dalam Dekalog itulah Tuhan menyatakan hakekat-Nya, yaitu watak atau karakter Tuhan.
Ini harus benar-benar dimengerti.
Hukum diberikan Tuhan bagi umat bukan untuk membebani tetapi merupakan rambu-rambu yang menggiring umat kepada hidup keberkatan.
Jadi, kalau Allah menulis surat-Nya dengan jari-Nya sendiri itu untuk menunjukkan kasih Allah yang luar biasa. Ketika seseorang mengirim surat kepada seseorang yang dikasihinya pasti ditulis sendiri dengan tangan sendiri.
Seperti Paulus menulis surat dengan tangannya sendiri untuk menunjukkan cinta kasihnya kepada jemaat Tuhan (1Korintus 16:21; Galatia 6:11; Kolose 4:18; 2Tesalonika 3:17).

Hari ini Tuhan masih menulis surat dengan tangan-Nya sendiri.
Surat itu tidak ditulis di atas kertas, dan juga bukan di atas batu.
Tetapi Ia menulis surat-Nya di atas loh daging manusia yaitu didalam hati manusia (2Korintus 3:1-3).
Itulah sebabnya Tuhan memberikan dan menuliskan Firman-Nya di dalam hati orang percaya.
Tuhan membimbing orang percaya kepada segala kebenaran, agar mereka dapat menjadi surat yang Tuhan tulis kepada dunia.
Kehadiran orang percaya di tengah-tengah masyarakat adalah kehadiran kasih Tuhan, pertolongan Tuhan, firman Tuhan dan penampilan Tuhan sendiri.
Olehnya orang percaya tidak boleh lagi hidup suka-suka sendiri dan menggelar perilaku hidup yang sembarangan sebab selama ia hidup ia membawa reputasi Allah dalam setiap langkahnya.
Itu sebabnya orang percaya harus bertekun belajar Injil setiap hari agar selaras dengan pikiran, perasaan dan kehendak Tuhan dan memberi diri dipimpin oleh Roh Allah untuk selalu hidup ada didalam penurutan kehendak-Nya.
Orang yang tidak memberikan waktunya untuk belajar Injil dengan serius dan bersekutu secara pribadi dengan Tuhan setiap hari tidak akan dapat menjadi saksi Tuhan yang efektif ditengah dunia yang semakin jahat ini.

Tuhan mengasihi dunia ini dengan mengutus orang percaya ke dalam dunia (Matius 10:16; Yohanes 20:21).
Jadi perlu disadari selalu bahwa selama hidup dibumi ini, orang percaya adalah utusan-utusan Tuhan Yesus, duta-duta besar Tuhan yang diutus ke tengah-tengah dunia ini.
Orang percaya hidupnya tidak bisa memuliakan Tuhan jika ia belum dapat menjadi utusan Tuhan.
Maksudnya dapat menjadi saksi Tuhan dalam keselarasan kata-kata dan perbuatan. Tentu perbuatan disini perbuatan yang mengenakan kebenaran Injil-Nya, tindakan yang selalu selaras dengan pikiran dan perasaan Kristus, hasil buah tindakan dari penurutannya terhadap pimpinan Roh Allah dan bukan lagi hidup dalam kehendak diri sesuka hatinya.
Inilah sebenarnya yang dimaksud menjadi saksi yang bisa menggiring seseorang mendapatkan kemerdekaannya didalam Kristus.
Bukan saja dapat bersaksi dengan kata-kata, tetapi menjadi saksi dalam perbuatan.
Ketika lagu pujian yang dinaikan kepada Tuhan pada saat di gereja maupun diwilayah lainnya haruslah dapat dibuktikan dan tercermin dalam tindakan nyata setiap hari yang sesuai dengan isi pujiannya kepada Tuhan.
Jika tidak demikian maka setiap lagu pujian tersebut hanyalah merupakan kamuflase belaka yang tidak berarti sama sekali dan tidak dapat dinikmati dihadapan Tuhan.

Hidup orang percaya adalah hidup yang memuliakan Tuhan Yesus dengan segenap hidupnya.
Hidup orang percaya adalah hidup yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus benar-benar hidup, Ia Juru Selamat, Tuhan yang baik, penuh kasih, kudus dan lain sebagainya.
Hidup orang percaya membawa reputasi Allah. Jadi hendaknya dengan kesadaran penuh hidup orang percaya harus menunjukan kualitas hidup yang unggul sebagai anak-anak Tuhan sebab hidup orang percaya ditunjuk oleh Tuhan menjadi kota yang terletak diatas gunung dimana hidupnya dilihat oleh orang sekitarnya, ia harus menjadi teladan hidup yang berdampak dan dapat dicontoh bagi orang disekitarnya, menjadi yang setia menghidupi nilai-nilai jalan kebenaran yang Tuhan Yesus ajarkan, berangkat dari sini maka nama Tuhan Yesus dipermuliakan.

Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang bersedia menjadi utusan Bapa yang menampilkan pribadi seperti Bapa kita Tuhan Yesus. Inilah kehidupan sejatinya anak-anak Tuhan yang sejati yaitu dipanggil dan diutus oleh Bapa menjadi saksi-Nya ditengah-tengah dunia ini.
Bersaksi bukan hanya dengan kata-kata, tetapi menjadi saksi dalam segala tindakan/perbuatan yang selalu menghidupi jalan kebenaran Injil yang Tuhan Yesus ajarkan.

Amin.

Minggu, 21 Agustus 2016

SELALU BARU SETIAP HARI


Ratapan 3:22-23
22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

Merupakan kerinduan Tuhan untuk selalu menyediakan berkat-berkat yang baru setiap hari untuk kita, seperti manna yang disediakan Tuhan bagi bangsa Israel. Manna harus diambil setiap hari; tidak boleh diambil lebih dari kebutuhan satu hari, kecuali pada hari Sabat (Keluaran 16:26).

Demikian pula Tuhan Yesus mengajarkan dalam Doa Bapa Kami, agar kita cukup dengan makanan setiap harinya (Matius 6:11).
Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki persediaan makanan untuk satu bulan; tetapi Tuhan menghendaki agar kita tidak serakah, selalu hidup dalam hubungan yang benar dan kudus dihadapan-Nya, menjaga keintiman secara berkesinambungan untuk selalu bersekutu dengan-Nya. Selanjutnya Ia akan menyediakan berkat-Nya yang baru setiap hari.
Berkat-berkat-Nya adalah pengenalan akan Dia, memahami kehendak-Nya dan mengerti rencana-Nya. Itu lebih indah dan lebih penting daripada berkat-berkat jasmani sebab respon menghidupi berkat rohani-Nya setiap harilah yang akan dipandang oleh Tuhan dikekekalan nanti. Inilah harta abadi yang akan kita bawa pada saat menghadap Tuhan sang pemilik segala yang ada di alam semesta dan seluruh jagad raya ini yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.
Dengan memahami keindahan berkat yang baru dari Tuhan setiap hari ini, hati kita akan semakin melekat kepada Tuhan dan jiwa kita harus merasa terganggu kalau tidak mendapat sesuatu yang baru dari-Nya. Namun sesuatu yang baru itu hanya dapat kita peroleh apabila kita menetapkan hati kita untuk mengutamakan Tuhan. Maksudnya menganggap kebutuhan untuk mengenal Tuhan, kehendak-Nya dan rencana-Nya sebagai sesuatu yang penting dan mendesak.

Dengan sungguh-sungguh mengutamakan Tuhan, kita akan menyediakan waktu yang memadai ditengah-tengah kesibukan mencari nafkah, mengurus rumah tangga, berkarier, studi dan lain sebagainya. Akhirnya kita bisa menghayati apa artinya melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan.
Bila kita sampai di level ini, sulitlah bagi kita untuk kembali terbelenggu dengan kesenangan dunia.
Sudah tak mungkin lagi kita menoleh ke belakang seperti istri Lot (Lukas 17:32).

Pertanyaan yang harus kita jawab hari ini adalah apakah hari-hari ini kita sudah sangat serius mencari Tuhan guna mengenal Pribadi-Nya, mengerti kehendak dan rencana-Nya untuk kita lakukan?
Jika sudah, jangan berhenti. Berjalanlah terus sungguh-sungguh mencari Tuhan sampai di “titik anda tidak bisa berbalik kembali melirik keindahan dunia ini”, di mana mengenal Tuhan Yesus dan kehendak-Nya adalah keindahan satu-satunya didalam hidup ini, jika sudah seperti ini pengharapan keselamatan menjadi milik yang pasti (Ibrani 6:11).
Petrus menyebutkannya sebagai hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Tuhan Yesus Kristus.
(2 Petrus 1:10-11
10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Untuk mengenal Tuhan secara mendalam serta mengerti kehendak dan rencana-Nya, membutuhkan perjuangan yang menuntut keseriusan yang sangat tinggi, sebab hal ini tidak dapat diperoleh dengan mudah dan murah.
Tidak bisa instan, tetapi harus diperjuangkan dengan melibatkan dan mengerahkan seluruh waktu, tenaga dan segala sesuatu yang ada pada kita untuk belajar Injil setiap hari dan memberi diri di pimpin oleh Roh Kudus untuk hidup menurut kehendak-Nya.
Namun jika kita mau melakukannya, maka kita akan melihat bahwa sungguh Ia memberikan berkat rohani-Nya yang baru setiap hari.

Berkat rohani-Nya yang baru setiap hari hanya dapat kita peroleh apabila kita menetapkan hati kita untuk mengutamakan Tuhan dan kerajaan-Nya, mengenal Injil-Nya setiap hari dan terus memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya.

Amin.

Sabtu, 20 Agustus 2016

SELALU UNTUK-MU


1 Korintus 8:6  namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Untuk mencapai hubungan yang melekat dengan Tuhan Yesus seseorang harus dewasa rohani.
Seorang yang dewasa rohani hidupnya sudah tidak lagi berpusat pada diri sendiri (egosentris), tetapi harus “theosentris”.
Theosentris artinya hidupnya berpusat kepada Tuhan demi kesukaan hati-Nya.
Seseorang yang hidupnya berpusat kepada Tuhan Yesus adalah seseorang yang bersedia menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU"
Orang-orang seperti ini tentu sudah mulai cakap menyalibkan daging dengan segala keinginannya.
Ia tidak bisa lagi menikmati dunia atau mencari hasrat hidup yang ditujukan untuk kepuasan diri sendiri.
Dunia dengan segala keindahannya sudah menjadi pudar di matanya.
Mereka menjadikan Tuhan sebagai harta kekayaan yang abadi satu-satunya yang menjadi tujuan hidup.
Hatinya sudah dipindahkan dalam Kerajaan Sorga dan menghayati dengan benar bahwa dunia ini bukan rumahnya. Mereka adalah orang-orang yang berurusan dengan Tuhan karena hendak mengabdi kepada-Nya.
Mereka adalah orang yang mendesak Tuhan untuk menemukan perintah atau komando-Nya dalam pekerjaan-Nya bagi kepentingan Kerajaan Sorga.
Baginya segenap hati, jiwa dan menumpahkan keringat dan darah adalah kehormatan sebagai anak atau pangeran Kerajaan Allah.
Pelayanannya kepada Tuhan tidak lagi dibatasi oleh ruangan dan waktu.
Segenap hidupnya adalah pelayanan bagi Tuhan.
Sampai taraf ini seseorang baru bisa dikatakan hidupnya berpusat hanya kepada Tuhan Yesus.

Untuk bisa menjadi dewasa didalam Tuhan tidaklah tergantung dari Tuhan sepenuhnya, tetapi juga tergantung dari masing-masing individu.
Tuhan telah menyediakan sarana untuk dewasa, tetapi apakah seseorang bertumbuh dewasa atau tidak tergantung kesediaan masing-masing individu tersebut digarap Roh Kudus.
Kedewasaan seseorang didalam Tuhan adalah proses pendewasaan dimana seseorang bisa benar-benar lahir baru menjadi manusia yang baru yang mengenakan kodrat ilahi yang selalu memperagakan teladan dari kehidupan Tuhan Yesus, mengikuti jejak-Nya yang selalu hidup melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Hidupnya hanya berfokus kepada hidup yang mengabdi kepada kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Sampai disini barulah hidupnya bisa menjadi saksi-Nya, disinilah ia menemukan kehidupan yang memiliki nilai hidup yang berbeda dari cara hidup yang ia warisi dari nenek moyangnya.
Ia menjadi manusia yang tidak lagi sama dengan dunia ini dimana orang dunia pada umumnya selalu menggelar hidup berpusat kepada diri sendiri yang selalu berfilosofi hidup "selalu untukku".
Fokus hidupnya di lahirkan dan dibentuk kembali oleh Tuhan dimana hidup yang di kehendaki oleh Tuhan adalah hidup yang berpusat kepada Tuhan, hidup yang diperuntukan untuk kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya, berangkat dari sini barulah ia mengerti terhadap filosofi hidup "selalu untuk-MU".

Orang-orang yang hidupnya berpusat kepada Tuhan Yesus kelak pasti akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus, sebab yang memerintah dengan Tuhan Yesus adalah mereka yang bersedia menderita bersama-sama dengan Tuhan dalam penyangkalan diri, memikul salib setiap hari dan mengawal pekerjaan-Nya tanpa batas.
(Roma 8:17  Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia).

Orang-orang yang hidupnya selalu berpusat kepada Tuhan yang bersedia menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU" adalah orang-orang yang akan selalu disertai oleh Tuhan disetiap langkahnya, jika ia berkeluarga, melakukan bisnis dan pekerjaan lainnya tentu Tuhan juga rindu memberkati dan mencurahkan berkat baik berkat rohani maupun jasmani sebab Tuhan sedang memang mencari orang-orang mau dan bersedia menyertai dan mengawal pekerjaan Tuhan dengan tanpa batas yang tanpa memasukan kepentingan pribadi dan keinginan menikmati kepuasan hasrat duniawi.
Hendaknya kita jangan seperti Yudas iskariot yang gagal mengiring pekerjaan Tuhan karena ia telah memasukan kepentingan pribadi dan hasrat duniawi didalam pengiringannya kepada Tuhan.

Sejatinya kita sebagai anak-anak Tuhan haruslah menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU", berani menderita bersama dengan Tuhan Yesus dalam menyelesaikan tugas kehidupan yang di telah percayakan-Nya. Hidup mengikuti jejak-Nya selalu taat dan setia sampai akhir melakukan kehendak-Nya.
Hidup yang berpusat hanya bagi Dia dan kerajaan-Nya.

2 Korintus 5:15  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Amin.

Jumat, 19 Agustus 2016

KEMERDEKAAN YANG SEJATI


Yohanes 8:31-32
31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Orang percaya dapat sungguh-sungguh mengalami kemerdekaan bila tetap di dalam Firman.
Tetap dalam Firman maksudnya agar hidup kita selaras dengan Firman Tuhan (dituntun dan dipandu oleh Firman Tuhan). Bila demikian maka ia disebut sebagai murid.
Tanpa disadari banyak orang Kristen yang hidup dalam kepasifan.
Pasif dalam mencari pengenalan akan kebenaran yang tersimpan didalam Injil, padahal pengenalan akan kebenaran dapat membuat seseorang merdeka.
Iblis sering menipu dengan kepasifan sehingga hari-hari hidupnya tidak belajar Firman Tuhan dengan tekun.
Iblis mengisi pikirannya dengan berbagai sampah-sampah dari tontonan di layar kaca sampai layar lebar dan berbagai media lain yang memuat tanyangan yang tidak mengajarkan kebenaran yang berasal dari Tuhan.

Banyak manusia yang tidak jelas arah perjalanan hidupnya sebab kepasifan ini. Tidak jarang dijumpai orang Kristen yang mohon bimbingan Tuhan, mohon arah untuk memulihkan kehidupannya tetapi tidak pulih-pulih, sebab ia tidak melangkah untuk mencari kebenaran yang termuat dalam Injil-Nya.
Padahal Tuhan menghendaki melangkah dulu mengenal kebenaran-Nya.
Mengenal kebenaran identik dengan mengenal Allah, mengenal pribadi-Nya, mengenal kehendak-Nya, dan mengerti maksud-maksud-Nya untuk dilakukan.
Pengenalan yang bertumbuh melalui pergumulan yang serius mencari tanpa batas kebenaran-Nya, sampai ia bisa mengenal, mengerti dan melakukan Firman Tuhan secara berkesinambungan inilah yang membuahkan kemerdekaan.

Kenyataannya dapat dilihat banyak orang Kristen yang merasa sudah merdeka tetapi sebenarnya masih terikat dengan berbagai ikatan dosa karena tidak berusaha merobohkan manusia lamanya guna mengenakan manusia baru yang di pimpin oleh Roh Allah.
Berkenaan dengan hal ini perlu diketahui ada dua jenis kemerdekaan.
Yaitu kemerdekaan pasif dan kemerdekaan aktif.
Kemerdekaan pasif adalah kemerdekaan yang diterima dari Tuhan Yesus yang membuat seseorang tidak dimiliki oleh kuasa kegelapan lagi namun ia gagal meresponi dan memenuhi tanggung jawab terhadap anugerah yang diberikan dimana tidak serius mau peduli untuk berusaha belajar kebenaran-Nya untuk dikenakan didalam hidup guna melepaskan diri dari cara hidup manusia lama yang masih sangat besar kuat membuat potensi untuk berbuat dosa kembali dan diikat olehnya.
Memang Tuhan sudah menebus semua dosa kita diatas kayu salib namun Tuhan tidak menebus karakter kita. Olehnya Tuhan mengatakan kepada Nikodemus seseorang harus dilahirkan kembali, jika tidak maka ia tidak dapat melihat kerajaan Allah (Yohanes 3:3).

Kemerdekaan aktif adalah kemerdekaan yang berikan oleh Tuhan Yesus yang diisi dan direspon dengan tanpa batas mengenal kebenaran-Nya, belajar Injil untuk dikenakan dan berusaha melepaskan diri dari cara hidup manusia lamanya.
Kemerdekaan aktif menuntut kesungguhan diri meresponi anugerah-Nya dengan bersedia meninggalkan segala bentuk praktek dosa dan kedagingan kemudian mengenakan manusia baru yang selalu memberi diri dididik dan dipimpin oleh Roh Allah hingga ia dilahirkan kembali oleh Tuhan untuk tidak lagi bergeser dari hidup yang terus tinggal tetap didalam Firman-Nya.
Kelepasan dari cara hidup yang lama dan ikatan untuk kembali berbuat dosa adalah buah dari pergumulan pribadi dengan pimpinan Roh Kudus yang membuat seseorang semakin terikat dengan Tuhan dan menjadi satu roh dengan Tuhan.
Kemerdekaan aktif adalah sebuah perjuangan yang terus menerus sampai Tuhan datang kembali, tidak boleh berhenti dan tidak bisa berhenti.
Olehnya pikiran kita perlu dibersihkan dan diubahkan oleh Injil Kristus setiap hari dan terus hidup dan tinggal tetap didalam-Nya.
Dengan kemerdekaan inilah seseorang dapat bertumbuh dalam kesempurnaan Kristus.
Semakin orang merdeka semakin ia menikmati damai sejahtera Tuhan.

Hendaknya kita tidak menjadi orang Kristen yang hanya memiliki kemerdekaan pasif yang tidak bertumbuh dalam kemerdekaan aktif, sehingga tidak bertumbuh makin merdeka.
Kekristenan yang pasif akan membuat hidup Kekristenan seseorang menjadi kehilangan arah hidup Kekristenan yang sejati dan menjadikannya orang-orang Kristen yang tidak bertanggung jawab dengan anugerah keselamatan.

Dengan demikian kita harus mengisi anugerah keselamatan yang telah Tuhan Yesus berikan dengan sikap hidup yang benar yaitu mengisi kemerdekaan hidup yang Tuhan berikan dengan aktif belajar Injil setiap hari, berusaha mengenakannya dan dengan serius memulai hidup menjadi manusia baru yang sungguh-sungguh terlepas dari cara hidup manusia lama dan dari segala perilaku praktek dosa dan segala bentuk ikatannya.
Dengan senantiasa bersedia hidup di pimpin oleh Roh Kudus yang telah dimeteraikan Tuhan dalam diri orang percaya membuat seseorang hidupnya semakin merdeka, hidupnya semakin melekat dan terikat dengan Tuhan sehingga setiap waktu ia selalu menjadi satu roh dengan Dia.

1 Korintus 6:17  Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Amin.

Kamis, 18 Agustus 2016

MEMAHAMI ARTI HIDUP YANG TUHAN BERIKAN


Yohanes 15:19
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.

Seorang yang menghayati bahwa dirinya adalah warga kerajaan sorga, maka ia akan selalu merasa bahwa di bumi ini bukanlah tempat tinggal permanennya.
Olehnya dibumi ini ia adalah makhluk yang belajar tiada henti untuk mengenakan gaya hidup baru yang ditemukannya di dalam kebenaran yang Tuhan Yesus ajarkan.
Ia akan mengerti artinya haus dan lapar akan kebenaran dan dapat menghayati perkataan Tuhan Yesus bahwa manusia hidup bukan dari roti saja (Matius 4:4). Roti untuk tubuh fana, tetapi Firman Tuhan untuk jiwa yang kekal.
Itulah sebabnya oleh Tuhan Yesus menasehati kita bekerja untuk roti yang tidak dapat binasa (Yohanes 6:27-29).

Percaya kepada Tuhan Yesus adalah sebuah usaha atau perjuangan, sebab di dalam percaya ada tanggung jawab untuk melakukan kehendak-Nya, olehnya pergumulan kita setiap hari adalah untuk mengerti Firman Tuhan, mempertajam pikiran mengerti apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan.
Firman yang keluar dari mulut Allah tidak bisa dipelajari hanya di bangku sekolah theologia.
Di sini membutuhkan hikmat dan pewahyuan.
Sekolah theologia dengan prinsip-prinsip menafsir barulah pintu gerbangnya.
Tentu penting dan harus juga dilalui tetapi bukan segalanya.
Oleh sebab itu hendaknya tidak merasa sudah mengerti isi kitab suci kalau hanya pernah belajar di sekolah tinggi theologia sebab proses belajar Firman adalah proses seumur hidup.

Hikmat dan pewahyuan akan membuka pikiran mengerti rahasia Injil dan memahami bagaimana Tuhan Yesus memiliki sikap batiniah dalam menjalani hidup setiap hari dua ribu tahun yang lalu ketika mengenakan tubuh jasmani.
Kalau Tuhan Yesus berkata: ”Belajarlah pada-Ku”...(Matius 11:28-29), itu berarti ada sebuah persekutuan adikodrati yang terjadi antara individu dengan Tuhan secara eksklusif.
Melalui belajar dari Tuhan secara pribadi tersebut seseorang barulah mengerti nilai “hidup” yang Tuhan berikan (Yohanes 10:10).
Hal ini tidak bisa diuraikan dengan kata-kata dan ditulis dengan huruf. Seseorang harus mengalami kehadiran Tuhan secara pribadi.
Itulah yang dimaksud Paulus sebagai mengenal/mengalami Dia dan kuasa kebangkitan-Nya (Filipi 3:10).
Seperti dua ribu tahun yang lalu, Tuhan Yesus mendampingi murid-murid untuk mengajarkan kehidupan-Nya, demikian pula sekarang, Tuhan mendampingi orang percaya untuk memberi dan mengajarkan kehidupan-Nya.
Inilah yang dinantikan oleh banyak nabi dan orang benar dalam Perjanjian Lama (Matius 13:17).
Memahami hal ini, betapa berharganya arti hidup setiap hari yang Tuhan berikan selama kita hidup dibumi ini, sebab setiap hari sangatlah berharga untuk mengerjakan kegiatan yang memiliki nilai kekal yang  kesempatannya terbatas hanya 70-90 tahun saja. Seseorang yang gagal menggunakan waktu yang diberikan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya setiap hari selama dibumi ini berarti ia juga gagal di kekekalan, kelak ketika terbangun dikekekalan ia adalah kelompok orang yang menerima bagian mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal (Daniel 12:2).

Berkat yang tiada ternilai yang Tuhan berikan setiap hari adalah kita berkesempatan mengumpulkan harta di Sorga, yaitu membangun sikap batiniah seperti yang dimiliki Tuhan Yesus sebab hal inilah yang akan kita bawa pada saat kembali menghadap Bapa di Sorga untuk menerima hidup yang kekal.

Jadi ciri dari kehidupan anak Tuhan yang menghayati bahwa dirinya makhluk kekal yang berasal dari kerajaan sorga yaitu ia akan selalu belajar kebenaran setiap hari dari Tuhan Yesus, belajar kebenaran Injil-Nya untuk dikenakan dan dilakukan didalam hidupnya guna mengumpulkan hartanya di kerajaan sorga yang kekal.
Inilah sejatinya kemerdekaan hidup anak Tuhan yang sejati.

Yohanes 8:31-32
31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Amin.

Rabu, 17 Agustus 2016

BERBUAH DALAM KETEKUNAN


Lukas 8:15  Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Persoalan paling penting dalam kehidupan orang percaya adalah ketika kelak ia menghadap Tuhan Yesus adakah buah yang dapat dipersembahkan kepada-Nya?.
Buah itu adalah melakukan dengan baik segala sesuatu yang Tuhan inginkan.
Inilah yang disebut dengan melakukan kehendak Bapa.
Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dipenuhi, sebab memang manusia diciptakan untuk melakukan kehendak-Nya.
Jadi, buah di sini adalah perbuatan, perilaku dan sikap hati yang memberi kepuasan di hati Bapa kita Tuhan Yesus, sampai seseorang memiliki “hati yang nature melakukan kehendak-Nya” tanpa dipaksa atau ditekan oleh hukum.
Inilah ciri dari anak Allah yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Tuhan memberikan kemampuan kepada orang percaya untuk bisa berbuah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa beralasan mengapa tidak berbuah.

Dalam perumpamaan mengenai Penabur benih, dikisahkan bahwa tidak semua orang yang mendengar Firman Tuhan bisa bertumbuh dan berbuah (Lukas 8:5-15).
Kelompok pertama adalah orang yang walaupun mendengar Injil tetapi tidak pernah menjadi orang percaya (Lukas 8:12). Kuasa kegelapan telah mengunci mereka sehingga mereka merasa tidak terlalu penting menghidupi kebenaran Injil untuk dilakukan secara serius dan bertekun.
Cara iblis merampas Firman ialah bekerja sama dengan pikiran manusia yang tidak memiliki frekuensi yang sama dengan kebenaran Injil sehingga firman Tuhan tidak tertanam didalam hatinya.

Kelompok kedua adalah mereka yang mendengar Injil, menjadi orang Kristen tetapi tidak berani membayar harga percayanya. Pada zaman itu kalau orang berani percaya kepada Tuhan Yesus akan mengalami aniaya (Lukas  8:13). Banyak orang lebih menyelamatkan nyawanya dari pada kehilangan nyawanya.
Pada zaman ini bisa digambarkan ketika seseorang menghadapi aniaya kecil seperti hinaan atau celaan, atau penindasan seperti kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan akibat status Kristennya, ia merasa Kekristenan ternyata terlalu berat untuk dijalaninya. Maka ia pun meninggalkan Kristus dan beralih keyakinan.
Orang yang seperti ini adalah tipe orang yang menganggap Kekristenan sama seperti agama-agama lainnya, yaitu sarana penyelesaian kebutuhan jasmani belaka. Ia tidak sanggup menerima kekristenan sebagai jalan hidup.

Kelompok ke tiga adalah orang-orang yang tidak mengalami aniaya, tidak menolak Tuhan Yesus, tetapi masih mencintai dunia. Mereka memang berbuah tetapi buahnya tidak matang hal ini diakibatkan fokus hidupnya bergeser menjadi seseorang yang terlena menghabiskan masa hidupnya hanya untuk mengejar harta dunia dan kenikmatan hidup yang tanpa batas sebagai kesenangan dan tujuan utama di hidupnya (Lukas 8:14).
Kata matang dalam teks aslinya adalah telesphoreo yang artinya dewasa. Jadi buah yang dihasilkan tidak dewasa. Tuhan menghendaki kedewasaan.
Sebab Tuhan tidak menerima orang yang suam-suam kuku atau setengah-setengah menuruti kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan harus dituruti secara mutlak.

Kelompok ke empat adalah orang-orang yang mendengar Firman Tuhan dan menyimpannya dalam hati yang baik; mengeluarkan buah dalam ketekunan (Lukas 8:15).
Buah disini artinya memiliki hati yang suka melakukan kehendak Bapa.
Tuhan rindu menemukan pribadi-pribadi seperti ini, dimana selama hidup di dunia telah memenuhi atau menunaikan apa yang dipercayakan kepadanya.
Di tanah yang baik, buah dapat bertumbuh dengan pelipatgandaan yang luar biasa. Alkitab mengajarkan bahwa buah ialah:

1. Jiwa-jiwa yang dimenangkan ;
Yohanes 4:34-36 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.
Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.

2. Kekudusan ;
Roma 6:22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

3. Berbagai kebaikan dan kebenaran yang disebut buah Roh dan pekerjaan baik ;
Galatia 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Mengeluarkan buah dalam ketekunan menunjukkan bahwa untuk berbuah, seseorang harus berjuang keras.
Semua potensi diri yang Tuhan telah taruh harus dimaksimalkan untuk membela kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Sebab kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang dituntut untuk berbuah (Yohanes 15:1-7).
Jika tidak berbuah akan dipotong-Nya, tetapi yang berbuah akan dibuat semakin lebat buahnya.
Dalam Lukas 13:6-7 mengenai perumpamaan seorang peladang yang memiliki kebun anggur, di dalamnya terdapat pohon ara.
Ketika dilihatnya pohon ara tidak berbuah, ia mengatakan bahwa percuma pohon itu tumbuh di kebunnya.
Ia menghendaki agar pohon itu ditebang saja.
Dalam perumpamaan ini Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya berbuah yang memuaskan hati-Nya.

Mengeluarkan buah dalam ketekunan artinya untuk berbuah seseorang harus melakukan perjuangan yang tiada henti secara nature melakukan kehendak Bapa.
Sebagai langkah awalnya untuk bisa berbuah, seseorang harus mengisi pikiran dan jiwanya dengan bertekun mendengar Injil Kristus.
Kalau langkah awal sudah tidak dilakukan yaitu mendengar Firman Tuhan yang diajarkan Tuhan Yesus, bagaimana bisa berbuah.

Kalimat "mengeluarkan buah dalam ketekunan" menunjukkan walaupun seseorang mendengar Firman Tuhan yang benar tetapi kalau tidak bertekun, maka juga tidak akan dapat berbuah.
Kata ketekunan dalam teks aslinya adalah "hupomone".
Kata ini berarti dengan sabar bertahan. Dalam hal ini untuk bertekun seseorang harus berusaha untuk bertahan terus menerus menghadapi tekanan pengaruh dunia yang jahat, sebab iblis berusaha agar orang percaya tidak berbuah jika berbuah pun buahnya dihambat agar tidak matang.
Dalam Injil Matius 13 perumpamaan yang sama menunjukkan, bahwa buah yang dihasilkan berbeda-beda, ada yang tiga puluh, enam puluh dan seratus kali lipat. Marilah kita mengarahkan hidup kita untuk menghasilkan buah dalam ketekunan, sehingga hidup kita memenuhi keinginan dan rencana-Nya. Menghasilkan buah yang matang dalam jumlah besar.

Berbuah dalam ketekunan merupakan bagian penting dalam proyek keselamatan jiwa-jiwa dan ini bukan hanya tugas gereja dan para aktivis dan rohaniwannya, tetapi merupakan tugas semua orang percaya, sebab semua orang percaya harus berbuah.
Orang yang menolak berbuah berarti menolak keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus.
Kita adalah carang-carang liar yang dicangkokkan ke satu batang pohon. Kalau carang asli yaitu bangsa Israel bisa dikerat dan dibuang, apalagi carang liar. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan: “Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.”
Pernyataan Paulus dalam Roma 11:21-22 ini sejajar dengan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:1-2, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”.
Dalam hal ini jelaslah bahwa setiap orang percaya harus berbuah, jika tidak maka resikonya dipotong dan dibuang.

Hendaknya kita tidak menjadi Kristen yang mandul yang tidak pernah mengambil bagian dalam penderitaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Kita harus bertekun dalam proyek penyelamatan jiwa-jiwa dengan standar Kristus yaitu mengubah manusia menjadi manusia memiliki karakter seperti Kristus yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai kebahagiaan, tujuan dan jalan hidup satu-satunya.
Hal ini berarti kita selalu berusaha untuk bisa menyenangkan hati Tuhan setiap waktu yang selalu bertekun melakukan kehendak-Nya.
Pada akhirnya setiap orang percaya harus memuridkan orang lain dan terus membimbing sampai kepada kesempurnaan Kristus.
Dengan menuntun orang kepada kebenaran, tanpa kita sadari hal itu juga memicu dirinya sendiri untuk hidup dalam kebenaran seperti yang Tuhan kehendaki.

Amin.